Tiba sudah di Cirebon pada pukul 05.00 WIB. Perjalanan yang sangat melelahkan bagi mereka, tersendat karena kemacetan. Oleh karena itu, mereka harus beristirahat sejenak untuk bisa melanjutkan perjalanannya kembali. Dan tiba sudah mereka ketika adzan subuh berkumandang.
Tak sampai disitu, mereka harus mencari rumah Bi Ica yang sudah diberikan alamatnya kemarin. Dicarinya oleh mereka dengan berpencar setelah menunaikan shalat subuh. Alhamdulillah, akhirnya mereka menemukan rumah Bi Ica.
Rumah yang terbilang cukup sederhana, namun sangat nyaman. Dengan ditanaminya tanaman dihalaman depan rumahnya, serta banyak pepohonan di desa tersebut. Desa yang penuh keharmonisan, kedamaian, dan ketentraman.
"Assalamu'alaikum" , sapa mereka dari luar.
"Udah pada bangun belum ya? Mana masih gelap lagi", ujar Tiva.
"Aduh, gua masih ngantuk nih. Huaaaa", sahut Bayu sambil menguap.
"Dasar kebo. Udah shalat juga, masiiiih aja ngantuk", timpal Clara.
"Assalamu'alaikum", sapa kembali Tiva.
"Maaf, cari siapa ya?", tanya seseorang dari belakang mereka dan membuat mereka semua menoleh.
"Oh maaf, pemilik rumahnya ada?", tanya Tiva.
"Ibu lagi kerja ke Jakarta. Saya anaknya. Kalian darimana ya?", jawab seorang gadis yang pastinya ialah Ziska, anak dari Bi Ica.
"Oh, kamu Ziska ya? Kami dari Jakarta", respon Tiva. Hanya dibalas anggukan olehnya.
"Silahkan masuk", ajak Ziska kepada mereka untuk masuk ke dalam. "Sebentar, saya buatkan minum dulu", sahutnya kembali.
Sambil menunggu Ziska kembali dari dapur. Mereka pun bercengkrama mengenai penginapan. Karena memang cukup terbilang lelah bagi mereka untuk menempuh perjalanan dengan hitungan jam yang lumayan lama waktunya.
Kira-kira mereka harus menginap sehari saja untuk melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta, tempat tinggal Pak Ahmad.
"Assalamu'alaikum", sapa seseorang dari luar.
"Wa'alaikumussalam", jawab mereka yang berada di dalam, sekaligus Ziska yang sudah membagikan minuman yang telah dibuatnya.
"Eh aya tamu. Dari mana ieu? Babaturanna Ziska? Badé aya naon?", tanya laki-laki tersebut. Sepertinya Zul, anak pertama Bi Ica sekaligus kakak dari Ziska.
"Lain, A", jawab Ziska.
"Ngomong apa sih?", tanya Zahra berbisik ke Tiva.
"Sssttt", respon Tiva. "Oh iya maaf, jadi lupa. Kami dari Jakarta, saya Tiva. Ini kakak saya, Naher. Dan ini adik saya, Rai. Nah ini kembaran saya, Ranti. Kalau mereka, sahabat-sahabat saya", lanjutnya.
"Oh, ti Jakarta. Abdi téh Zul, aka na Ziska. Maap atuh lamun abdi téh ngomong na make Sunda. Saeutik-saeutik ngartos basa Indonesia mah. Hehehe", ujar Zul.
"Haha, iya", respon Tiva.
"Sebelumnya maaf kedatangan kami kesini jadi mengganggu kalian", sahut Kak Naher.
"Ah, teu nanaon. Jadi loba batur pan", ucap Zul.
"Ngejawabnya Sunda. Padahal ngerti kita ngomong bahasa Indonesia. Kaya kembaran lu, Tiv", sahut Bayu berbisik.
"Sssst", timpal Tiva menyenggol lengan Bayu.
"Kami anak dari Pak Jodi dan Ibu Risa", lanjut Kak Naher.
![](https://img.wattpad.com/cover/177164676-288-k16060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}
Fiksi Umum📌 Seorang gadis yang mengalami masa kebimbangan selama hidupnya. Baik senang-sedih, senang-kecewa, atau senang-sedih-kecewa Ketika dirinya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun berniat untuk memperbaiki penampilannya...