Chapter 13

289 29 5
                                    

Semua sudah menyelesaikan sarapan pagi mereka. Mereka duduk di satu meja besar yang dapat muat mereka semua.

"Ayo main rollercoaster. Sudah lama aku tidak main rollercoaster." Nashi memberi usul dengan mata yang berbinar binar sambil menunjuk rollercoaster yang inginia naiki.

"Boleh saja. Mengapa tidak? Tidak ada yang takut ketinggian kan?" Tanya Reiki memastikan. Ia melihat yang lain, merka menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Baiklah kalau  begitu. Ayo kita naiki rollercoaster itu sekarang. Apa yang kita tunggu?" Ucap Nashi tidak sabaran. Ia menarik lengan Storm ke arah rollercoaster, dengan berlari cepat.

Yang lain hanya tertawa dan menggeleng kepala mereka pelan ketika melihat kelakuan Nashi yang mirip seperti anak - anak itu. Mereka pun sedikit berlari mengejar pasangan tersebut yang sudah ada jauh di depan.

Setelah mereka sampai di rollercoaster, Nashi sudah menuggu mereka tidak sabaran, menghentak = hentakkan kakinya yang malah kelihatan lucu untuk Storm.

"Huh, kalian akhirnya sampai juga. Kenapa lama sekali?" Tanya Nashi selagi mengembubgkan kedua pipinya dikarenakan sebal.

"Maafkan kami Nashi-chan. Kamu berlari terlalu cepat tadi." Ucap Nova mencoba menennangkan Nashi yang sudah kesal.

"Baiklah, kalian kumaafkan hari ini. Lain kali coba untuk lebih cepat dariku." UCap Nashi menggembungkan kedua pipinya. Ia masih saja kesal walaupun ia bilang ia sudah memaafkan mereka.

Storm hanya tertawa kecil melihat kelakuan Nashi. Baginya Nashi itu terlalu lucu dan imut. Storm sangat menyukai Nashi. Ia tidak akan menukar Nashi dengan apa pun di dunia ini. Sekarang ia sudah mendapatkan Nashi, ia tidak  akan pernah melepaskannya lagi.

"Ayo kita naik. Apa yang kalian tunggu lagi?" Ucap Luke yang sudah naik dengan Emma.

Yang lainnya pun ikut menaiki rollercoaster, satu - satu dan tentu saja berpasangan. Setiap orang bersama pasangannya masing - masing.

Mereka mengencangkan sabuk pengaman dan rollercoaster pun mulai bergerak. Yang awalnya lambat, semakin lama semakin cepat. Mereka berteriak kencang ketika mereka rollercoaster berada di atas dan melaju turun dengan sangat cepat. Ada beberapa yang menutup mata mereka, ada juga yang tertawa bahagia.

Saat mereka turun dari wahana mereka tertawa ketika melihat penampilan yang lainnya yang sudah berantakan. Mereka lelah karena berteriak tapi mereka senang.

Mereka main beberapa wahana lagi sebelum mereka memutuskan untuk berhenti sejenak dan makan siang. Setelah makan siang mereka melanjutkan bermain lagi.

Hari sudah mulai malam ketika mereka masuk ke wahana terakhir mereka, bianglala. Dan tentu saja mereka masuk berpasangan lagi.

Subaru dan Luna baru saja memasuki bianglala. Luna melihat pemandangan dari atas bianglala. Sungguh pemandangan yang indah, batin Luna ketika melihat pemandangan yang ada di bawahnya.

Lampu - lampu sudah mulai menyala karena hari memang sudah mulai gelap. Kerlap - kerlip lampu menambahkan kesan indah pemandangan.

Luna tersenyum senang ketika ia melihat pemandangan terbut. "Indah." Gumam Luna namun, Subaru masih dapat mendengar Luna.

"Kamu lebih indah." Ucap Subaru secara tidak sengaja. Sontak Subaru menutup mulutnya ketika ia menyadari apa  yang baru saja ia katakan dan Luna pun mengarahkan tatapannya pada subaru dengan muka yang sudah mulai berubah warna menjadi merah padam.

"Apa yang baru saja kamu katakan?" Tanya Luna dengan mukanya yang mulai merah padam. Muka Subaru pun sudah mulai berubah warna menjadi warna merah padam.

"Tidak, tidak ada. Aku tidak mengatakan apa pun kok." Sangkal Subaru sambil melambaikan tangannya dan menggeleng - geleng kepalanya. Mukanya hanya bertambah merah saja dari tadi karena menahan malu.

"Oh, baiklah kalau begitu." Luna memalingkan wajahnya. Ia malu sekali. Tapi ia juga yakin tadi Subaru mengatakan dirinya lebih indah, apa ia hanya berkhayal?

Setelah itu suasana menjadi hening untuk sementara. Baik Subaru maupun Luna masih tidak mau membuka suara. Sampai Subaru membuka suara pertama.

"Kamu cantik, lebih indah dari pemandangan ini." Ucap Subaru gelagapan dengn waah merah. Ia hanya terus melihat ke bawah ketika ia mengatakannya. "Aku tau ini memang lancang, tapi aku menyukaimu Luna, sangat menyukaimu. Aku sudah menyimpan rasa padamu sejak pertama kali aku melihat dirimu." Subaru menyatakan perasaanya, masih dengan melihat ke bawah. Ia takut melihat respon Luna dengan perasaanya.

Setelah beberapa saat Luna pun masih saja diam. Luna tidak mengatakan apa pun. Luna masih shock dengan Subaru yang baru saja menyampaikan perasaanya. Apa yang didengarnya benar? Apa benar Subaru menyukainya? Dia tidak salah dengarkan? pertanyaan - pertanyaan itu saja yang berputar - putar di kepalanya.

Subaru yang tidak mendengar sepatah kata pun dari Luna menjadi sedih. Ia pikir Luna tidak mencintainya balik. Hatinya sungguh hancur. Pikiran - pikiran negatif memenuhi kepala Subaru hingga ia merasa seperti ingin berteriak dan menangis, tapi ia urungkan niatnya itu. Ia hanya diam selagi tetap memandang ke bawah.

Luna tersadar ketika ia mendengar suara isakan. Ia pun kaget melihat Subaru yang terisak. Apa Subaru menangis karena dirinya? Apa karena ia tadi sempat termenung?

Luna sudah tidak tau lagi. Yang ia tau hanya satu. Ia juga mencintai Subaru dan ia harus menyampaikan perasaanya ini kepada Subaru.

"Aku juga menyukaimu. aku tidak tau sejak kapan, tapi aku juga menyukai kakak." Ucap Luna mendadak membuat Subaru menghentikan isakannya dan mengangkat kepalanya. Air mata Subaru masih saja mengalir.

Ia senang, Subaru senang mendengar Ucapan Luna. Ia merasakan sesuatu yang hangat dari dalam dadanya. Kini air matanya digantikan dengan air mata bahagia dan senyum yang merekah.

Subaru berdiri dari tempat duduknya kemudian memeluk Luna dengan sangat erat. Ia takut kalau ia melepas Luna, Luna akan hilang dari hadapannya kemudian ia terbangun dan ternyata ini semua hanya mimpi.

Tidak, Subaru tidak mau hal itu terjadi. Yang baru saja terjadi itu nyata kan? Aku tidak  sedang bermimpi kan? Pertanyaan itu terus berputar - putar di dalam kepala Subaru.

"Aku gak sedang bermimpi kan? Ini semua nyata kan?" Ucap Subaru semakin mengeratkan pelukannya.

"Iya kak, ini semua nyata. Aku nyata." Ucap Luna mengelus punggung Subaru berusaha menenangkannya.

Subaru pun kembali terisak. Ini semua nyata bukan cuman mimpi, batin Subaru. Ia sangat senang dengan kenyataan bahwa hal - hal yang baru saja terjadi kepadanya itu nyata dan bukan mimpi.

"Udah, kakak tenang ya. Luna gak akan hilang kemana - mana kok." Ucap Luna, ia masih mengelus punggung Subaru.

"Boleh aku cium kamu? Aku ingin memastikan semua ini nyata." Ucap Subaru dengan muka merah. Luna yang mendengarnya pun mulai menjadi mrah padam. Ia mengendurkan sedikit pelukannya tapi tidak sampai lepas supaya ia bisa melihat muka Luna.

"B-boleh kok kak.' Ucap Luna gelagapan dan muka yang sudah berubah warna menjadi merah, tapi dengan senyum yang dapat membuat Subaru meleleh. Dan.....

Cup.....

Sebuah kecupan mendarat di bibir Luna. Mereka berciuman untuk pertama kalinya di puncak bianglala dengan suasana yang bisa dibilang romantis.

Bagaimana ya selanjutnya?

To be continued......

Jadi bagaimana dengan ceritanya?

Maaf kalau kurang bagus. Rissa-chan sudah berusaha semampunya.

Akhirnya Chapter yang ini bisa diupdate.

Rissa-chan undur diri dulu.

Bye-bye semuanya. Sampai bertemu di Chapter selanjutnya.

Makasih ya yang untuk kalian semua yang udah mau baca bahkan sampai vote dan comment. Rissa-chan benar benar terharu loh T-T.

Pokoknya makasih buat kalian semua yang udah mampir baca cerita ini.

Different StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang