7. To Me (2)

1.8K 155 2
                                    

Hari ini mendung sama seperti suasana hati Gavin.

Satu persatu masalah datang. Yah namanya juga hidup, masalah selalu datang. Tapi kenapa masalah Gavin rasanya terlalu banyak.

Ia menutup matanya pelan berusaha tidur berharap dapat melupakan masalahnya barang sebentar.

Besok ia harus kembali ke kota asalnya. Ke rumah orangtuanya. Jaraknya tidak terlalu jauh sebenarnya, tanpa kos pun ia bisa pulang pergi ke kampus dari rumah tersebut. Namun yang katanya rumah sudah tidak menampilkan kehangatan layaknya sebuah rumah. Hal ini membuatnya lebih menyukai hidup sendiri dan ngekos merupakan pilihannya.

Besok ia harus pergi ke kota tersebut, tidak ke rumah melainkan ke pengadilan agama. Yah akhirnya setelah sekian lama menikah kedua pasangan tidak bahagia itu yaitu kedua orangtuanya akan resmi bercerai. Keduanya saling membeci, dan kehadirannya ditengah-tengah mereka adalah penyebabnya. Kejadian satu malam yang tidak diinginkan katanya. Rasanya Gavin ingin tertawa. Apa salahnya kalau begitu? Kenapa ia yang paling menderita disini. Dibenci sejak dalam kandungan oleh orangtuanya sendiri.

Besok..

Besok terakhir kalinya ia menemui kedua orang itu. Sekaligus menyaksikan hari kemerdekaan keduanya.

Rasa benci itu begitu mendarah daging dirinya. Sudah lelah berpikir ia pun tertidur.

*****

"Selamat ya atas perceraiannya" ujar Gavin sambil tersenyum manis penuh suka cita yang terlihat terlalu dibuat-buat.

Ujaran itu membuat beberapa orang yang berdiri di dekatnya menatap dirinya aneh.

"Anak gila" ujar seorang pria berumur namun masih tampak terlihat gagah dan rupawan wajahnya mirip sekali dengan Gavin dan Gavin membenci fakta tersebut.

Ibunya melengos "kita sudah selesai, saya akan kembali ke rumah orangtua saya. Kamu terserah mau pilih tinggal dimana" ujarnya dengan culas kepada Gavin.

Gavin mengeraskan rahangnya menahan emosi "oh tidak perlu repot-repot tuan dan nyonya, sudah cukup hidup saya tinggal bersama kalian bagai di neraka. Kedatangan saya hari ini hanya ingin mengucapkan selamat atas perceraian kalian serta selamat tinggal dan jangan sampai berjumpa kembali. Mau kawin lagi kek, rujuk kek, kayang kek bodo amat terserah. Mulai hari ini saya menghapus nama Hadinata dibelakang nama saya dan jangan pernah mengaku mengenal saya kedepannya karena saya tidak sudi. Bye"

Gavin meninggalkan keduanya begitu saja mengabaikan panggilan mantan ayahnya itu. Mantan ayah? Gavin suka dengan sebutan itu.

Ia kembali mengendarai motornya dan kembali ke kosan tercinta.

Bulan sudah memasuki musim hujan. Sedari kemarin langit seringkali mendung seperti sekarang. Ia memacu motornya dengan cepat berharap dapat sampai sebelum hujan turun.

Dan harapannya itu terkabul. Ia memarkirkan motornya saat hujan belum turun lebat. Sedikit gerimis. Pemandangan didepannya menarik perhatiannya. Ia melihat Skyla grasak-grusuk memindahkan pakaiannya dari tempat menjemur ke dalam kamar kos nya.

Sudah sebulan Skyla menempati kos yang sama dengannya. Tidak ada interaksi lebih dari sekedar sapa jika tak sengaja melihat satu sama lain. Skyla dengan praktikumnya dan Gavin dengan permasalahannya.

Gavin juga jadi hapal jadwal keluar kamar Skyla. Saat menjemur pakaian, mengambil pakaiannya lagi yang kering, dan berbelanja perlengkapan kos dua minggu sekali.

Teman wanita itu sering main ke kosan Skyla, bukan main sih.. lebih tepatnya mengerjakan laprak bersama. Kadang Gavin meringis sedap-sedap ngeri, apa gak keriting itu jari dipake nugas mulu.

LOVERITY (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang