Disebuah lingkungan yang sangat sejuk, setelah diguyurnya hujan semalam. Disuatu tempat yang sudah terlihat nyaman, setelah masalah yang muncul datang bergantian. Dan ditengah kebersamaan yang hampir rapuh, datang sebuah penyemangat yang membuat kembali utuh.
Ada sebuah karakter, dimana lingkungannya ingin terlihat ramai. Dan ada sebuah karakter, dimana lingkungannya ingin terlihat sepi bahkan sunyi. Itulah Tiva, ia ingin lingkungan yang ramai. Banyak teman, sahabat, dan yang terpenting adalah orang-orang yang selalu menyayanginya. Sampai akhir khayatnya tiba.
"Morning", sapa Ranti ketika sudah diruang makan.
"Morning, darling. Gimana? Nyenyak tidurnya?", tanya Ibu Risa.
"Alhamdulillah".
"Tiva mana? Masih kurang sehat?", tanya Ayah Jodi.
"Oh, tadi lagi ke kamar mandi dulu, Yah".
Datanglah Tiva ke ruang makan untuk sarapan bersama.
"Rai berangkat dulu ya Yah, Ibu. Assalamu'alaikum", pamit Rai kepada orang tuanya dan tidak lupa kepada kakak-kakak tersayangnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Hati-hati sayang", jawab Ibu Risa.
Rai masih duduk dibangku kuliah semester 4 dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Jurusan yang dari dulu sangat ia tunggu-tunggu. Alhamdulillah berkat do'a dan support dari orang tua, akhirnya ia keterima dijurusan yang diinginkan.
"Her, gimana? Udah ada calon?", tanya Ayah Jodi ditengah-tengah sarapan.
"Uhhuuk...", tersedaknya Kak Naher saat mendengar pertanyaan dari Ayahnya itu. "Euuum, apa Yah?", tanyanya balik.
"Kamu nih malah nanya balik", respon Ayah Jodi sebentar. "Kamu udah ada calon apa belum? Apa mau Ayah cariin?", lanjutnya.
"Jangan-jangan! Iya, udah ada kok Yah. Hehe".
"Siapa tuh kak? Kenalin dong, diem-diem bae", tanya penasaran Tiva.
"Belum kenal banget sih. Baru kesemsem aja. Haha".
"Who? Adik kelas kakak waktu dikampus?", tanya Ranti.
"Bukan".
"Ajak ke rumah dong! Jangan lama-lama, nanti keburu diambil orang loh", ledek Ibu Risa.
"Iya Bu. Nanti In syaa' Allah, Naher ajak ke rumah. Naher juga niatnya mau khitbah dia Bu, Ayah. Tinggal tunggu waktu yang pas aja".
"Alhamdulillah", jawab serempak Ayah Jodi, Ibu Risa, Tiva, dan juga Ranti.
"Hari iini ada yang mau keluar?", tanya Ayah Jodi kepada anak-anaknya.
"Naher paling dirumah aja, Yah".
"Mee too", respon Ranti.
Terlihat Tiva yang sedang merenung seperti memikirkan sesuatu.
"Kalau kamu sayang?", tanya Ayah Jodi kepada Tiva.
"Oh. Eum.. Yah, boleh gak aku ke rumah Bi Ica sama Pah Ahmad?", tanya Tiva.
"Untuk apa?".
"Gini, waktu sebelum Tiva pergi ke Belanda. Itu juga waktu Ayah sama Ibu lagi pergi. Tiva, Kak Naher, sama Rai ngerencanain sesuatu. Nah, sesuatunya itu mau ngajak anak-anaknya Bi Ica sama Pak Ahmad main ke Jakarta. Gimana? Boleh gak Yah, Ibu?", ucap Tiva memastikannya kembali.
Bi Ica dan Pak Ahmad memang sudah mempunyai anak. Sedangkan Bi Marni belum menikah, tapi sudah ada calonnya. Jadi, mereka hanya mengajak anak-anaknya Bi Ica dan Pak Ahmad saja untuk ke Jakarta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}
Ficción General📌 Seorang gadis yang mengalami masa kebimbangan selama hidupnya. Baik senang-sedih, senang-kecewa, atau senang-sedih-kecewa Ketika dirinya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun berniat untuk memperbaiki penampilannya...