Perjalanan Yogyakarta 🚗

13 2 0
                                    

Masih tampak terlihat gelap dan sepi keadaan di Kota Cirebon ini. Tepat pukul 03.00 WIB, mereka sudah siap untuk melanjutkan kembali perjalanannya ke Yogyakarta tanpa sepengetahuan Ziska dan juga Zul.

Terlihat bingung dan heran yang terlintas dipikiran mereka, bahwa mengapa dirinya dibangunkan pagi-pagi buta begini dan warga pun pasti masih ada yang belum bangun, bahkan untuk beraktifitas diluar sekalipun.

"Maaf ya, kita bangunin jam segini", ucap Tiva ketika sudah berada di mobil.

"Oh iya gak apa-apa kok. Emangnya kita mau berangkat sepagi ini dan secepat ini ya ke Jakarta?", tanya Ziska.

Ziska dan Zul berada di mobil Kak Naher, yang isinya sudah jelas ada Tiva, Ranti, Rai, dan juga Kak Naher. Sisanya ada di mobil Zahra. Semuanya sudah diatur ketika ingin berangkat tadi.

"Sebenernya kita mau ke Jogja", lanjut Tiva.

"Jogja?", sahut Ziska dan Zul bersamaan.

"Iya, kita mau jemput anaknya Pak Ahmad. Kalian tahu Pak Ahmad?", tanya Rai.

"Enggak", jawab Ziska, serta Zul yang menggelengkan kepalanya.

"Kunaon badé ngajemput lobaan kieu? Emangna di bumi badé aya acara?", tanya Zul.

"Bumi? Emang bumi pernah ngadain acara?", tanya Rai.

"Bumi itu rumah. Katanya, kenapa kalian bisa ngejemput banyakan gini? Emangnya dirumah kalian mau ada acara?", jelas Ziska.

"Oh enggak kok. Dirumah gak ngadain acara apa-apa. Kita pengen semuanya ngumpul aja. Saling kenal gitu. Dan Pak Ahmad itu supir dirumah. Beliau juga sangat baik, sama seperti Bi Ica", jawab Tiva menjelaskan.

Semuanya kembali diam menikmati perjalanan demi perjalanan yang akan mereka lalui. Titik demi titik akan mereka lewati. Dan daerah demi daerah akan mereka telusuri. Emtah pukul berapa mereka akan tiba di Jogja. Mereka pun harus banyak istirahat.

***
U

dara yang cukup segar. Sedikitnya polusi dengan banyaknya kendaraan yang melintas begitu ramah lingkungan. Pemukiman penduduk yang ramai menjadi salah satu keharmonisan di daerah ini, yaitu Yogyakarta. Tempat yang dikenal dengan khas oleh-olehnya, tempat wisatanya, dan juga bermacam-macam candi yang sangat bersejarah untuk kita ketahui asal muasalnya.

Sampai sudah mereka di kota yang banyak menyimpan sejarahnya ini. Sama seperti ketika sampai di Cirebon, mereka berpencar untuk mencari rumah Bi Ica. Dan sekarang pun mereka berpencar mencari rumah Pak Ahmad. Dicarinya terus oleh mereka mengelilingi komplek demi komplek yang ditelusurinya.

"STOP!!!", sahut Bayu mengagetkan mereka yang tengah berada bersamanya di mobil Zahra.

"Aduh. Apaan sih?", ujar Zahra sambil mengaduh kesakitan karena Rian, yang mengendarai mobilnya itu mengerem dadakan akibat sahutan Bayu yang tiba-tiba.

"Tuh lihat!". Semuanya pun langsung melihat ke arah yang ditunjukan oleh Bayu.

"Coba mana alamatnya gua lihat", ucap Bry. "Eh iya sama. Kasih tahu Tiva sekarang cepetan", lanjutnya.

"Iya sabar" timpal Zahra.

Diteleponlah oleh Zahra kepada Tiva.

"Gimana?", tanya Bayu.

"Iya mereka nyusul kesini", ditunggunya mereka oleh Rian, Bayu, Bry, Clara, dan juga Zahra ditempat alamat yang sudah ditemukan.

Tidak usah menunggu terlalu lama. Akhirnya mereka pun datang.

"Gimana? Dimana?", tanya Tiva cepat.

"Hah?", ucap Bayu.

"Kuping bersihin", ledek Zahra. Diberikannya kode oleh Zahra langsung ke arah salah satu rumah tepat didepannya sekarang kepada Tiva yang menanyakan kembali soal kebenaran alamatnya.

"Eh tunggu!", sahut Bayu yang berusaha memberhentikan Tiva yang hendak langsung masuk ke dalam rumah tersebut. Tapi nihil, Tiva pun mengabaikan ucapan Bayu. "Ah tuh bocah, main masuk-masuk aje", lanjutnya.

"Susulin dah", ujar Bry.

"Eh tar dulu. Si Clara dari tadi dimobil diem-diem bae. Coba lu samperin dah, Ra. Ngeri gua", ucap Bayu.

Kak Naher, Rai, dan Ranti pun turun dari mobil menghampiri Rian, Bry, Bayu, dan Zahra. Tidak dengan Ziska dan Zul, mereka disuruh diam di dalam mobil saja. Tetapi Clara, tidak tahu kenapa sedari tadi dia hanya diam dan sekarang Zahra lah yang berusaha mengajak ngobrol dengannya.

Tiva sendiri yang mencoba masuk ke dalam memastikan bahwa rumah tersebut adalah rumah yang ia maksud. Diketuknya berkali-kali, masih nihil. Sepertinya akan sama dengan keberadaan dirinya ketika sudah sampai dirumah Bi Ica, tidak ada orang. Sampai-sampai ia harus menunggu beberapa menit diluar sampai pemilik rumah datang.

"Assalamu'alaikum", sapa Tiva kembali.

Dilain sisi, Ranti menyusul Tiva karena ia melihat bahwa sedari tadi saudara kembarnya itu hanya berdiam diri dan tidak ada satu orang pun penghuni rumah itu yang keluar.

"Nothing?", tanya Ranti

"I don't know", jawab Tiva yang sudah kelihatan pasrah.

"Assalamu'alaikum", sapa Ranti. Disapanya berulang kali, sampai-sampai ia pun tidak tahu jika sudah ada seseorang yang berada disampingnya sekarang.

"Maaf", ucap seseorang tersebut.

"Astaghfirullahal'azim", kaget Ranti dan Tiva berbarengan.

"Maaf-maaf. Kalian mau cari siapa ya?", lanjut tanya seseorang itu.

"Euuum. Anaknya Pak Ahmad ada?", tanya Tiva.

"Pak Ahmad?", tanya balik orang tersebut sambil kebingungan. "Oh, Pak Ahmad yang kerja di Jakarta ya", responnya kembali.

"Yes", sahut Ranti.

"Baru aja anaknya dibawa ke rumah sakit semalam. Oh iya, saya Nimas. Saya tetangganya Pak Ahmad, baru juga saya pulang dari rumah sakit", jelas orang tersebut yang ternyata tetangganya Pak Ahmad.

"Ke rumah sakit? Terus sakit apa? Boleh tahu alamat rumah sakitnya?", tanya Tiva.

"RS. Alam Indah. Dari pertigaan di depan, kalian belok kanan. Habis itu lurus terus sampai ketemu lampu merah kedua baru belok kiri, gak jauh dari situ rumah sakitnya sudah kelihatan. Oh iya, yang sakit namanya Raden Satya", jelas Nimas.

"Oke, terima kasih ya. Kita pamit dulu", ucap Tiva. "Assalamu'alaikum", salam Ranti dan juga Tiva.

Baru saja mereka beranjak menuju mobil. Datanglah Bayu dan yang lainnya.

"Loh, kenapa? Itu anaknya kan? Kok gak di ajak?", tanya Kak Naher sambil menunjuk ke arah Nimas.

"Bukan, kak. Itu tetangganya, sekaran kita harus ke rumah sakit", jelas Ranti. "Ayo! Kok malah diem?", lanjutnya.

Langsunglah mereka bergegas menuju mobil masing-masing dan melajukan kecepatan mobilnya menuju rumah sakit. Perintah Tiva.

Dimobil Zahra, Clara masih terdiam dan Zahra pun ikut terdiam. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan, terutama Clara. Pasti dia menyuruh Zahra untuk tidak membuka suara perihal apa yang sudah ia bicarakan kepadanya.

Rahasia. Satu kata yang biasa. Tapi bermakna misteri. Singkat. Tapi beramanah. 🍃

Selamat menunaikan Ibadah Puasa bagi yang menjalankan 💖

Aku tunggu vote dari kalian ya.
Jangan lupa swipe up 🔝

Dan jangan sampai ada part yang terlewat ya, nanti gak nyambung loh 😅

Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang