5. Never Ending (2)

2.3K 178 5
                                    

Hello again.

Nama gue Olive.

Umur 25 tahun.

Pendidikan tamat SMA.

Pekerjaan photografer

Status jones.

Bohong kalo gue senang.

Dan gue bertahan dengan kebohongan itu.

Topeng dengan wajah ceria penuh senyum yang gue tampilkan setiap hari hanyalah sebuah kebohongan.

Gue lebih cekatan, lebih giat, lebih ceria, lebih banyak ngomong karena keadaan.

Gue bukan orang yang seperti itu.

Itu semua hanya demi pekerjaan.

Supaya orang nyaman sama gue sehingga jasa foto gue laris keras.

Fake atau apapun itu, gue lakuin untuk bertahan hidup.

"Liv, ada yang mau prewed orangnya 2 jam lagi kesini. Di studio aja katanya"

Gue menatap heran kepada bos gue yang umurnya ga terlalu jauh sama gue, gue udah kerja dibidang ini hampir setahun bikin gue udah deket banget sama semuanya termasuk bos gue ini namanya Rafka.

"Loh abang ga bilang daritadi, gue udah beresin kamera gue. Lagian masa prewed sore.. biasanya kan pagi" ujar gue sambil mengeluarkan kembali kamera yang gue beli dari tabungan gue sendiri sejak jaman SD. Terpaksa harus di charger disini.

"Orang kaya kalo pagi sibuk. Ini juga pake duit dia biar bisa sekarang karena besok ada urusan katanya"

Gue ya cuma bisa pasrah dan mengikat perintah.

"Gue kasih bonus dah gausah manyun muka lo"

Gue tersenyum senang "siap boss! Ayo ayo siap-siap" seru gue ke staf lainnya kayak si ucup bagian lighting, dll.

Dua jam kemudian datenglah seorang cewek cantik yang gue yakini si calon pengantin wanita. Gayanya angkuh dilihat dari tingginya dagu yang sengaja ia angkat tinggi itu, rasanya pengen gue sembelih itu leher. Aku ini berdosa banget.

Kita disuruh menunggu si cowok, tapi hampir sejam ga dateng-dateng. Langit udah hitam gelap kali sekarang. Bener-bener nyusahin. Badan gue udah pegel dan butuh rebahan segera. Sialan.

"Maaf saya telat, macet"

Gue menoleh ke sumber suara dan seketika menegang. Gue udah berdoa setengah mati buat gak ketemu cowok ini. Gue ga inget udah berapa kali ngomong ini hari ini tapi gue pengen ngomong lagi, sialan.

Hari tersialnya gue hari ini pokoknya.

"Jam pulang kerja memang selalu macet pak. Anda bisa istirahat dulu pak"

Cowok itu tak menanggapi ucapan Bang Rafka, masih sama saja ternyata. Sulit apa untuk sekedar menanggapi dan berbasa-basi.

"Baby.. kok telat sih! Aku udah lama loh nungguin" suara cempreng yang bikin gue meringis tak suka itupun bersuara. Oh jadi playboy macam Lio yang suka gonta-ganti cewek bakalan mengakhirinya dengan cewek kayak gini?

Gue terkekeh tanpa sadar. Cocok.

Gue gak sadar ternyata udah jadi pusat perhatian karena suara ketawa gue. Untungnya gue cepat tanggap dan melanjutkan ketawa gue lebih keras sedikit.

"Hahaha.. ah itu tadi didepan ada yg jatoh ke got, gue keinget lucu banget jir"

Beberapa dari mereka hanya tersenyum, ada juga yang menggelengkan kepala menatap gue. Ada yang menatap gue tapi juga gak menampilkan raut wajah apapun, flat.

Apa cowok brengsek itu inget gue?

Semoga aja enggak. Cewek dia kan banyak, masa inget sama gue yang kucel gini.

Tapi suasana kok jadi awkward gini, gerak cepat! Gak mau gue lama-lama satu ruangan sama nih cowok. Akhirnya gue coba mencairkan suasana.

"Untuk mempersingkat waktu bagaimana jika kita mulai saja, silahkan untuk calon pengantin pria berganti baju. Di ruangan sebelah sana, Pak Lio" ujar gue sambil menunjuk daerah sebelah kanan.

"LIO?!" Ujar si wanita cempreng membeo.

Gue mengernyit. Kan emang namanya Lio, gak salah kan gue?

"Lio siapa Liv? Ada-ada aja. Ini pak Marsel, Direktur utama MDR Group"

Marsel? Baru denger gue itu nama. Apa yang didepan gue ini bukan Lio. Aduh malu banget! Tapi enggak kok! Masa iya gue pikun. Gue inget setiap sudut muka si bangs*t Lio.

"Oh saya salah denger berarti tadi, hehe. Maaf pak" cemgirku.

"Wait! Tau darimana lo nama Lio? Marsel ga suka dipanggil Lio kecuali sama adeknya"

Kan bener ini Lio. Tapi mana gue tau kalau dia gaboleh dipanggil Lio kecuali sama Rere. Aduh gue udah ga pernah kontakan sama Rere lagi semenjak lulus SMP, shit.

"Nah itu bu, saya tahu dari Bu Renata.. tadi menghubungi pihak kami dan berkata bahwa yang akan prewed nanti adalah kakaknya dan pesan untuk memfoto yang terbaik" ujar gue, lancar banget ya gue kalo bohong. Bakat terpendam kah?

Barbie yang dibuat-buat itupun tersenyum manis "tumben adik kamu ngelakuin kayak gitu, beb. Udah di restuin 100% dong aku"

Lio hanya tersenyum menanggapi namun senyumnya berubah menjadi smirk saat menatap gue. Gue mulai merasa terancam.

Foto berjalan lancar dan cepat karena Lio orangnya simpel. Walaupun calon istrinya itu ribet minta ulang berkali-kali tapi Lio dengan tegas menolak. Lio... Apa sekarang gue mulai biasain panggil Marsel aja ya walau gue cuma ngomong dalam hati. Takutnya nanti keceplosan lagi.

"Terimakasih atas kerjasamanya pak semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain kesempatan"

Ih gue sih ogah kerja sama dia lagi. Rasanya pengen gue sumpel mulut Bang Rafka.

Marsel mengalihkan tatapannya ke gue yang sedang ngotak-atik kamera.

"Ini juga karena photografer anda yang hebat. Senang bekerja sama denganmu, nona Olive" ujarnya sambil mengangkat tangan kanannya mengajak bersalaman. Mau gak mau gue bales jabatan tangannya.

"Sama-sama pak"

"Wah kayaknya sudah saling kenal nih"

"Engga bang, pasti bu Renata ya yang memberi tahu nama saya"

Marsel hanya mengangkat sebelah alisnya bikin gue ketar-ketir. Ngomong-ngomong pacar Marsel sudah pulang duluan dengan alasan capek dan menyerahkan sisanya pada Marsel.

Gue tersadar saat merasakan sesuatu. Marsel membelai lembut punggung tangan gue dengan jempolnya bikin gue meremang ingatan terakhir kita bertemu juga bikin gue sontak melepaskan tangan gue dari buaya ini.

"Oh ya saya minta beberapa yang sudah dicetak lusa dan antarkan ke kantor saya. Kalau hasilnya memuaskan saya juga akan pake jasa kalian untuk bagian dokumenter saat resepsi berlangsung"

Bang Rafka udah senyum sumringah aja "siap pak" ya gimana ga seneng, pasti so Marsel ngasih bayarannya mahal.

"Yang anter harus cewek ini ga ada penolakan. Saya pamit"

Gue masih melongo. Gue?

Shit.

---oo00oo---

Malemnya gue kepoin ig nya Renata.

Ga sulit karena cewek itu udah jadi selebgram ternyata. Gue ketik Renata langsung keluar akun dengan foto profil dia diurutan paling atas, ada centang biru juga.

Gue DM menyapa dan basa-basi dulu. Gue pengen ajak dia kerjasama atas kebohongan gue tadi sore. Siapa tau Marsel nanya ke Rere terus tuh anak planga plongo kan berabe. Ketauan dong gue bohong.

Tapi sapaan gue ga dibalas sampai larut. Aduh gue baru bikin ig aja satu jam yang lalu. No followers, no following, and no post. Mungkin dia anggep gue spam kali ya. Mati deh gue.

Tbc

Vote & komen below!

LOVERITY (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang