20. [MENGUNJUNGI]

8.1K 399 1
                                    

"Kamu adalah doaku yang telah menjadi kenyataan."

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

Iski dan Fanisa mencari tempat yang kosong untuk diduduki. Mereka berdua sedang mengunjungi rutinan shalawatan yang diadakan oleh At-Takwir. Berdiri, Iski memperhatikan Faisal dari kejauhan.

"Iski, ayo duduk!" panggil Fanisa mengajaknya.

"Oh, iya." Iski mengindahkan perhatiannya ke Fanisa yang sudah duduk manis di karpet.

"Setiap bulannya At-Takwir ngadain kayak gini," jelas Fanisa mengambil ponsel untuk merekam.

Iski terus menatap Faisal tanpa berkedip, shalawat yang tengah dibawakan—mengingatkannya saat pertama kali melihat wajah Faisal dari snap nya Salma. Memorinya berputar, ketika dirinya diam-diam stalking semua akun punyanya Faisal;mendoakannya di sepertiga malam;meminta hatinya (Faisal) pada Tuhan sampai pipinya basah.

"Kamu adalah doaku yang telah menjadi kenyataan," batin Iski—tanpa sadar, senyuman terukir di bibirnya.

Fanisa tertawa melihat Iski yang senyam-senyum sendiri. "Ati-ati, zina mata itu," celetuknya menyikut lengan Iski.

"Eh?" Iski tersadar akan lamunannya.

"Kamu kalo natep tajem banget, ya," canda Fanisa mengarahkan kameranya ke atas. "Itu namanya Fani Faisal," jelasnya.

Fanisa belum tahu kalau sebenarnya Iski itu istrinya Faisal.

"Kamu biasa ngunjungi kayak gini, Nis?" tanya Iski.

"Iya, sama adikku. Kamu di Pekalongan sering ngunjungi juga?" tanya Fanisa balik.

"Jarang, kalo nggak ada yang ngajak, ya aku nggak ngunjungi. Jugaa, jadwalku keluar malam sampe jam 9."

Fanisa ber-Oh-ria. Ia mengalihkan pandangannya ke Faisal. "Fani Faisal itu ganteng, ya?" pujinya, "Tapi sayang, katanya udah punya istri," bisik nya kemudian.

"Nikah muda, tah?" Iski pura-pura tidak tahu.

"Nggak tahu, itu masih katanya. Tapi aku pernah lihat foto kak Fani sama istrinya berdua."

"Dimana?"

"Di IG nya. Wajah istrinya nggak terlalu jelas sih, keliatannya cuma separuh doang, itu juga ketutup masker."

"Kamu ngefans sama dia?" tanya Iski selidik, setelah tadi mendengar pengakuan dari Fanisa kalau suaminya tampan, ia cemburu!

"Hehehe." Fanisa tertawa malu. "Ya gitu deh. Udah ganteng, suaranya merdu, sholeh, plus plus lah."

"Katanya Fani Faisal udah punya istri, kok kamu masih ngefans aja sama dia?" Iski benar-benar cemburu saat ini, sampai-sampai pertanyaan ngawur keluar dari mulutnya.

"Lah? Kamu kenapa sih, Kik." Fanisa bingung. "Kamu cemburu?"

"Hah? Eng.._enggak lah, itu._ak..._aku cuman belajar jadi wartawan." Iski gelagapan.

"Wartawan?"

"Iya." Iski mengangguk. "Kan jurusan jurnalistik harus pinter ngomong." Alasan yang logis, padahal tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

"Ohh, iya, iya." Fanisa tidak mau memperpanjang masalah ini.

⏱⏱⏱

Kecoa terbang🖤 : "Adek dimana? Katanya tadi mau ke sini."

Iski : "Kepoo😛."

Kecoa terbang🖤 : "Gitu yaaa, awas aja nanti di rumah😏."
                                         
Fanisa melirik Iski yang tengah asyik dengan ponselnya. Ia tidak sengaja melihat nama kontak tersebut. "Kok ada luv-luv nya gitu?" batinnya penasaran.

"Pacar kamu?" tanya Fanisa sembari memakan snack yang tadi ia beli di sini.

"He'em," ceplos Iski.

"Apa?! Kamu punya pacar?" seru Fanisa histeris.

"Ups!" Iski menutup mulutnya. "Itu sahabatku di Pekalongan, tadi nggak kedengeran kamu ngomong apa." Bohongnya, Iski masih malu mengakui kalau dirinya sudah bersuami. Untung saja nama kontak Faisal diberi nama kecoa terbang.

22.00 WIB, acara selesai. Iski mengikuti Fanisa ke depan mendekati panggung, di sana banyak perempuan sedang berfoto dengan anggota At-Takwir.

"Iski, foto yuk sama mereka." Ajak Fanisa menarik tangan Iski. "Ishhh, tapi harus ngantri."

"Kak Afan, foto bareng donggg."
"Maaf ya, nggak bisa."
"Kak Fafan, foto yuk."
"Maaf ya..."
"Kak."
"Maaf. Maaf."

Iski mendengar suara bersautan perempuan yang mengajak suaminya berfoto. Iski mencari sumber suara itu, ketemu. Di situ ada banyak wanita yang meminta foto bersama Faisal, tapi dengan halus Faisal menolaknya.

"Iski, aku mau foto sama Adam," ujar Fanisa melepas genggaman tangannya.

"Fanis..sa." Iski mencoba menahannya, tapi Fanisa keburu hilang duluan. Iski di tengah kerumunan orang-orang, seperti orang hilang. Ia bingung mau kemana, linglung, pusing. Iski berusaha keluar dari situ.

Berhasil keluar, Iski duduk di tepian lapangan sendiri. Ia memegangi kepalanya, selain alergi ikan—mungkin saja dirinya juga alergi keramaian.

Iski tidak suka keramaian seperti itu, desak-desakkan membuat dirinya susah bernafas dan kepalanya pusing mencari celah keluar.

"Minum?" tawar seorang laki-laki mengulurkan air mineral ke Iski yang sedang menunduk sembari memegangi kepala.

Berlahan Iski mendongakkan kepala, keningnya berkerut melihat laki-laki di hadapannya. Laki-laki itu tersenyum manis. "Fazal, yang kemaren minjemin handphone di masjid."

Mata Iski membulat mendengar kata handphone. "Handphoneku mana?" sahut Iski panik.

"Bukan saya yang ngambil." Fazal pun ikut panik, karena merasa dituduh.

"Subhanallah." Iski menepuk jidatnya lalu nyengir kuda. "Lupa, tadi aku titipin di temenku, deng."

"Kamu ini ada-ada saja, bikin saya kaget." Fazal geleng-geleng. "Ini buat kamu," ujarnya memberi air mineral.

Iski menerimanya. Iski kaget dengan kehadiran Fazal yang tiba-tiba, seperti jalang kung. Datang tak diundang—pulang tak diantar.

"Saya permisi, Assalamu'alaikum."

Iski menatap kepergian Fazal, dalam benaknya 'Ono opo, iki?'.

"Fazal!" panggil Iski melihat Fazal belum terlalu jauh.

Fazal membalikkan badan, alisnya terangkat satu. "Apa?" tanyanya pelan.

"Terimakasih.." Ujar Iski senang, "Dan, Wa'alaikumussalam."

Fazal mengangguk lalu membalikkan badannya lagi. "Hamba-Mu jatuh hati pada ciptaan-Mu," gumam Fazal.

***

🖤Jazakumullah ya Khair🖤
Pekalongan, 18 Juli 2021

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang