43. Weekend

7.7K 513 18
                                    

Saturday, 09.04 a.m

"SAYANG!"

"AYA!"

"CAHAYA!"

"SAYANGKUU!"

"CALON ISTRIKU!"

"BELAHAN PANTATKU!"

"SELURUH WORLD-KU!"

"SURGAKU!"

"CALON IBU DARI CHILD-CHILDKU!"

"DIMANAKAH KAMU?"

Berisik anjing:(

"Apaan sih Dan! Berisik tau." Teriak Cahaya dari dalam kamar.

Dandi yang punya radar tinggi langsung naik masuk kekamar Cahaya. Kamar yang udah satu minggu ini Dandi rindukan. Begitu pintunya dibuka, bau strawberry langsung masuk ke indera penciumannya. Seger bener.

Didepan lemari, ada Cahaya yang kayanya lagi sibuk kemas barang yang bakal dia bawa. Kopernya sih ga terlalu besar, tapi disitu ada baju Cahaya sama baju Dandi.

Iya, semua perlengkapan Dandi, Cahaya yang beresin. Mulai dari dot susu, popok, celana ganti sampe kempeng buat sumpelan mulut.g

engga ga, canda.

ini awtor kayanya stress gegara matik:(

Dandi duduk dibelakang Cahaya dan ngangkat tubuh cewek itu biar duduk dipangkuannya. Kayanya mulai detik ini, sifat manjanya Dandi bakal kambuh lagi deh. Kebukti sama perlakuan Dandi sekarang yang udah numpuin kepalanya yang berat kepundak Cahaya.

Kepala Cahaya bergerak gusar, "Kepala kamu kebanyakan dosa nih, makanya berat gini."

"Hush, bawel deh. Lanjutin aja beresinnya, bentar lagi kita berangkat biar sampenya ga kesorean."

"Ya kamu minggir dulu, jangan ngerepotin!" Sarkas Cahaya bikin Dandi cuma cengar-cengir kaya orang bodoh.

"Sana dikasur, bentar lagi selesai."

ㅡㅡㅡ

"Kalo mau tidur ga papa Ya, ini masih jauh."

"Kalo aku tidur, kamu mau ngapain? Yang ada malah kamu ikutan ngantuk terus malah ga fokus nyetirnya."

Dandi senyum hangat, ngerasain perhatian kecil Cahaya yang selalu jadi favoritnya. Tangan kirinya mulai nyari keberadaan tangan Cahaya, lalu dia genggam dan dielus-elus sama ibu jarinya. Cahaya yang digituin ya biasa aja, dia tetep menghadap kedepan.

"Oh iya Dan, disana ada ayah ga?" Tanya Cahaya.

"Engga tau, kayanya sih ga ada. Soalnya kalo aku sama ayah ga di kantor, siapa yang beresin kerjaan?"

"Ini kan weekend bambang, ya libur lah." Sinis Cahaya telak. Dandi yang baru sadar cuma cengir-cengir menyadari kebodohan dia.

"Tapi yang, nanti katanya bakal ada Allisa. Kakak nitipin Allisa ke ibu, sekalian katanya juga mau ketemu sama kamu." Terang Dandi lesu.

"Eh? Ada Allisa beneran?" Tanya Cahaya berbinar-binar kaya orang dapet emas berkarat-karat.

Allisa itu keponakan Dandi, sialnya dia deket banget sama Cahaya. Dia anak dari kakak perempuan Dandi. Allisa baru berumur 3 tahun. Alasan yang bikin Dandi ga suka sama keberadaan Allisa ini, karena nanti dia bakal kehilangan waktu buat manja sama Cahaya. Yang ada, Cahaya malah manjain Allisa.

Sebel banget.

"Heem. Aku minta sama kamu ya yang, nanti kalo udah ada Allisa jangan lupa sama aku. Jangan terlalu manjain Allisa, aku juga pengen kamu manjain. Ga enak tau diduain sama bocil umur kencur kaya Allisa. Lagian lebih enak sama aku, kalo kamu manjain aku, aku bisa maㅡ"

"ㅡCerewet banget ah. Pacar siapa sih ini?" Gemas Cahaya sambil cubit pipi Dandi.

Yang dicubit malah ngode kaya minta lebih, segala bibirnya pake dimajuin, pipinya digembungin. Sama kaya Fathar kalo lagi masang muka imut, jatuhnya menjijikan.

Walaupun lagi berdua doang, tapi Fathar selalu bisa jadi sasaran empuk buat dihujat. Enak aja gitu kalo ngehujat Fathar.

"Jijik." Ceplos Cahaya.

"Ish, sayaaang, aku beneran tau. Aku ga suka ya kalo kamu lebih milih Allisa daripada aku. Aㅡaku cemburu tau." Kata Dandi ragu.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

Cahaya ketawa kenceng, "Ga elit banget sih cemburu sama anak kecil."

"Biㅡbiarin aja."

Perjalanan panjang mereka lalui. Cahaya menepati ucapan dia. Selama berjam-jam dimobil, dia ga pernah tidur barang sedetik pun. Ngeluh kalau dia ngantuk aja engga. Dia tetap setia nemenin Dandi. Ngajak ngobrol, sampe bercandaan.

Tadi sempat mampir ke pom bensin sebentar karena katanya Cahaya kebelet buang air kecil. Terus dilanjut beli beberapa camilan di minimarket situ.

Tapi Dandi masih aja sebel gegara Cahaya ngomonginnya soal Allisa terus. Udah beberapa kali dia berusaha buat mengalihkan pembicaraan mengenai Allisa ini. Berhasil sih, tapi 10 menit kemudian ya Cahaya ngomongin Allisa lagi.

Dandi pengen musnahin Allisa aja kalo gini.

ㅡㅡㅡ

15.30 p.m
D.I Yogyakarta

Mereka sampai didepan rumah orangtua Dandi.

Mereka keluar dari mobil buat ngambil barang-barang mereka di bagasi. Selesai itu, mereka masuk ke pekarangan rumah yang dibilang cukup luas ini.

Disini cuma ada satu lantai, tapi kamarnya cukup banyak. Tanah ini luas, buktinya dengan rumah yang ukurannya cukup besar itu mampu menyisakan halaman yang luas. Didepan pintu udah ada ibunya Dandi dengan senyum hangatnya.

Tentu yang pertama dipeluk itu Dandi. Dipeluk hangat tapi sebentar doang. Buru-buru dilepas sama ibunya Dandi karena mau meluk Cahaya. Kangen katanya.

Belum apa-apa Dandi udah sebel.

Cemburu aja. Masa Cahaya dipeluk sama orang lain.

"Gimana perjalanannya Aya?"

"Harusnya yang ditanya itu Dandi bu. Kan Dandi yang nyetir." Dandi ngedumel dibelakang sambil bawa koper. Ya jadi mereka masuk ke rumah dengan ibunya Dandi sama Cahaya didepan, Dandinya kaya pembantu dibelakang.

Mereka duduk diruang tamu. Ruangan ini menggunakan tema Jawa dan modern. Jangan ragukan selera ibunya Dandi. Walaupun sudah berumur, beliau memiliki otak dan ketrampilan yang kekinian.

"Kamu diem dulu." Kata ibu langsung.

Kayanya disini Dandi bakalan cemburu terus deh.

to be continueㅡ

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang