32. [SIAPA DI SITU?]

7.7K 313 0
                                    

"Hanya ikatan suci di hadapan Ilahi yang merupakan perwujudan cinta sejati."

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

Bermalam di rumah sakit sendiri dengan ke tiga anaknya adalah hal paling ditakuti oleh Iski. Pasalnya, Faisal belum juga pulang dari rumah makan. Selain menjadi vokalis At-Takwir, Faisal juga membuka sebuah rumah makan sederhana yang dikelolah nya bersama Jamilah (Ibunya Zainal).

Malam semakin larut, hujan turun dengan derasnya. Salman sudah tidur di sofa, sedangkan Hafshah dan Bilal sedang murojaah bersama. Iski menemani ke tiganya dengan perasaan campur aduk.

"Hati-hati, ini malem jum'at kliwon," ucap Zainal sore tadi sebelum berpamitan.

"Emangnya kenapa, Bang?" tanya Iski penasaran dan bergidik merinding.

"Lah? Luh nggak tahu gimana seremnya rumah sakit ini," kata Zainal serius. "Kalo nanti malem luh sendiri di sini, seandainya ada yang ngetuk pintu jangan dibuka!"

Tok!
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Iski terhenyak, baru saja pikirannya melayang membayangkan jika yang dikatakan Zainal itu benar terjadi.

Hafshah dan Bilal menoleh ke uminya. Iski menggeleng dan meminta ke keduanya diam.

Tok!
Ketukan ke dua kali.

"Kalo ngetuk lagi, jangan dibuka! Tunggu ketukan ke tiga."

Iski mengingat pesan Zainal. Perasaanya semakin gundah, antara takut dan malu jika ketahuan takutnya di depan anak-anaknya.

Tok!
Ketukan ke tiga.

Iski beranjak untuk membukakan pintu, kakinya sudah gemetaran. Dipegang lah gagang pintu tersebut dengan keringat dingin bercucuran.

Ceklek!
Ketika pintu terbuka, ternyata tidak ada siapa-siapa di luar.

"Saat luh buka pintu ke ketukan ke-3, ternyata nggak ada orang. Siap-siap baca apa aja yang luh hapal, yang penting jangan doa mau makan."

Wajah Iski pucat, ia menutup pintu segera dengan jantung yang berdegup kencang.

"Siapa, Mi?" tanya Bilal menutup Al-Qur'an.

"Bukan siapa-siapa," jawab Iski mengelap keringat. "Sudah malam, ayo tidur," ajaknya berusaha mengendalikan rasa takutnya.

Hafshah dan Bilal menganut. Bilal berpindah ke sofa, dekat Salman. Hafshah mulai membaca doa dan Iski masih saja berdiri di dekat pintu dengan pikiran, "Kalo suster ngengsot itu beneran ada gimana?"

Iski berjalan ke ranjang Hafshah untuk menyelimutinya. Hafshah sudah tertidur pulas. "Kak Bilal, tidur," tegur Iski.

"Bilal nggak bisa tidur, Mi."

"Besok kan kak Bilal sekolah."

"Bilal mau tidur sama abi."

Iski mendekati Bilal dan menyuruhnya tidur di pangkuannya.

Tok! Tok! Tok!
Suasana semakin mencekam. Suara itu terdengar lagi secara beruntun. Iski menelan ludahnya susah payah— mengingat-ingat pesan Zainal.

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang