18.55 p.m
5 hari ada di Bali cukup bikin tulang Dandi retak. Capek banget. Apalagi disana mereka ga pernah absen biat kelilingin tempat wisata Bali. Dari pasar kecil, sampai ke pantai terkenal udah mereka jelajahin.
Tapi capeknya dia enak kok, bisa bikin Cahaya dengan senang hati ngerawat dia. Besok Dandi juga harus berangkat ke kantor lagi, itu poin tambahan biar bikin Cahaya ga bisa nolak manjanya Dandi.
Modusnya bisa aja.
"Sayang, bobo." Kata Dandi sayu.
Kali ini dia memang udah ngantuk berat. 2 jam yang lalu mereka baru sampe di apartmen Cahaya. Dan mereka berdua baru selesai beresin barang-barang yang waktu itu dibawa dari Bali.
"Udah mandi belum?" Tanya Cahaya lembut sambil letakin sisir ke tempat semula.
"Belum, males. Langsung bobo aja ya?"
Cahaya berdecak pelan, "Ga ngebolehin bobo sebelum badannya bersih." Kata dia tegas.
"Tapi aku caㅡ"
"ㅡkalo udah wangi nanti aku cium sambil aku peluk."
"HANDUK AKU MANA YANG?"
ㅡㅡㅡ
Dua orang itu lagi asik ngobrol diatas tempat tidur. Padahal tadi katanya capek, tapi sekarang kalo disuruh tidur alesannya mau liatin muka pacarnya dulu.
Dandi sama Cahaya lagi ngobrolin hal random. Kaya, kapan beli celana dalam baru? Kenapa Fathar jomblo? Kapan Rifky lahir? Sampe, kenapa autor cantik?
Habis ini aku dihujat.
"Tadi ibu telfon aku yang." Kata Dandi sambil terus peluk erat pinggang Cahaya yang mungil ini.
"Kapan? Kok engga bilang sama aku? Ibu nyariin aku ngga?" Tanya Cahaya bertubi-tubi.
"Tadi waktu baru sampe di Jakarta ibu telfon. Nanyain kamu dimana, terus katanya kangen sama kamu, pengen ketemu kamu. Padahal anaknya tuh aku." Adu Dandi pake muka ditekuk. Parahnya, dia modusnya sambil ngelus punggung Cahaya.
"Iih, aku juga kangen sama ibu." Cahaya terkekeh pelan. "Jangan gitu ah, kalo kamu ngerasain jadi aku, baru deh nangis karna ga pernah dapet telpon dari ibu."
Ibu Cahaya meninggal 2 tahun yang lalu karna tabrak lari. Jadi sejak saat itu Cahaya cuma tinggal sama ayahnya yang katanya ga mau nikah lagi. Ingat umur, katanya. Juga karna beliau cuma pengen fokus ke pekerjaannya dan Cahaya.
"Udah, jangan bahas itu. Terus mau ke rumah ibu kapan?" Dandi berusaha hilangin topik tentang ibu ke Cahaya. Kalau Cahaya nangis, Dandi pasti bakal sakit juga.
emg dsr bucin.
"Akhir Minggu?"
"Oke, sekarang bobo ya."
Cahaya mengangguk lalu mulai memposisikan badannya untuk mendapat tempat ternyaman di dada Dandi. Tapi ga berapa lama,punggungnya digerakin sama Dandi. Mau ga mau Cahaya harus mendongak biar muka Dandi keliatan.
"Katanya mau peluk, mau cium."
"Aah, kok inget aja sih."
"Sstt, jangan desah malem-malem yang. Bahaya buat kesehatan aku."
ㅡto be continue
yang minta part Cahaya sama Dandi dibanyakin absen dulu sini. sebutkan nama doi wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Teen Fiction[ SUDAH SELESAI✓ ] Cover by @JWLinTheCrown ©hykaaz9, Mei-2019