LINE
07.30
Cahaya : Yang.
Cahaya : Dandi!
Cahaya : Sayang.
Cahaya : Bangun ih, kebo!
Cahaya : Habis bangun langsung mandi.
Cahaya : Jangan tidur lagi!07.55
Cahaya : Jangan lupa sarapan!
Cahaya : Nanti sakit lagi.
Cahaya : Jangan capek-capek buat hari ini.08.48
Cahaya : Aku ada kelas pagi ini.
Cahaya : Masa belum bangun sih?!
Cahaya : Aku berangkat.10.55
Cahaya : Kamu belum bangun juga?
Cahaya : Emang semalem kamu ngapain aja?13.17
Cahaya : Dandi!
Cahaya : Kamu gapapa kan?
Cahaya : Jangan bikin aku khawatir.Missed call..
Missed call..
Missed call..
Missed call..
Cahaya menghela nafas lelah. Dimanakah kekasihnya? Seingatnya setelah Dandi pulang dari rumahnya kemarin, lelaki itu hanya mengirimi pesan jika dia ada keperluan sebentar diluar, kemudian mengucapkan selamat malam untuknya.
"Kok keliatan gelisah gitu? Kenapa?" Tanya Shasa, temannya.
"Dandi." Jawab Cahaya muram.
"Dia kenapa?" Shasa memperhatikan teman, sekaligus kekasih dari sahabat pacarnya. Belibet.
"Gaada kabar dari tadi pagi." Cahaya kembali menghubungi nomor kekasihnya. Tapi nihil, jangankan diangkat, teleponnya saja tidak aktif.
"Coba gue tanya Nando." Cahaya hanya mengangguk kemudian menatap layar handphone-nya yang menampilkan room chat-nya dengan Dandi.
"Halo sa"
"Yang..""Gausa bercanda, aku mau nanya."
"Iyaiya."
"Tanya apa?""Kamu tau Dandi dimana?"
"Kok tanya tentang Dandi?"
"Yaya ga dihubungin dari tadi pagi. Dia khawatir, otw nangis. Cepetan, Dandi dimana?"
"Eh? Dandi dirumahnya sama kita juga lagi disini."
"Dia ga kenapa-kenapa kan?"
"Kok jadi kamu yang khawatir?"
"Plis deh Nan, ini genting."
"Yaya udah nangis ini.""Dandi dirumah sayang, semalem kita pulang larut banget, katanya dia ma--"
"Ngapain kamu pulang malem-malem?!"
"Buset keceplosan!"
Tiit tiit!!
"Sikampret malah dimatiin!" Shasa memandang kesal kearah ponselnya. Dia buru-buru menyimpan benda pipih itu kedalam tas kemudian menggandeng tangan Cahaya yang daritadi berusaha menelepon sang pacar.
"Ayo kita kerumah pacar lo!"
"Semalem mereka main lagi."---
5 pria sedang berada dalam kurungan amarah 2 wanita. Menunduk dalam sambil mendengarkan ocehan para gadis yang memarahi mereka.
Namun tidak dengan Cahaya dan Dandi. Pasangan itu sedang dalam pose manja. Dengan Dandi yang tidur dipaha Cahaya sambil memeluk pinggang gadis itu erat, mendengarkan ocehan Cahaya yang memarahinya namun dengan nada lembut.
Berbeda dengan Shasa dan Raras yang asyik mengomel dengan suara kencang dan tiada henti. Nando, Rifky, Fathar, Andra, dan Galang menghela napas lelah. Sudah hampir satu setengah jam mereka merelakan telinga mereka untuk mendengar pidato panjang.
"Sa, udah dong. Iya aku salah udah pergi ga pamit, terus pulang kemaleman. Maaf ya? Udah dong ngomelnya. Ga kasihan sama mulut kamu?" Nando bangun dari duduknya untuk menghampiri Shasa lalu membawa gadis itu duduk di sofa yang berseberangan dengan Cahaya.
"Lo tuh bisa ga sih berubah? Mereka masih kecil-kecil buat lo ajak main lagi. Lo paling tua Nan. Ngotak!" Omel Shasa tiada henti. Saat Nando ingin meletakkan kepalanya dipundak Shasa, gadis itu segara menyingkir membuat kepala Nando hampir jatuh.
"Apa lo?" Memalingkan muka, Shasa malas bertatapan dengan Nando. "Yang, banyak anak kecil, bahasanya dijaga!" Nando kembali meletakkan kepalanya dipundak Shasa, kali ini tidak ada penolakan.
Sedikit berbeda dengan Shasa-Nando, Cahaya-Dandi malah terlihat mesra. Padahal jika didengar, Cahaya sedang memarahi Dandi namun tangan mungil gadis itu terus mengelus kepala pacarnya.
"Kamu tau ga sih seberapa khawatirnya aku? Udah berapa kali aku bilang jangan pernah main lagi! Kamu mau berubah ga sih?" Cahaya hampir meneteskan airmatanya sebelum dia menahannya dengan menengadahkan kepalanya keatas.
"Maaf sayang. Iya aku berubah, lagian aku kemarin nemenin Galang doang yang." Dandi semakin mengeratkan pelukannya tanda benar-benar meminta maaf.
"Nemenin doang sampe kamu kecelakaan? Aku khawatir Dan! Bego banget kamu!" Cahaya berdiri membiarkan kepala Dandi yang terbentur sofa. "Aduh! Yang!" Dandi duduk sambil memegang kepalanya.
"Mau kemana sayang? Ih iya maaf sayang maaf, lagian kecelakaan kecil. Buktinya aku gapapa kan? Cuma handphone aja yang rusak yang, bukan otak!" Dandi menyusul Cahaya yang mulai berjalan menjauh. "Syukur deh kalo otak kamu yang rusak. Apasih Dan, gausah peluk-peluk! Aku mau ambil minum. Haus! Ngomelin kamu ngabisin tenaga. Yang diomelin ganyadar." Dandi melepas pelukannya lalu tersenyum gigi.
Berbeda pula dengan Galang yang sedari tadi membujuk Raras agar mau memaafkannya.
"Ras!"
"Maaf!"
"Raras!"
"Gausah cuek ih."
"Iya aku ga main lagi."
"Frustasi dikit semalem tuh."
"Say."
"Ih yaudah kalo kamu gamau maafin. Aku mau tidur lagi."
Dan Galang kembali tidur dikarpet dengan alas lengannya sendiri meninggalkan pacarnya yang menatapnya aneh. "Pacar gue gila banget, Tuhan!" Raras frustasi.
"Gue minta maaf sama siapa nih Ndra?" Fathar menyenggol lengan Andra sambil berbisik.
"Minta maaf sama gue aja sini! Utang lo dua minggu lalu belum lo bayar."
"Minta maaf aja kan? Gausah dibayar?"
"Yeuu tai! Bayar lah!"
"Gaasik lo!"
"Barangsiapa yang tidak membayar hutang, maka dia tidak melunasi hutang." Ucap Rifky, yang termuda diantara keenam pria tersebut.
"Adek lo tuh Thar!"
"Momongan lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Teen Fiction[ SUDAH SELESAI✓ ] Cover by @JWLinTheCrown ©hykaaz9, Mei-2019