Part 28

1.1K 72 7
                                    

Derasnya hujan siang ini membuat Aisyah harus berteduh didepan ruko yang nampaknya sedang tutup. Ruko itu tidak begitu jauh dari sekolah Aisyah. Ia sudah dibilang cukup lama menunggu mang ujang menjemputnya namun, sampai hujan deras turun pun tanda-tanda mang ujang akan datang menjemputnya sama sekali tidak ada.

Ia mulai merasa cemas. Ditambah lagi dengan dinginnya hembusan angin saat itu, lengkap sudahlah penderitaannya saat ini.

Tidak banyak kendaraan yang lewat disekitar tempat berteduhnya saat ini. Ia sangat berharap mungkin Salsa atau Rasyifa akan lewat untuk menjemputnya saat ini. Memangnya Rasyifa kemana? Gadis itu meninggalkan Aisyah disekolah dan membawa mobil dengan alasan akan mengikuti Azka yang mengantar Salsa pulang. Sungguh, Rasyifa sangat kurang kerjaan menurut Aisyah.

Jika saja ia tahu akan seperti ini, mana mungkin ia akan membiarkan Rasyifa pergi dan mengikuti Azka. Aisyah sungguh tak bisa menolak Rasyifa yang selalu memakai beribu alasan untuk membuat keinginannya itu terjadi. Aisyah tidak ingin mendengar banyak lagi dari Rasyifa, itulah sebabnya ia lebih baik membiarkannya saja. Lagipula ia akan menghubungi mang ujang dan memintanya untuk menjemputnya.

Namun sungguh Aisyah merasa ini adalah salahnya sendiri. Ah, ia lupa bahwa mang ujang sedang pulang kampung. Harusnya ia mengingatnya dan menghubungi mamanya saja. Tapi sangat disayangkan, ia telah menghabiskan baterai handphonenya untuk menelpon mang ujang.

"Aisyah." Seorang cowok yang memanggil namanya itu kini memberhentikan mobilnya dan keluar lalu menghampirinya.

"Lo ngapain disini? Belum pulang? Udah mau malam syah."

Aisyah masih tak menjawab. Ia hanya memandang cowok yang berada didepannya. Cukup simpel, sepertinya Aisyah membiarkan pertanyaan-pertanyaan cowok itu menggantung begitu saja.

"Syah, Gue tanya." Ucapnya sekali lagi.

"Apa? Tanya kenapa gue disini? Harusnya lo bisa ngerti." Ucapnya dengan nada tak bersahabat. Ia memberi jeda sebelum ia melanjutkan perkataaannya lagi.
"Kenapa lo tanya itu gue?"

Ari diam. Seolah ia tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan Aisyah saat ini.

Ya. Jika kalian bertanya siapa yang datang menghampiri Aisyah saat ini, maka dia adalah Ari.

"Karna harusnya lo gak disini dengan masih memakai seragam sekolah lo ditengah hujan kayak gini dan diwaktu yang sudah hampir malam." Ucap Ari.

"Kenapa lo gak lanjut aja bawa mobilnya? Kenapa lo datang dan seakan peduli dengan gue yang ada disini? Ah, harusnya gue gak bilang peduli ya? Sorry." Ucap Aisyah.

Ari nampak bingung dengan perkataan Aisyah barusan. Apa Aisyah masih marah dengan kejadian di sekolah tadi. Harusnya ia sadar, ia memang belum meminta maaf pada Aisyah.

"Maaf." Satu kata itu kemudian terlotar begitu saja dari mulut Ari.

Dan lagi-lagi Aisyah hanya diam saja mendengar kata itu terucap dari mulut Ari.

"Kenapa lo bilang harusnya gue gak disini ditengah hujan kayak gini dan dengan seragam sekolah dan diwaktu yang hampir malam?" Ucap Aisyah.

Seolah tak menganggap kata maaf Ari tadi, Aisyah yang sempat diam kemudian kembali berbicara.

"karna gue peduli. Seperti yang lo bilang." Ucap Ari dengan suara yang lembut.

"Peduli lo bilang? Kenapa peduli?"Tanya Aisyah yang seolah tak puas dengan jawaban Ari.

Ari sebetulnya sudah sangat kesal dengan Aisyah yang selalu menanyakan kembali setiap perkataan yang ia ucapkan sedari tadi. Namun ia tak bisa mengelak, memang nyatanya ia peduli. Selain itu ia juga merasa mungkin sudah seharusnya Aisyah marah. Bukankah itu memang salahnya?

Peduli? Kenapa lo peduli? Kalimat itu terus saja terngiang di kepala Ari. Ia menatap Aisyah lebih dalam. Ia melihat tatapan Aisyah yang seolah meminta jawaban atas pertanyaannya barusan.

Apakah ia harus mengatakannya saat ini juga? Ah, sepertinya tidak. Aisyah bahkan belum memaafkannya.

"Karna gue merasa lo adalah teman gue. Makanya gue peduli sama lo." Ucap Ari pelan.

"Hah? Bukannya teman gue gak cuma lo? Semua yang ada dikelas bukannya teman gue juga? Tapi mereka gak ada kok yang peduli kayak lo."

Cukup. Ari sudah kehabisan kesabaran saat ini. Mengapa Aisyah terus bertanya padanya. Ini kan bukan wawancara atau hal semacamnya.

Ari mengepal kedua tangannya ia sungguh tak dapat menahan emosinya saat ini.

Sungguh ini sangat berlainan dengan kepribadiannya selama ini.

"Karna gue beda dengan yang lain!!"Ucapnya dengan keras dihadapan Aisyah.

Aisyah sempat kaget. Namun kini ia menampilkan senyuman indah diwajahnya. Namun sepertinya bukan senyuman tulus seperti biasanya.

"Apa bedanya lo dengan mereka sih? Mereka punya kaki, tangan, mata, telinga dan lainnya sama kayak lo. Oh gue paham, maksud lo hati lo sama mereka beda? Lo baik dan mereka jahat? Lo tulus dan mereka enggak? Itu maksud lo?" Ucap Aisyah.

Ari terdiam. Apakah ini saatnya ia mengatakannya pada Aisyah? Tidak. Tidak. Ini bukanlah waktu yang tepat. Ia harus mendapat maaf dari Aisyah terlebih dahulu.

"Lo marah sama gue gara-gara waktu dikantin tadi?"
"Gue minta maaf, gue gak bermaksud buat nyinggung lo. Gue tahu apa yang gue ucapkan salah dan gak seharusnya gue ngomong gitu didepan lo. Plis maafin gue. Gue janji next time gak bakal kayak gitu lagi." Ucap Ari pelan. Ia harap Aisyah tidak akan bertanya lagi seperti sebelumnya.

Sebenarnya Aisyah sudah agak melupakan kejadian dikantin. Walau jujur, ia memang tidak terima dengan Ari yang berkata seperti itu padanya.

Namun saat ini entah dorongan dari mana sehingga ia ingin saja memperjelas setiap kata yang Ari keluarkan. Mungkin bisa dibilang kepastian.

Aisyah tersadar. Ia mungkin cukup egois karna membawa-bawa perasaannya saat ini. Oke, memaafkan Ari mungkin adalah pilihan tepat saat ini.

"Oke gue maafin. Maaf juga kalo terlalu nyebelin tadi."

"Gakpapa. Udah hampir malam. Lo mau disini sampai kapan?" Tanya Ari.

Tunggu. Tunggu. Barusan tawaran? Ari akan mengantarnya pulang? Aisyah harap ia tidak salah asumsi lagi saat ini.

"Sampai ada yang jemput."

"Kalau gak ada?"

"Gue gak akan pulang."

"huhh, Gue antar lo pulang. Ayo buruan jangan mandang doang kayak gitu. Lo jangan jadi bodoh nunggu disitu." Teriak Ari yang kini telah berjalan mendahului Aisyah.

Dan pada akhirnya Aisyah pun pulang kerumahnya dan diantar oleh Ari.

"Makasih." Ucap Aisyah begitu keluar dari mobil Ari.

"Sama-sama. Gak ada hadiah buat gue?" Tanya Ari tersenyum.

"Emang Lo ultah?"

"Gak."

"Terus?"

Gak peka banget!!

"Gue kan udah antar lo pulang, jadi sebagai imbalan lo temanin gue ke toko buku besok. Oke? Gak ada penolakan dan bye gue pulang dulu." Ucapnya yang diakhiri dengan senyuman yang mampu membuat siapapun yang melihatnya terpesona.

Aisyah cukup terkejut. Namun dalam hati ia juga senang. Dan ia tak tahu alasan mengapa ia harus senang diajak Ari. Apa mungkin alasannya mulai Cinta?

~~

Hay I am back.

Gak jelas? Aku sadar ini gak jelas. Jadi sorry.

Klo ada Typo mohon maaf aja. Dan bisa koment kalo emang ada yang kurang menurut kalian.

Makasih buat readers yang tetap mau baca vote, dan koment. ILY all.

Kemungkinan aku next di 100 viewers dan 10 koment dan 30 vote. So, klo mau di read dont forget koment dan vote juga yah😉

Klo ada yang berbaik hati mau ngasih ide alur cerita aku makasih banget.

*See You In The Next Part.

~Wahdaniyah

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang