Pertemuan Singkat 📡

13 2 0
                                    

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Iya, hari ini tepatnya bulan Februari. Dimana 4 tahun sudah mereka ditinggal pergi oleh Tiva ke Belanda. Tinggal menghitung hari, minggu, bahkan bulan untuk menyelesaikan masa kuliah mereka.

Tiva yang sudah 4 tahun ini jarang-jarang memberi kabar kepada sahabat-sahabatnya. Karena ia harus fokus menyelesaikan kuliahnya disana dan ia sangat ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia karena sudah benar-benar rindu dengan mereka semua, termasuk orang tuanya.

Ia sempat pulang ke rumah untuk bertemu orang tua, adik, serta kakaknya saja. Entah Tiva belum mau menemui para sahabatnya dulu. Mungkin Tiva ingin memberi kejutan bahwa ia pulang dengan membawa prestasi yang sangat membanggakan.

"Bu, Ayah. In syaa' Allah Tiva akan melaksanakan sidang bulan depan. Mohon do'anya ya Bu, Ayah", ucap Tiva dari telepon.

"Iya sayang. Ibu sama Ayah pasti mendo'akan kamu. Kamu belajar aja yang sungguh-sungguh dan serius ya?", sahut Ibu Risa dari kejauhan.

"Bawain oleh-oleh kak", sahut Rai yang mendengar percakapan orang tuanya dengan Tiva.

"Waaaah, Rai si anak jahil nih. Gimana sekolah kamu disana? Lancar? Jangan maksa seseorang loh, Rai. Gak baik, hehe. Biarin aja seseorang itu ikhlas memberikannya tanpa kita pinta. Hehe", jawab Tiva.

"Yaelah kak. Kan cuma bercanda. Huuhh".

"Hahaha, iya-iya. Toh kamu juga, Va. Jahil kalo udah gabung sama Naher dan juga Rai. Ayah jadi kangen masa-masa itu. Dan satu lagi, maafin Ayah sama Ibu yang belum bisa dateng kesana lagi ya. Ayah sama Ibu bener-bener belum ada waktu lagi untuk jenguk kamu", sahut Ayah Jodi.

Ya, orang tuanya serta adik dan juga kakak Tiva sudah sempat menjenguknya ketika 2 tahun yang lalu. Dan sampai saat ini, Tiva yang ingin melakukan sidang serta wisuda pun harus tanpa orang tuanya yang belum lagi menjenguknya. Karena mereka memang benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.

"Haha Ayah bisa aja. Iya gak apa-apa kok, Yah. Yaudah Yah, Ibu. Udah dulu ya, disana pasti udah malam. Tidur ya, Bu. Jaga kesehatan jangan lupa. Ayah juga tidur, besok kan kerja. Salam buat Kak Naher. Dan kamu Rai, jagain Ayah sama Ibu ya. Assalamu'alaikum", ujar Tiva mengakhiri pembicaraannya dengan orang tua serta adiknya tadi.

Inilah yang dirasakan Tiva disini. Merasakan kemandiriannya yang harus jauh dari orang tua dan orang-orang terdekatnya. Tapi dari situ Tiva belajar. Bahwa seorang perempuan harus belajar mandiri supaya jika sudah menikah dan dibawa pergi oleh sang imamnya. Pastinya tidak ada lagi yang bisa membantunya, kecuali anak-anaknya kelak.

***

Kicauan burung sudah terdengar hingga kamar Zahra. Itu saatnya ia harus bergegas menuju kampus. Berbeda dengan Tiva yang sudah jelas-jelas disana masih malam.

Oh iya, belum pada tahu kan tempat kampus yang mereka tempati sekarang? Nah, kali ini mau sebutin tempat kampus yang mereka tempati selama 8 semester ini ya.

IPB (Institut Pertanian Bogor), sudah jelas pasti letaknya di Bogor. Disana adalah tempat dimana Clara menimba ilmu. Sayangnya, Clara hanya sendiri yang keterima disana dan ia mengambil jurusan kimia. Waaah hebat ya.

Dua sahabat lainnya yaitu Bayu dan Rian, mereka belajar disalah satu kampus yang cukup terkenal di Indonsia, yaitu UI (Universitas Indonesia). Sebenernya, kelima sahabat ini mendaftarkan dirinya ke UI. Tapi yang keterima hanya Bayu dan Rian. Bayu yang mengambil jurusan kedokteran dan Rian mengambil jurusan ilmu hubungan internasional. Tidak apa-apa, walaupun mereka belajar berjauh-jauhan. Tetapi mereka masih bisa bertemu jika liburan mendatang. Walau harus tanpa Tiva.

Selanjutnya ada Bry, ia juga sendiri di kampus ITB (Institur Teknologi Bandung). Jurusan yang ia minati pastinya bagian komputer. Tetapi ia malah keterima dibagian ilmu komunikasi. Walaupun jurusan tersebut diluar dugaannya. Tetapi Bry akan terua berusaha belajar agar nilai IPK nya memuaskan dan skripsi yang ia buat keterima. Aamiin.

Nah, sedangkan Zahra di UNPAD (Universitas Padjadjaran). Tepatnya di Bandung daerah Jati Nangor. Itu adalah salah satu tempat favoritnya sekaligus yang diinginkannya sejak masih duduk di bangku SMA. Alhamdulillah, akhirnya Zahra keterima disana dengan jurusan akuntansi. Walaupun jurusan tersebut tidak terlalu ia sukai, tapi tidak masalah baginya. Yang terpenting adalah ia bisa keterima ditempat yang ia inginkan sejak dulu.

Tiva, salah satu orang diantara mereka berenam yang sekolahnya sangat jauh. Untuk bertemu dan berkumpul saja pasti ada halangannya. Baik dari biaya, wwaktu ataupun cuaca. Sebab cuaca disana suka berubah-ubah, jadi bagi Tiva untuk pulang ke Indonesia pun sulit. Lebih baik ia mengurungi niatnya untuk bertemu sahabat-sahabat tersayangnya itu ketika sudah lulus dan mendapatkan gelar yang sangat membanggakan.

#kesuksesan akan berhasil jika disertai niat, semangat, dan juga do'a 📍

Jangan lupa untuk tetap bersyukur di setiap harinya ya 😅

Syukran 💞

Jangan lupa di swipe up ya 🔝
Happy weekend 🏃

Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang