"Assalamu'alaikum", salam Tiva dan Ranti ketika sudah sampai dirumah.
"Loh, kok cepet banget? Gak sekalian belajar mobil, Tiv?", tanya Ibu Risa yang sedang diruang keluarga.
"Aku ke kamar dulu ya, Bu", timpal Tiva.
"Loh, nak. Ranti, Tiva kenapa?", tanya Ibu Risa bingung.
"I don't know. Yang jelas, tadi Tiva minta pulang gitu aja, Bu", jawab Ranti bingung harus mengucapkan kata-kata seperti apa kepada Ibunya itu supaya tidak terlalu cemas dengan keadaan Tiva saat ini.
"Yaudah, kamu tolong temenin Tiva ya. Dan jangan lupa kamu tanya kenapa dia seperti itu? Ibu jadi khawatir, takut dia kenapa-kenapa".
"Baik, Bu. Ibu tenang aja ya. Yaudah kalo gitu, Ranti ke kamar dulu ya, Bu".
Hanya anggukan yang dibalas oleh Ibu Risa. Dan segeralah Ranti pergi menuju kamar Tiva.
Sesampainya dikamar, Ranti benar-benar bingung harus memulai dari mana menanyakan kembali apa yang Ibunya tanyakan barusan. Saat itu pula, ia hanya bisa naik ke kasur dan duduk disebelah Tiva menunggu waktu yang pas untuk memulai menanyakan kepadanya.
"Tiv", dipanggil lah oleh Ranti yang akhirnya membuka suara
"Hmm..".
"Boleh aku tanya sesuatu lagi ke kamu?".
"Sure".
"Serius kamu gak apa-apa kan? Kamu beneran bohongan ngasih alasan sakit ke mereka kan? Tadi Ibu nanyain soal kamu tuh, pas kamu langsung mau ke kamar", jelas Ranti. "Perasaan seorang Ibu kuat loh, Tiv. Jujur sama aku ya", lanjutnya.
"Iya Ranti. Aku gak apa-apa kok. Tenang aja ya. In syaa' Allah aku baik-baik aja. Jangan khawatir gitu dong. Mana senyumnya?", rayu Tiva yang harus membuat saudara kembarnya itu tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Kamu katanya mau cerita soal kejadian tadi di cafe saat tiba dirumah? What happen my sister?", tanya Ranti serius.
"Hmm.. sebenernya aku agak berat sih ngejelasinnya. Tapi gimana ya? Nanti aja deh", respon Tiva bingung.
"Ayolah. Come on!".
"Oke oke. Mudah-mudahan kamu paham penjelasan dari akunya ya?", lanjutnya.
Dibalas anggukan cepat oleh Ranti yang ingin sekali mendengarkan penjelasan secepatnya dari Tiva.
"Aku bener-bener bingung sama Sam", lanjut Tiva.
"What? Why?".
"So, dulu waktu aku masih kuliah. Dia nembak aku, tapi aku tolak. And.. dia gak marah sama sekali".
"Wait wait wait. Nembak?", tanya Ranti bingung.
"Aduh gimana ya aku jelasinnya", respon Tiva bingung. "Ngungkapin perasaannya ke aku gitu loh", lanjutnya menjelaskan.
"Oh. Ya bagus dong. Tadi kata kamu apa? Dia gak marah? Alhamdulillah kalau dia gak marah. Terus apa yang buat kamu bingung? Itu wajar loh, Tiv. Berarti dia orang yang baik, sabar, and friendly. Gak harus dibuat bingung dong", dinaikkannya satu alis Ranti yang tampak heran.
Tiva pun menghela napas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.
"Buat aku itu gak wajar. Ya bingung aja sama sikap dia, Ran. Tiba-tiba dia ada di Indonesia. Terus mau netap disini. Yaudah itu aja".
"Enggak. Enggak mungkin cuma itu aja yang kamu bingungin dari dia. Pasti ada hal lain yang kamu sembunyiin dari aku ya. True?", ujar Ranti curiga sambil mengerutkan alisnya. "Ya lagian kan tadi dia udah ngejelasin ke kamu. Apa itu kurang? Sebenernya kamu kenapa sih? Why?", lanjutnya masih penasaran.
![](https://img.wattpad.com/cover/177164676-288-k16060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}
Fiksi Umum📌 Seorang gadis yang mengalami masa kebimbangan selama hidupnya. Baik senang-sedih, senang-kecewa, atau senang-sedih-kecewa Ketika dirinya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun berniat untuk memperbaiki penampilannya...