Hari ini adalah hari sabtu, dimana Tiva harus pulang ke Indonesia. Selesai sudah perjuangannya disini selama beberapa tahun lamanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Dimana Om Bagas, Tante Tina, Tiva, dan juga Ranti bersiap-siap untuk menuju ke bandara.
Bagi dirinya, apa pun kejadian yang ia hadapi selama disini tidak seperkiraan dengan apa yang ia bayangkan, itu tidak menjadi masalah baginya. Bagi dia, itu adalah cobaan atau ujian yang diberikan Allah untuknya agar bisa lebih sabar dalam menghadapi sesuatu.
Tidak ada kesunyian di antara mereka. Ranti dan Tiva tetap bercanda atau sekedar berbicara mengenai apa pun, dan mereka sangat bangga jika benar-benar sepupuan. Tiva sendiri akan mengajak Ranti untuk bertemu dengan para sahabatnya. Aah, jadi kangen mereka, gumamnya dalam hati.
Ranti sangatlah lembut hatinya dan juga penyabar. Tiva sangat nyaman bila didekatnya. Baru kali ini ia menemukam seseorang yang membuat dirinya benar-benar sejuk. Entah kenapa.
Tiva terus membayangkan kelima sahabatnya yang pasti akan ikut senang jika menambah satu personil lagi. Apa pun yang Tiva bayangi sejak dibandara tadi. Mudah-mudahan tidak menjadi angan-angannya saja. Aamiin.
Pergantian waktu sangatlah cepat. Alhamdulillah, akhirnya mereka sampai juga di Indonesia dengan menempuh perjalanan berjam-jam didalam pesawat . Tetapi Om Bagas sengaja tidak menyuruh Ibu Risa dan Ayah Jodi untuk menjemput mereka di bandara. Sebab ia ingin memberikan kejutan kepada Ibu Risa dan juga Ayah Jodi, orang tua Tiva.
"Om, Tante. Kita baik bus?", tanya Tiva.
"Iya, Va. Lebih cepat naik bus, gak harus nunggu lama-lama jemputan datang. Hehehe", jawab Tante Tina.
Langsunglah mereka naik bus bandara dan menuju rumah orang tua Tiva. Bergantian dengan Ranti yang tadi sempat tidur di pesawat. Sekarang Tiva lah yang tidur di bus, mungkin karena kelelahan.
Di pakaikannya selimut oleh Ranti kepada Tiva. Sebab saat di pesawat, Ranti merasa bahwa yang menyelimutinya ketika tidur ialah Tiva. Karena yang duduk dekat dengan dirinya hanyalah Tiva, jadi tak usah diragukan lagi.
***
"Assalamu'alaikum", sapa mereka ketika sudah sampai dirumah orang tua Tiva.
"Wa'alaikumussalam. Eh Non Tiva udah pulang. Alhamdulillah, Bibi kangen banget Non. Ayo mari masuk", sapa balik Bi Ica dan mengajak mereka untuk masuk ke dalam. "Mari silahkan duduk. Bibi buatin minuman dulu", lanjutnya.
"Oh itu Bi Ica. Lama juga ya disini. Alhamdulillah kalo gitu", ujar Tante Tina.
Setelah mereka istirahat sambil menunggu minuman yang dibuatkan oleh Bi Ica. Akhirnya Bi Ica pun datang. Langsung lah diminum, minuman yang telah dibuatkan oleh Bi Ica untuk mereka.
"Pada kemana, bi?", tanya Tiva.
"Nyonya lagi pergi tadi sama Den Naher, katanya mau ke supermarket. Tuan biasa masih kerja. Kalo Den Rai baru aja pulang dari kampus, tuh lagi tidur. Pules banget", jawab Bi Iva panjang.
"Yaudah, bi. Tolong anterin Tante Tina sama Om Bagas ke kamar tamu ya. Biar Ranti dikamar aku aja".
"Baik, Non. Mari Tuan, Nyonya saya antarkan ke kamar".
N
ampaknya Bi Ica lupa dengan Tante Tina dan juga Om Bagas. Apalagi Ranti, Bi Ica belum kenal sama sekali. Sebab Bi Ica ada bersama kami setelah Ranti pergi ke luar negeri dan Bi Ica datang satu tahun kemudian. Itulah yang diceritakan Om Bagas dan Tante Tina saat tadi sedang istirahat dibawah sambil menunggu minuman yang dibuat oleh Bi Ica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}
Genel Kurgu📌 Seorang gadis yang mengalami masa kebimbangan selama hidupnya. Baik senang-sedih, senang-kecewa, atau senang-sedih-kecewa Ketika dirinya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun berniat untuk memperbaiki penampilannya...