3 : [STALKING]

11.4K 494 1
                                    

"Kelazatan memandang yang haram mewariskan kegelapan dalam hati. Kelezatan dan kebahagiaan dalam hati karena menjaga pandangan lebih indah daripada kelezatan semu karena memandang yang haram yang berakhir dengan kegelisahan."

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

ISKI :

Postingan baru sampai setahun yang lalu, kubaca satu persatu komentar yang ada di situ. Komentar yang membuat hatiku ini cemburu dan marah dibuatnya, padahal bukan siapa-siapanya.

"Ternyata bukan aku saja yang mengaguminya." Kuperhatikan, yang mengomentari postingan FB Fani Faisal hampir semuanya adalah perempuan. Banyak sekali akun wanita yang meninggalkan komen di setiap postingannya.

"Wahh, ganteng juga, ya, ternyata," ungkapku kagum. Ada 207 komentar di bawahnya, kulihat dan kubaca satu persatu.

"Ihh, pada ganjen banget, sih," cibirku kesal membaca komentar dari mereka yang menurutku... "Astaghfirullaahal-'azhiim," pekikku kaget dan panik.

Bagaimana tidak? Jempol kiri ku tidak sengaja menge-like komentar dari postingan itu. Tidak masalah bagiku jika aku menge-like postingannya saja, itu lumrah. Tapi, ini aku menyukai komenannya dan itu dari postingannya satu tahun lalu.

Waduh, kelihatan stalking banget kan? Langsung saja kubatal menyukai. Tapi itu tidak berarti lagi, karena sudah pasti ada pemberitahuan, 'Iski Aisyah menyukai komentar anda'.

"Gimana, nih." Aku gelisah, takut, dan malu. Takut ketahuan telah mengepoin akunnya dan malu karena aku telah stalking sampai ke komentarnya segala.

Seketika itu juga aku ingin membuat status, 'Akun ini dibajak!' atau menulis di bio FB ku, 'Akun ini ke hack!'. Alay? Menurutku juga begitu. Tapi aku harus gimana, agar tidak ketahuan stalking?

"Ya Allah, Dek. Belum mandi juga?" tanya kak Hafidz tiba-tiba masuk ke dalam kamarku tanpa izin terlebih dahulu.

Buru-buru kusembunyikan handphoneku di bawah bantal. Semoga saja tadi kak Hafidz tidak tahu jika aku sedang stalking akun FB nya Fani Faisal.

"Nanti," jawabku sedikit gugup.

"Cepetan mandi! Sejam lagi kajiannya mulai."

"Nanti, sih, ah! Lima menit lagi," ujarku malas bangun dari tempat tidur. "Hm, adek nggak jadi ikut kajian, deh," timpalku rebahan di kasur.

Kak Hafidz menarik kakiku. "Anak perawan mandi sehari cuma sekali."

"Itu kalo libur aja, ya," potongku meralat ucapan kak Hafidz.

⏱⏱⏱

Terpaksa. Bukan terpaksa, sih, tapi kesal dengan sikap kak Hafidz yang memaksaku ikut kajian. Bukannya aku tidak mau, tapi aku tahu dibalik paksaan kak Hafidz seperti itu pasti ada alasan terselubung yang ia sembunyikan.

Aku sering ikut kajian bersama kak Hafidz. Karena aku tahu, mempelajari setiap ilmu baru, bermanfaat untuk diriku sendiri.  Muslimah haruslah bisa memanfaatkan kesempatan dalam hidupnya untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Apalagi seorang muslimah yang akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Wanita lah yang mencetak generasi masa depan umat. Karena dialah yang mendidiknya, dialah yang membentuk perilaku, prinsip-prinsip, dan menanamkan nilai-nilai dalam diri anaknya.

Wanita-wanita yang berilmu, menjadi juru dakwah, pendidik, bertakwa, pengajar, ikhlas, berwawasan luas, dan ahli beribadah itulah yang memunculkan generasi islam yang berakidah dan berpegang teguh pada islam. Sebuah generasi yang berkomitmen dengan aturan Al-Qur'an dan berhiaskan akhlak Nabi.

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang