#8; dulu.

2.1K 126 0
                                    

Ginting melajukan mobilnya untuk pergi ke salah satu hotel yang berdaerah di Ciumbuleuit,bandung, untuk menemui teman satu klubnya yang tinggal disana hingga pertandingan Djarum Superliga usai.

Rencananya dia juga akan menginap disana, karena untuk saat ini dia butuh tempat untuk menjernihkan pikirannya. Mengingat hari pernikahannya dengan Lea, belum lagi dia akan memutuskan hubungannya dengan Meiwa.

Sesampainya di Hotel, dia langsung menuju kamar yang sudah diberitahu oleh temannya lewat pesan.

Saat membuka pintu kamar, ternyata didalamnya sudah ada Jonatan dan Fajar yang sedang berbincang didalam sana.

Tanpa menyapa, Ginting langsung masuk dan menaruh barang barangnya di lemari.

"Lo kenapa, Ting?" Tanya Fajar.

Jonatan dan Fajar kini sedang memandangi Ginting, karena ia tidak terlihat seperti biasanya. Bahkan cenderung lebih pendiam dari biasanya.

"Ting, ada masalah?"

Masih sambil membereskan barangnya, Ginting menggeleng.

Setelah beres dengan barang barangnya, ia menghempaskan badannya dikasur, dengan pandangan lurus menatap langit langit.

Jonatan dan Fajar saling berpandangan, mereka makin aneh dengan sikap Ginting.

"Jo kenapa dah?" Fajar bertanya hanya dari gerak mulut, tanpa suara.

Jonatan menggeleng. "Gatau, dari kemaren kaya gitu."

Karena tak ada respon dari Ginting, akhirnya mereka berdua menghampiri Ginting yang masih setia memandangi langit-langit kamar hotelnya.

"Ting, kenapa sih lo? Kita kan sohib lo."

"Biasanya juga kalau ada masalah apapun lo suka cerita, kenapa emang? Meiwa minta di kawinin? Apa dinikahin?"

Ucapan Fajar tadi seketika mendapat tatapan sinis dari Ginting.

"Idih liatnya sinis amat bang!"

Ginting bangkit dari tidurnya, dia memposisikan diri untuk duduk sambil bersandar di headrest board.

Ginting menghela nafasnya. "Abis pertandingan besok, kalian ikut Gue ya"

"Kemana?" Tanya Jonatan.

"Tolong kasih tau Kevin, Rian, Dinda, Melin, Ihsan, sama kalau kalian punya pasangan ajak aja."

"Ya kemana dulu? Kok lo ngomongnya gak semangat gitu sih?"

Ginting memang sama sekali tak ada rasa semangat membicarakan ini, bahkan sama sekali tak ingin, tapi ini harus dilakukannya.

"Kita ke butik, ngukur seragam kalian."

Fajar dan Jonatan tertawa.

"Seragam? Seragam apaan dah? Lo mau masukin Gue ke TK lagi?"

Jonatan menghentikan tawanya. "Apa jangan jangan, Lo mau nyuruh kita ngukur seragam buat jadi groomsmen lagi?"

Jonatan kembali tertawa bersama Fajar.

"Iya."

Jawaban Ginting seketika membuat Fajar dan Jonatan hening dalam beberapa detik.

"Gila, lo mau nikah Ting?"

"Anjir lah aing dilewatin!"

"Parah sih Ting, lamarannya kapan? Kok Gue gak dikasih tau?"

"Parah sih si Ginting"

Ginting mendengus, ini alasannya kenapa ia malas memberitahu mereka. Bawel.

"Ini kan ngasih tau"

Fajar bertepuk tangan. "Kenapa ya lo yang nikah Gue yang seneng?"

"Selamat ya bro, seneng abis Gue juga dengernya, akhirnya Meiwa dinikahin juga, mungkin efek ngebet pengen punya anak kaya koh sinyo kali ya?" Jonatan menepuk bahu Ginting.

Mendengar nama Meiwa disebutkan kembali membuat hati Ginting rasanya tergores. Ia memalingkan wajahnya.

"Bukan sama Meiwa."

Ginting side's

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ginting side's

Sepertinya Fajar dan Jojo mengerti gimana perasaanku saat ini, karena setelah aku bilang kalau bukan Meiwa yang akan aku nikahi, mereka hanya diam, lalu memelukku.

Itulah yang aku inginkan, pelukan untuk menguatkanku.

Mereka tahu sebesar apa rasa sayangku pada Meiwa, karena mereka berperan penting juga pada hari dimana aku menyatakan perasaanku pada Meiwa.

Flashback on.

"Ting, lo gaboleh Grogi okey? Nanti begitu Meiwa datang lo santai aja, keep calm lah!" Ucap Fajar.

"Emm, Meiwa bakal nerima Gue gak ya?" aku ragu, aku takut Meiwa takan menerimaku, dan malah menjauhiku.

Jonatan menepuk bahuku. "Seizin tuhan sih pasti diterima, siapa coba yang nolak pesona Anthony Sinisuka Ginting?"

"Percaya deh sama Gue, ini hasil dekor Gue, Jojo, Kevin, sama si Rian nih selama.. Emm berapa jam sih Jo?"

Jonatan menunjukan angka 5 pada jarinya.

"Nah 5 Jam, perjuangan nih, pasti diterima lah!" Lanjut Fajar.

Jonatan menunjukan hpnya padaku. "Kata si Rian Meiwa udah di depan, siap siap bro!"

"Nih bunga sama kalungnya, kasih bunganya pas lagi nembak, kasih kalungnya kalau udah diterima ya?" Fajar memberikan kalung dan bunga padaku.

Fajar dan Jonatan pergi meninggalkan ku sendiri, tak lama kemudian Meiwa datang sambil celingak-celinguk.

"Apaan nih?" Meiwa bertanya dengan raut wajah yang terlihat senang.

Aku yang notabene nya tak suka berbasa basi langsung berlutut dihadapannya.

"Kamu tau kan aku bukan tipe orang yang suka basa basi?"

Meiwa terlihat malu, dia bahkan menutup setengah wajahnya dengan tangan.

"Meiwa Abeline, will you be my girl?"

Meiwa mengangguk, lalu aku berdiri memberikannya bunga dan memeluknya.

"Aku sayang kamu, Ting."

Aku tersenyum kemudian aku membalikan badannya untuk memakaikannya kalung.

"Suka gak?"

Meiwa kembali mengangguk dan masih dengan senyuman bahagianya.

°°°

RankleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang