#3; Penjelasan.

2.9K 154 0
                                    

"Mah, apa alasannya sih mah? Kenapa harus Ony? Didunia ini banyak lelaki selain Ony!"

Ginting mengusap wajahnya dengan kasar, dia benar-benar gusar.

"Gabisa Ny, harus kamu, ayolah tolong kami nak. Lagipula Lea anak yang baik" Ucap Edison.

"Kalau dia baik, gakan mungkin dia hamil pah!"

Plakk!

Satu tamparan mendarat mulus di wajah Ginting.

"Sebodoh-bodohnya mamah, mamah ga pernah mengajarkan kamu untuk bicara seenaknya seperti itu, Anthony."

Sesaat Ginting merasa menyesal atas ucapannya, tapi itu tetap tak menutupi kegusarannya.

Kegusarannya ini bermula saat makan malam yang baru terjadi beberapa jam lalu bersama teman orangtuanya tadi.

Flashback on.

"Sebentar, siapa itu Lea?"

Seketika suasana langsung hening ketika Ginting bertanya, terutama orangtuanya dan sahabatnya itu saling tatap seperti bingung harus bicara apa.

"Kamu ga inget Lea Nik?" Tanya Lucia.

Ginting menggeleng, dia tidak tahu siapa itu Lea. Namun dia merasa namanya cukup familiar.

Marlene tersenyum. "Gapapa ga inget juga, toh Lea juga katanya agak lupa sama Anthony".

"Wajar sih lupa, terakhir kalian ketemu kan pas Anthony masih SD kalau ga salah." Ujar Praja.

"Kak Lea nya kok gak ikut?" Tanya Niken.

"Lea beda pesawat sama kami, dia mungkin baru sampai besok pagi."

"Kok beda pesawat Len?" Tanya Lucia pada Marlene.

"Iya, maskapai kita mendadak nolak membawa orang hamil tanpa surat dokter, karena mendadak sekali jadi Lea terpaksa pakai maskapai lain yang bisa membawanya tanpa surat dokter." Marlene menjelaskan.

"Tunggu, sebentar. Jadi yang mau di nikahin sama a' Ony itu lagi hamil?"  Niken kembali bertanya.

Pertanyaannya sontak membuat Ginting sangat terkejut.

"Maksud kamu apa? Aku mau dinikahin? Gimana sih ini maksudnya?"

Marlene mengerutkan keningnya. "Loh, kamu belum kasih tau dia Luc?"

Lucia menggeleng. "Mana sempet kita kasih tau dia Len, dia jarang pulang."

"Mah, pah, ini apa sih maksudnya? Jelasin lah!" Ujar Ginting, dia sangat dibuat bingung dengan omongan mereka.

Edison menghela nafas."Dalam waktu dekat, kami akan menikahkan kamu dengan Lea."

Flashback off.

"Anthony pulang kebandung itu untuk ngerencanain buat mamah dan papah ketemu sama pacar anthony. Kenapa jadi malah jodoh jodohan gini sih?"

Lucia duduk di samping Ginting. "Maafkan kami nak, tapi pernikahan ini harus tetap dilanjutkan sebelum kandungan Lea makin membesar."

Ginting menatap wajah Lucia. "Kenapa harus Ginting yang nutupin aib perempuan itu?"

Lucia menoleh pada Edison, Edison pun bangkit dari tempat duduknya.

"Tanpa keluarga mereka, kamu tidak akan se sukses sekarang, Anthony."

"Maksud papah apa?"

"Tanpa mereka kamu mungkin belum tentu saat ini menjadi atlet, mereka membiayai hidup kamu dan Niken, mereka membiayai sekolah badminton kamu, sekolah formal kamu sampai SMA."

"Kenapa kalian baru bilang sekarang?"

"Kamu pikir aja, papah hanya lulusan SMA bagaimana bisa papah juga bekerja dengan jabatan direktur saat ini jika tanpa bantuan mereka?" Jelas Edison.

Ginting terdiam mengetahui fakta baru di keluarganya.

"Kasih Ony itu waktu 1 bulan."

"Itu kelamaan Ony, kandungannya akan semakin membesar"

Ginting menghela nafas. "3 hari."

"Baik, mamah tunggu jawaban kamu. Kami harap kamu mengerti posisi kami."

Ginting Side's

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ginting Side's.

Semalaman gabisa tidur karena mikirin hal konyol kaya gini, bisa-bisanya orangtua nyembunyiin hal sepenting ini dariku.

Setelah pembicaraan semalam aku langsung masuk ke kamar dan hingga saat ini aku belum keluar kamar sama sekali.

Untung aja ada kamar mandi didalem kamar.

Aku malas jika harus bertatapan dengan orangtuaku.

Tok..tok..tok..

'Aa' ini Niken, buka pintunya dong.'

Itu Niken, buka jangan ya pintunya?

Buka aja kali ya, toh dia gada sangkut pautnya sama hal ini.

Dengan lunglai aku berjalan untuk membuka pintu, setelah Niken langsung masuk ke kamar sambil membawa nampan ke kasur.

"Tutup a' pintunya." perintahnya, aku mengangguk dan menutup pintunya.

"Ada apa Ken?" Tanyaku

"Sini dulu." Ujarnya sambil menepuk-nepuk kasur.

Aku menghampirinya lalu aku duduk dikasur, tepat di hadapannya.

Dia membuka penutup nampan itu, dan memberikan isinya padaku.

"Aa' belum makan, ini Niken bikinin bubur buat aa' "

Aku tersenyum, sepertinya adikku mengerti apa yang aku rasakan.

Untuk menghargainya aku mengambil bubur itu dan memakannya, walau aku tak lapar.

"Niken suka kontakan sama kak Lea, Jauh sebelum tau aa' mau di jodohin sama dia."

Aku cukup kaget mendengarnya, tapi sepertinya dia akan lanjut ngomong, jadi aku mendengarkan saja dulu.

"Dia orangnya baik, asik malah, nyambung banget sama Niken.

"Kalau Niken sedih, Kak Lea selalu siap sedia buat ngangkat telepon Niken.

"Niken suka sama kak Lea, terlepas dia mau dijodohin sama aa', sebenernya Niken seneng."

Niken senang? Bukannya dia tahu kalau aku punya hubungan dengan Meiwa?

Aku menaruh bubur yang diberikan oleh Niken dinampan.

"Kamu tau kan aa' ini pacaran udah lama sama Meiwa? Kan kamu juga udah kenal Meiwa, dia baik juga kan sama kamu?"

Niken mengangguk. "Iya Niken tau, omongan Niken tadi gada maksud bukan bandingin kak Lea sama Ci Meiwa, mereka sama sama punya kelebihan dan kekurangan. Tapi kalau aa' nanya Niken lebih suka siapa, jawabannya adalah Kak Lea."

Aku menghela nafas. " aa' bingung Ken, mesti gimana, apa kata orang kalau aa' nikahin cewe hamil?"

Niken berdiri lalu ia memelukku. "kak Lea gak seburuk yang aa' pikirin, aa' bakal tau nanti."

Aku terdiam mendengar ucapan bijak dari Niken, adikku ini memang tempat ternyaman di keluargaku.

Dan saat ini aku harus memutuskan aku harus memilih apa.

RankleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang