Kampung Halaman ku (1) 🏡

13 3 0
                                    

Tiga hari sudah Tiva, Kak Naher, dan juga Rai di tinggalkan oleh Ayah dan Ibunya. Belum ada kabar sampai saat ini tentang Neneknya itu. Sampai-sampai Rai ingin bolos sekolah, akhirnya bisa diputuskan oleh Kak Naher.

Hari ini, tepatnya libur nasional. Sebab ke depannya sudah hari natal dan tahun baru, sehingga diseluruh tanah air pun sudah pasti libur. Hehehe.

"Kak, belum ada kabar dari Ayah atau Ibu?", tanya Rai di tengah sarapan.

"Belum. Nanti deh coba kakak hubungi", jawab Kak Naher.

"Kalo bisa sih secepatnya ya, kak. Mumpung kita libur dan kakak kan liburnya cuma sebentar".

"Iya bawel lu ah", jawab Kak Naher kesal karena sarapannya telah diganggu oleh cerocosan Rai, adiknya yang mulai bawel.

"Yeee, di baikin salah".

Selesai sudah sarapan mereka. Tetapi tidak dengan Rai, ia tidak menghabiskan sarapannya itu dan entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Abisin dul. Sayang itu,mubadzir", sahut Kak Naher yang membuyarkan lamunan Rai.

"Kak Tiva mana? Masih tidur apa ya?", tanya Rai tiba-tiba.

"Mengalihkan pembicaraan aja sih lu. Tapi iya juga ya, kemana tuh anak? Tumben belum bangun, cape kali ya?".

"Cape apaan? Emang semalem habis ngapain dia? Kaga kemana-mana ini kan? Seudzon mulu lu".

"Yeh, ya lu yang seudzon. Tapi gak kaya biasanya nih anak belum ke meja makan. Apa jangan-jangan sakit?".

Dipanggilnya Bi Ica oleh Kak Naher dan menanyakan langsung soal keberadaan Tiva. Dan hasilnya nihil. Bi Ica tidak menemukan Tiva dikamarnya dan ia juga tidak merasa kalau Tiva meminta izin kepadanya bahwa ingin keluar.

Lalu Rai langsung menanyakan kepada Pak Ahmad. Tapi, Pak Ahmad pun tidak tahu keberadaan Tiva. Tampak khawatir dari raut wajah Rai dan juga Kak Naher. Mereka langsung segera menuju mobil dan mencari Tiva.

"Hallo. Kak Zahra, ini gua Rai, adiknya Tiva. Kakak lagi sama Kak Tiva gak? Terus lagi dimana? Bisa kasih tau gak?", ucap Rai dalam teleponnya kepada Zahra dengan pertanyaan yang terus-menerus tanpa jeda.

"Eh satu-satu dodol nanya nya. Malah ngegas", sahut Kak Naher yang sedang menyetir.

"Oh Rai adiknya Tiva. Kok tau nomor gue?".

"Udah lah gak penting pertanyaannya. Jawab dulu cepet, urgent nih".

"Eeh, kok gak penting? Ada-ada aja lu", sahut Kak Naher kesal.

"Ssssttt, diem!", timpal Rai

"Hmmm, sorry nih Rai. Gue gak lagi sama Tiva. Gue lagi pergi sama Ibu gue ke supermarket. Mungkin dia lagi sama Clara kali. Coba aja lo telepon dia", jawab Zahra dari kejauhan.

"Oh yaudah deh, thanks ya kak".

Tak ada lagi percakapan di antara mereka. Lalu Rai pun berpikir harus bagaimana lagi untuk mencari Tiva, kakak perempuan satu-satunya itu. Kakak yang sangat ia sayangi walaupun mereka selalu berbeda pendapat dalam hal apa pun dan bertengkar karena apa pun.

"Gimana?", tanya Kak Naher.

Dan Rai pun membalas dengan menggelengkan kepala.

"Kak, gua punya firasat kalau dia nyusul Ayah sama Ibu", lanjut Rai dengan serius.

"Ya mana mungkin sih. Tapi, bisa juga sih ya. Eh tapi, masa iya dia duluan kesana?".

"Tapi-tapi mulu lu. Ya kan mungkin aja. Coba gua hubungi Ibu dulu deh", dicarinya kontak Ibu Risa.
"Gak di angkat", lanjut Rai.

"Ayah", ucap Kak Naher.

"Udah, gak di angkat juga", tampak bingung dari raut wajah mereka. Tapi, ada hal yang lagi dipikirkan oleh Rai.
"Gimana kalau kita susul aja kesana. Ya kan?", lanjut Rai yang ternyata sedari tadi memikirkan kalau ia dan Kak Naher lebih baik ke tempat Neneknya langsung.

"Ya kali kita kesana. Kalo gak ada gimana?".

"Ya coba dulu lah. Jangan bilang lo ngirit bensin? Yaelah, gampang itu mah", tanya Rai kepada kakaknya itu dengan muka kesal.
"Udah ayok cepetan. Sekalian liburan juga", lanjutnya.

"Yaudah dah iya".

Akhirnya mereka menuju tempat Neneknya. Tetapi, mereka harus pulang terlebih dulu untuk mengambil baju. Sesampainya dirumah, mereka menghiraukan ucapan Bi Ica yang menanyakan, mau kemana Den Rai dan Den Naher pergi bawa baju segala? Mereka tampak terburu-buru.

#ke khawatiran kepada seseorang yang kita sayangi dengan rasa tulus dan tak ada rasa benci sedikit pun. Sangat berharga daripada harus kehilangan sebutir kerikil yang menancap kulit kita. Berapa rasa sakit yang harus kita terima?

Hallooooo 👋

Jaga kesehatan ya all😅

Yuk di swipe up 🔝😅

Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang