Pria dengan pahatan wajah kelewat sempurna itu mendesah lega kala pekerjaan yang ia coba selesaikan dalam waktu 3 bulan itu selesai. Ia lantas menghubungi atasannya yang merupakan adik kelas nya semasa SMA.
Wow.. Masa depan benar-benar tak bisa di tebak. Siapa sangka bocah ingusan itu menjadi bos nya? Memikirkannya saja membuatnya mendengus sebal.
Namun, bagaimana pun ia mencintai pekerjaannya. Daripada duduk manis mengawasi bawahan, ia lebih suka menjadi bawahan yang menikmati proses bekerjanya dan mendapat hasil yang ia inginkan.
"Hans.. Udah jadi nih proyek gue"
"anjrit! ya lu bawa lah sini ke kantor. Ngapain lu laporan ke gue?!"
"males ah gue ke kantor. Lu aja ambil sini"
"sinting emang lo. Elu doang Ren yang nyuruh-nyuruh boss sendiri"
"Yaiyalah.. Karen selalu berbeda"
"iya beda. Orang-orang mah seumuran elu udah pada nikah. Lah elu asik ngegambar rumah masa depan orang. Rumah masa depan lu sendiri gimana?"
"tuh kan bahas nya gituan mulu. Siap-siap meja lo ada surat resign gue"
"tuh kan kamu juga ambekan. Kan aku becanda aa Karen"
"jijik gue sumpah. Mau ambil gak lo jadi?!"
"ntar malem aja lah gue ke apart lo. Gue masih ada rapat. Gausah protes and... Bye!"
Tut..
Karen memutar bola matanya malas. Kalimat tentang pernikahan selalu melekat di kepalanya usai pembicaraan itu.
Menikah. Siapa yang tidak ingin? Apalagi umurnya sudah lebih dari matang. Kalau terlalu matang ya busuk. Dan Karen tak mau busuk duluan.
Apa masalahnya? Kenapa semua wanita tampak sama dimatanya? Tak ada satupun dari mereka yang dirasa special kayak martabak baginya.
Mungkin banyak orang mengklaim dirinya terlalu memilih. Ya.. Karen tidak tahu pemilih itu yang seperti apa. Ia hanya merasa belum cocok dengan salah satu dari mereka.
Karen bahkan berhenti berpacaran setelah lulus SMA. Buang-buang waktu. Lebih banyak nyusahinnya daripada senengnya.
"woy mana proyek lo? Cepetan! Sejam lagi rapat nih gue"
Karen bangun dari tidurnya. Ia mengernyit heran.
"seinget gue, lo bilang mau dateng malem deh. Dan seinget gue juga, gue punya bel rumah. Gue juga masih inget kalau gue udah masang password"
"pertama, ternyata client minta rapat di cafe depan apartemen lo jadi gue sekalian mampir ngambil proyek lo. Kedua, gue yang lupa kalo lo punya bel rumah. Ketiga, password lo gampang ditebak. 0000? Kayak orang tua pikun lo masang password begitu"
Karen hanya bisa mendengus mendengar jawaban Hans.
"yaudah cepet. Gue mau pergi"
Hans tersenyum jahil "kencan buta lagi lo?"
"ya biasalah nyokap. Boleh ga sih gue durhaka sekali-kali?"
"lah.. Lu mah durhaka mulu dari dulu! Katanya mau insyaf! Udah datengin aja. Pilihan nyokap lu tuh gapernah salah. Bening-bening"
"emang kaca apa. Yaudah lu bantuin gue ya?"
"pilihin baju? Oke gue semangat nih kalo ada kencan-kencan"
🌹🌹🌹
"Karen sialan" Hans mendengus sebal. Kenapa juga dia duduk manis direstoran dan menunggu orang yang tidak diketahuinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/169688037-288-k834033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVERITY (Short Story)
Lãng mạn✨✨ROMANCE✨✨ Cuma kumpulan short story, sometimes Oneshoot. Hope you like it Jangan lupa tinggalin jejak 👍 7 story DONE!! DILARANG PLAGIAT CERITA MILIK SAYA! CAPEK MIKIR DAN WAKTU! TOLONG HARGAI! TERIMAKASIH