Trust

1.2K 181 5
                                    

"Appa...,"

Lisa berlari dengan cepat dan memeluk Nickhun erat-erat. Tangisnya pecah disana. Ia akhirnya bisa merasakan kasih seorang ayah yang ia damba-dambakan selama ini.

"Putriku..., akhirnya aku bisa melihat wajahmu secara langsung." Nickhun membelai surai Lisa dari balik pelukannya.

Wajah pria itu tidak terlihat tua walaupun ia sudah sangat tua diumurnya yang sekarang ini. Lisa menjadi enggan menganggapnya sebagai ayah jika begini.

"Appa, aku..., m-mianh-,"

"Ssh..., apa tahu. Jangan katakan apa-apa. Appa yang minta maaf. Tidak seharusnya appa sekejam itu memberikan nasib untuk putrinya ini. Hanya saja, saat itu hingga sekarang, hanya ada jiwamu yang terbuka untuk dimasuki nasih Underworld itu, Lalisa. Appa minta maaf sudah egois memberikannya padamu."

Lisa tidak bergeming. Ia bisa merasakan rasa bersalah yang sangat mendalam dari ayahnya. Ia tidak menginginkannya, tapi ia sudah mendapatkannya. Ia tidak bisa apa-apa lagi. Semuanya sudah terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur, bahkan jika ada Witch yang bisa mengembalikan waktupun, nasib tidak bisa diubah.

"Sudahlah, appa. Tidak ada yang bisa diubah dari ini." Kata Lisa. Ia melepaskan pelukan itu dan mengakhirinya dengan senyuman. "Ketika semuanya berakhir, aku bisa bertemu lagi dengan appa dan juga eomma, bukan?" Tanya Lisa.

Nickhun menganggukkan kepalanya lalu membelai surai Lisa, "Ya, putriku, Lalisa."

"Aku ingin bertemu dengan eomma. Apa eomma disini?" Tanya Lisa.

Bersamaan dengan pertanyaan Lisa itu, sesosok wanita cantik menampakkan dirinya dari balik pohon besar itu. Wanita itu berlari kecil menuju Lisa.

Dilihatnya putrinya itu sejenak lalu ia memeluknya erat. "Oh, aku sungguh merindukanmu, nak." Victoria mengusap lembut surai Lisa hingga gadis itu bisa merasakan kehangatan mendalam dari ibunya.

"Nado, eomma. Nado."

Semua kunang-kunang yang awalnya mengitari pohon itu lantas bersatu dan menunjukkan sinar terterangnya. Membuat Lisa lantas melepaskan pelukan itu dan menatap heran ke kunang-kunang itu.

"Ada apa dengan mereka?" Tanya Lisa.

"Mereka adalah jiwa dari para Witches. Kau bisa melihatnya putriku, sinar ini adalah harapan terterang mereka kepadamu. Jika kau bisa mengabulkan permohonan mereka, maka mereka akan berusaha mengabulkan permohonanmu." Kata Nickhun.

Victoria menepuk pundak Lisa dengan pelan, "Kau tahu yang terbaik untuk semuanya, nak. Jangan ragu, berusahalah dan mintalah."

"Apa aku bahkan pantas untuk ini?" Tanya Lisa pada dirinya sendiri.

"Jangan meragukan dirimu, Lalisa. Percaya pada diri sendiri maka kau akan merasa pantas dengan sendirinya. Kau harapan terakhir mereka. Tidak ada yang lebih pantas darimu." Ujar Nickhun.

"Tapi, aku...,"

Victoria mengenggam tangan Lisa. "Ingat, kami semuanya percaya padamu apapun pilihanmu."

Lisa menatap ragu, kunang-kunang di depannnya ini. Tapi, ia memantapkan hatinya untuk yakin. Ia lebih dari pantas untuk ini.

Kedua matanya ia pejamkan. Sebuah permohonan ia ungkapkan dalam hati.








Lisa membuka matanya perlahan. Ia bisa melihat Namjoon kini memeluknya erat. Ia tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya hingga Namjoon melakukan ini.

"Waeyo, oppa?"

Namjoon segera melepaskan pelukannya dan mengecek kondisi Lisa. "L-lisa? G-gwaenchana? Kau tidak bernapas tadi. Kau sudah bisa bernapas?" Tanya Namjoon.

"Oppa, aku baik-baik saja. Aku baru saja bertemu dengan appa dan eomma." Kata Lisa.

"M-mwo?"

Lisa berdiri dari duduknya. Dilihatnya Chanyeol tersenyum puas di ujung ruangan yang ia tempati sekarang. Pandangan Lisa mengedar, mulai dari keluarga Luceat hingga keluarga kecil Seokjin dan Jimin ada disana. Senyumannya merekah indah.

"Mereka ingin perang? Ayo! Akan kupastikan mereka pulang tanpa apa-apa."

Jungkook mengenggam tangan Lisa. "Kau benar-benar tidak apa?" Tanyanya.

Lisa tersenyum hangat, "Eum. Jangan mencemaskanku. Cemaskan dirimu saja. 5 hari lagi kita akan mendapati masa susah."

"A-aku tidak ingin kehilanganmu, Lisa. Ramalan itu-,"

"Hei, sepintar apapun Jennie meramal, aku tidak selemah itu untuk menjadi seperti yang ia ramal. Percayalah padaku, Jungkook-ya."

Mata Jungkook memerah. Ia menahan air matanya yang hendak keluar. "Bodohnya aku. Aku selama ini memikirkan yang tidak-tidak. Padahal, kau baik-baik saja seperti ini." Ujar Jungkook disela-sela isakan kecilnya.

Lisa memeluk Jungkook dengan erat. Enggan untuk melepaskannya hingga Jungkook ikut membalas pelukannya dengan sesekali membelai surainya.

"Entah apa yang terjadi selanjutnya, aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Yang jelas, dunia ini tidak selalu menjadi seperti yang kuinginkan. Nasibku sudah ditulis. Aku tinggal menjalaninya."  Kata Lisa.

Jungkook melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Lisa. Menyalurkan kehangatan di malam yang dingin ini.

"Katakan kau akan bersama denganku. Selalu."

"Jungkook-ya...,"

"Lihat aku, Lisa-ya. Berjanjilah seperti itu."

"Jungkook-ya...,"

"Kumohon, Lisa-ya..., aku tidak ingin kehilanganmu. Aku..., aku mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu."

Pandangan Lisa meneduh. Ia mengusap tangan Jungkook yang masih setia berada di pipinya. "Aku tidak berjanji. Aku akan berusaha. Aku..., juga tidak ingin pergi. Aku ingin tetap disini, bersamu." Ujar Lisa.

"Aku memercayaimu, Lis."

Jungkook meraih tengkuk Lisa. Ia mendekatkan bibir mereka hingga saling menyentuh. Tidak ada lumatan disana. Hanya ada mereka yang saling melontarkan perasaan satu sama lain lewat ciuman itu.

Seakan semuanya akan berakhir dengan cepat, seakan semuanya hanya milik mereka.

Bambam menatap langit malam yang seakan menurunkan airnya. "Hyungnim, ini akan menjadi perang besar. Jika kekuatan Lalisa...,"

"Arra, Bambam-ya. Aku sudah tahu itu. Kekuatan Lisa pasti akan meledak. Dan aku tahu, Lisa pasti bisa mengendalikannya. Aku percaya padanya." Kata Namjoon.

Wajah Bambam terlihat sangat lesu. "Aku tidak ingin kehilangan siapa-siapa, hyungnim. Terlebih Lalisa." Ujar Bambam.

"Kau tahu sendiri kita akan selalu kehilangan di perang. Kita hanya perlu memercayai Lisa dan mendoakan yang terbaik untuknya." 

"Lalisa tidak lemah. Ia sangat kuat. Semuanya akan ia tanggung jika ia merasa itu memang kewajibannya. Itu sisi bagusnya. Tapi, aku selalu mengkhawatirkannya. Karena bagaimanapun, Lisa adalah gadis rapuh sebelum ia ke Underworld." Jisoo ikut pembicaraan Namjoon dan Bambam bersama Seokjin di sampingnya.

"Kita memilih percaya pada, Lalisa. Jika memang takdir Underworld sampai disini, kita tidak akan menyalahkan Lalisa. Tapi, jika memang Underworld ditakdirkan untuk seterusnya, kami akan tetap memercayai Lalisa. Pilihannya akan menjadi penentu kita. Percayalah yang terbaik darinya." Ucap Seokjin.

Jennie mendekati mereka dengan enggan, "Aku tidak akan memercayai ramalanku kali ini. Kita hanya perlu percaya padanya."

Yoongi mengamati bersama Chanyeol dari ujung ruangan. "Gadis itu mendapat kepercayaan dari banyak orang. Hal yang bagus, bukan?"

Chanyeol mengangguk, "Ya. Dia akan menjadi tokoh terbesar Underworld. Sumber kekuatannya ada pada orang-orang yang percaya kepadanya. Aku juga menaruh rasa percayaku padanya."

"Begitu pula denganku."

To be continued...

Underworld Story [Lizkook]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang