Subaru dan yang lainnya sedang menunggu kabar mengenai keadaan Luna dengan cemas.
Sedari tadi dokter yang menangani Luna belum juga keluar dari ruangannya.
Subaru hanya diam, dia tidak merespon pada apa pun yang dikatakan oleh orang orang di sekelilingnya.
Pikiran Subaru hanya dipenuhi dengan Luna. Subaru tau kalau Luna adalah perempuan yang kuat.
Tapi Subaru takut kalau ia tidak akan bisa melihat senyum cerah milik Luna lagi.
Subaru sudah tidak bisa menangis lagi. Ia sudah menangis sejak menemukan Luna yang terbaring lemah di arena bertarung. Sampai sampai matanya terasa kering.
Kalau Subaru bisa, ia ingin menggantikan posisi Luna dengan posisinya. Ia tidak sanggup melihat orang yang dicintainya terbaring lemah dengan badan penuh luka.
Ia terus memanjatkan doa agar yang di atas tidak mengambil Luna terlebih dahulu.
Subaru sangat panik melihat kondisi Luna tadi. Ia segera membawa Luna ke rumah sakit terdekat. Bahkan ia sampai melupakan yang lainnya yang ia tinggal di sana. Ia sangat panik tadi.
Kondisi yang lainnya pun tidak jauh berbeda. Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi Luna. Setidaknya kondisi mereka lebih baik dari pada Subaru yang terlihat seperti mayat hidup, tidak memiliki jiwa.
Saat yang ditunggu tunggu pun akhirnya datang. Dokter membuka pintu ruangan tersebut secara perlahan.
Subaru yang melihatnya pun langsung bangkit dari posisi duduknya dan menghampiri dokter tersebut.
"Bagaimana kondisinya dok?" Suara kekhawatiran tidak dapat lagi Subaru sembunyikan.
Dokter tersebut tersenyum tipis sebelum menjawab. "Kondisi pasien sudah stabil. Tapi sayangnya mungkin ia tidak akan membuka matanya untuk beberapa saat. Ia akan dipindahkan ke ruang rawat inap." Subaru sempat terpaku mendengar ucapan dokter tersebut.
"Apa kami boleh melihatnya dokter?" Tanya Lucy cemas.
"Tentu saja boleh. Tapi tidak boleh terlalu banyak orang yang menjenguknya di satu waktu." Ucap domter tersebut. Lucy hanya mampu menganggukan kepalanya.
"Saya permisi dulu kalau begitu. Masih banyak pasien yang harus saya periksa." Pamit dokter tersebut sebelum pergi meninggalkan mereka.
Tidak lama setelah itu beberapa suster membawa brankar yang terdapat Luna yang terlihat sedang tertidur pulas di atasnya.
Subaru merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya. Ia tidak suka melihat Lunanya terlihat sangat lemah seperti ini. Ia ingin sekali menggantikan posisi Luna di brankar bila ia bisa.
Di belakang terdengar Natsu yang menghela nafasnya. "Panggilkan Wendy secepatnya. Aku yakin ia bisa menangani Luna." Ucap Natsu kepada Lucy. Lucy pun hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.
Lucy menjauh dari yang lainnya kemudian mulai menghubungi Wendy. Tidak lama setelah itu Wendy pun mengangkat telponnya.
"Hallo?"
"Wendy-chan."
"Oh... Lucy-nee, ada apa? Kenapa sepertinya Lucy-nee sedang sedih?" Suara Wendy terdengar khawatir.
"Aku tidak apa apa kok. Apa Wendy-chan sedang sibuk?"
"Tidak Lucy-nee. Apa terjadi sesuatu?"
"Bisakah kamu datang ke rumah sakit magnolia?"
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku harus sampai pergi ke rumah sakit? Sesuatu yang serius pasti terjadi kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Different Story
FanfictionSetiap orang mempunyai ceritanya masing - masing. Hampir tidak mungkin untuk mempunyai cerita yang sama dengan orang lain. Lalu bagaimana dengan cerita kami? Dan apa / bagaimana akhir dari cerita kami? Apa akan berakhir bahagia seperti cerita dongen...