Di koridor ini, Cahaya lari buat sampai ke kamar yang dia tuju. Kamar inap dimana Satya udah ada disana. Tadi dia diberi tau lewat telepon dari orang yang dia yakini adalah orang yang dia mintain tolong buat antar Satya.
Setelah nemuin kamar dengan nama dan nomor yang sama, dia masuk kedalam ruangan itu pelan-pelan. Cahaya melihat Satya yang sedang terbaring dan satu dokter yang sepertinya habis meriksa dia.
"Anda siapa..?" Tanya dokter itu.
"Saya kerabat pasien dok." Jelas Cahaya menangkap kebingungan dari dokter wanita itu.
"Baiklah. Sepertinya pasien sudah bisa pulang hari ini juga. Nanti silahkan ke ruangan saya agar bisa saya jelaskan lagi. Saya permisi." Ucap dokter itu sambil tersenyum kemudian keluar dari ruangan setelah mendapat anggukan pelan dari Cahaya.
Cahaya berjalan mendekati brankar dimana Satya sudah menatap dia lembut. Wajahnya sudah tidak seperti yang dia lihat beberapa jam lalu.
"Ma-maaf." Ucap Cahaya sambil menunduk.
"Buat apa?"
Cahaya menahan isakannya lagi. Kali ini dia mengutuk sifatnya yang cengeng. "Maafin Dandi."
"Namanya Dandi ya? Dia.. pacar lo?"
Cahaya mengangguk. Masih tidak berani menatap wajah Satya yang menampilkan bekas kebiruan dibeberapa bagian.
"Gue maafin. Itu.. normal buat cowok ke pasangannya." Kini Cahaya mendongak tidak terima dengan kalimat barusan.
"Normal? Dia udah bikin lo hampir mati tadi." Katanya marah. Sedangkan yang dimarahi hanya terkekeh kecil.
"Yaya, seharusnya gue yang minta maaf. Harusnya gue engga meluk elo tadi. Gue.. Ngga tau kalo ternyata temen buluk gue dulu udah punya pacar." Canda Satya yang berusaha mencairkan suasana.
Cahaya masih belum tertarik untuk tersenyum. Dia masih belum bisa menerima hal yang baru saja terjadi.
Suasana canggung muncul diantara mereka. Satya kehabisan kata-kata untuk berbicara lagi. Ada satu kenyataan yang membuat dia sakit. Dia tau Cahaya sudah punya kekasih, tepat saat dia kembali dan ingin membuat satu hubungan serius dengan teman lamanya itu.
Tapi semua terlambat. Bahkan sekarang dia kena imbasnya karena udah nyentuh 'cewek orang'.
"Lo sama pacar lo?" Tanya Satya hati-hati takut salah bicara atau nyinggung Cahaya.
Cahaya menghela nafas dalam. "Gausah dipikirin. Gue ke dokternya dulu biar lo bisa cepet pulang."
Perasaan Satya malah ga enak sendiri. Pikirannya malah tertuju ke hubungan orang yang baru dia rusak ini. Kalo misalkan Cahaya sama Dandi putus gara-gara dia, apa Satya harus seneng atau ikut sedih?
Kalo ujungnya kaya gini harusnya tadi dia engga nampilin muka dulu ke Cahaya atau paling engga ya jangan pegang-pegang Cahaya. Tapi karena bawaan masa kecil mereka yang lengket banget, jadinya refleks mereka pelukan.
Sakit sih ditonjok Dandi, apalagi Satya sampai pingsan walau sebentar karena pukulan Dandi ini ga main-main. Disini Satya bisa ngerasain gimana perhatiannya Dandi ke Cahaya, seberapa sayangnya cowok itu ke sahabat kecilnya. Satya bisa ngerasain itu.
ㅡㅡㅡ
"Rumah lo dimana?"
Mereka berdua -Cahaya dan Satya- sudah berada didalam taksi yang siap mengantar dua orang itu. Mereka baru saja keluar dari rumah sakit setelah mengurus administrasi dan keperluan lainnya.
bahasa gue jadi semi baku gini.g
"Kaya yang dulu."
"Kapan pindahnya?"
"Beberapa hari yang lalu, lo udah engga disana ya? Gue belum lihat lo sama bokap nyokap lo."
"Nyokap udah meninggal." Ujar Cahaya pelan sambil tersenyum hangat. Pengen nangis tapi tadi udah ngabisin air matanya pas sama Dandi.
"S-serius? Sorry Ya, gue ga maksud."
"Ngga apa." Cahaya benerin kuciran rambutnya sebentar sebelum ngomong ke bapaknya tujuan yang dia mau.
"Terus sekarang lo sama bokap tinggal dimana?"
"Bokap masih di tempat lama, cuma kayanya jarang ada dirumah karena kerjaan. Kalo gue udah tinggal di apartmen sendiri biar deket kampus." Jelas Cahaya.
Satya hanya masang muka 'oh' ria.
Suasana canggung masih setia buat nemenin nereka. Mungkin faktor udah sekian lama engga ketemu kali ya. Tapi tadi pas di cafe mereka pelukan tuh. Ah yaudah lah biarin aja.
"Oh iya, lo apa kabar Ya?" Tanya Satya yang udah ngga betah diem-dieman.
"Baik kok. Lo gimana? Betah banget ngilang."
"Masih diungkit aja. Maaf deh udah ninggalin lo tanpa alasan." Canda dia sambil senyum ganteng terus ngelus pucuk kepala Cahaya lembut.
Kayanya bercandanya lebih ke ngebaperin deh:)
-to be continued
tau ga sih hape gue waktu itu hilang pas gue udah jadwal kalo malemnya bakal update dan sampe sekarang gue ga tau hp kesayangan gue itu ada dimana:(
untung gue hapal kata sandi wp gue jd nya sekarang bisa up lagi
jadi maaf ya:(

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Fiksyen Remaja[ SUDAH SELESAI✓ ] Cover by @JWLinTheCrown ©hykaaz9, Mei-2019