My Boy

10. Adik Tingkat

"Permisi kak, kakak namanya kak Cahaya ya?"

"Iya dek, ada apa ya?"

"Kakak asalnya darimana?"

"Kok tanya kayak gitu?"

"Soalnya aku bingung kak, di data medsos kakak dari Jakarta, tapi pas ketemu kok mukanya muka surga."

"Ngegembel anda." sewot Shasa

Cahaya cuma ketawa kecil menanggapi adik tingkat yang diketahui bernama Zio ini. Tiba-tiba saja pria ini ikut duduk dengan Cahaya dikantin dan berusaha dekat dengan Cahaya.

Shasa yang daritadi hanya menjadi penonton mulai tidak suka. Tidak suka dengan tingkah adik tingkat yang menurutnya sangat kuno.

Dari kejauhan, terlihat Dandi yang tengah menancapkan garpu pada bakso dengan sangat keras hingga menciptakan dentingan cukup nyaring.

"Kok gue ngilu ya Ndra."

"Sama Thar."

"Sabar kali Dan, dia cuma bocah tengil. Jangan cemburu gajelas gitu deh."

"Gabisa lah Nan. Cahaya punya gue, dan gue harus kasitau dia."

Dan detik selanjutnya, Dandi sudah berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah meja kantin tempat Cahaya duduk. Tanpa izin, pria itu memeluk Cahaya dari samping dan mengecup pipi Cahaya sekilas. Tidak lupa memberikan tatapan tajam untuk adik tingkat menyebalkan itu.

"Apa sih Dan! Ini di kampus tau."

"Emang kenapa? Gaboleh?"

"Ada adik tingkat, inget sikon napa si Dan."

"Ck, biarin."

Zio memperhatikan Dandi dengan tatapan intimidasi yang dibalas tatapan tajam bak burung elang.

"Lo siapa? Ngapain deketin cewek gue?"

"Lah, kak Cahaya uda punya pacar?"

"Lah, lo belum tau?" Samber Shasa kemudian.

"Lah, kenapa harus tau?"

"Lah, kan semua orang memang uda tau."

"Lah, ya maap gue gatau kak."

"Lah makanya kalo mau deketin cewek tu hati-hati."

"Uda deh, lo berisik. Mending pergi aja daripada gue tendang burung lo!" Ucap Dandi yang bosan dengan percakapan antara Shasa dan Zio.

"Iya kak iya. Kak Cahaya, nanti addback line aku ya kak."

"PERGI GAK LO!"

"Buset ngegas." Kata Cahaya sambil ngelus kepala Dandi pelan. Kalo udah kaya gini, Dandi harus dilembutin biar ga berubah jadi singa.