"Cinta tak hanya ditanam, tapi juga dirawat."
°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|Seminggu di Pekalongan, hari ini waktunya mereka berdua pindah ke Bogor dan menetap di sana. Semua barang-barang sudah dimasukan ke dalam bagasi—Iski dan Faisal pun siap meninggalkan tempat ini.
"Bu, aku pamit ya. Ibu baik-baik di sini," pamit Iski memeluk Mila.
"Kamu juga hati-hati di sana. Ingat! Taati dia, jangan suka membantah seperti sebelum Iski menikah," tutur Mila mencium kening anaknya.
"Bu, kita berangkat dulu ya." Giliran Faisal mencium punggung tangan Mila.
Setelah berpamitan dengan Hasan, Mila, Hafidz, dan Fardan. Iski dan Faisal masuk ke dalam mobil untuk melakukan perjalanan. Sebenarnya, Iski masih belum siap meninggalkan kampung halamannya. Ia menghadap ke belakang saat mobil ini mulai berjalan.
"Buuu, tinggal di sini aja yaaaa. Pleaseeeeee," pintanya memohon.
"Enggak!" tolak Mila mengangkat panci.
Iski setia membuntuti. "Ih, berarti ibu udah nggak suka aku tinggal di sini," cibiknya menghentakkan kaki.
"Loh?" Mila meletakan panci tersebut di atas kompor. "Kok bisa?"
"Ya bisa, tadi ibu kayak maksa gitu biar Iski pindah ke sana," ungkap Iski.
"Gini ya." Mila mendekati putri satu-satunya ini. "Kamu itu sudah menikah, jadi coba bersikap lebih dewasa dari biasanya. Kamu harus ngerti keadaan yang terjadi, Faisal kerja di sana, kalo kalian berdua tinggal di sini, kasihan suamimu mau kerja apa di sini, hem?"
"Tapi kan.._"
"Nggak ada tapi-tapian. Ibu malah pengennya kalian tinggal di sana dan nggak usah pulang sekalian," canda Mila.
Iski membulatkan mata. "Hah?!"
⏱⏱⏱
Faisal terus menekan tengkuk Iski di toilet SPBU. Perjalanan ke Bogor sempat terhenti karena Iski terus muntah-muntah di mobil. Iski mengeluarkan muntahan dengan bantuan pijatan Faisal dan minyak kayu putih.
"Udah, Bang. Huekk, ngeh. Bang Faisal keluar aja, nanti jijik lagi," timpal Iski lemah berusaha mengeluarkan muntahannya.
"Keluarin semuanya." Faisal tidak menggubris, ia terus memijit tengkuk Iski dengan minyak kayu putih.
"Huek, huek." Iski menyenderkan kepalanya di dinding toilet. "Adek lemes. Huek, huek, neg."
"Minum antimo, ya? Biar nggak mabok lagi." Faisal mengambil gayung berisi air, membersihkan muntahan Iski.
Iski mengangguk pasrah. Faisal mengelap wajah Iski dan menuntunnya keluar dari toilet. Faisal mendudukkan Iski di pelataran musholla bersama Parmin, sedangkan dirinya pergi ke Indomaret.
"Nggak papa, Mbak?" tanya Parmin ikut khawatir.
Iski tersenyum malu. "Nggak papa, Pak. Hmm, maaf, ya, Pak. Gara-gara saya jadi lama sampai Bogor nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)
SpiritualLENGKAP [ BLURB ] Memang ya ... jodoh itu misterius. Terkadang .... Yang dicintai malah melukai. Yang diharapkan malah meninggalkan. Dan yang ditunggu-tunggu, justru tidak ditakdirkan 'tuk bersatu. "Keputusannya meninggalkanku mungkin juga karena i...