18. [RINDU RUMAH]

8.5K 380 3
                                    

"Ingin pulang, tapi keadaan tak mengizinkan."

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

Faisal mengikuti Iski ke manapun perempuan itu pergi, dari ruang TV sampai dapur mereka telusuri. Remote TV yang biasanya tergeletak di atas meja, kini hilang entah kemana.

"Tadi kan adek beli cilok, terus adek kepedesen," tutur Iski mencari remote di tempat gelas.

Faisal hanya bisa membatin, "Remote nyasar sampai dapur? Sungguh ajaib istriku."

"Bang, bantuin cari dong!" pekik Iski membuka isi lemari makan. Selain penakut, Iski juga pelupa. Iski berjalan mendekati kulkas dan, "Alhamdulillah.. ketemu, Bang," serunya mengambil remote dalam freezer.

"Wiuhhh, untung nggak beku." Iski merasa lega dan menunjukkan remote dalam genggamannya.

Faisal menanggapinya dengan anggukkan dan menggaruk hidungnya. Tanda tanya besar di otaknya, apa yang tadi dilakukan istrinya, sampai-sampai remote TV dalam kulkas?

"Remote nya kebawa pas adek mau ambil es batu, hehehe," jelasnya polos, "Yuk, akh, Bang. Katanya mau nonton TV." Iski menggandeng tangan Faisal.

Sampai di ruang TV, Iski langsung menghidupkan TV dan menonton acara TV bersama.

"Adek mau kemana?" tanya Faisal melihat Iski beranjak dari sofa.

"Mau nelpon Fardan," jawabnya masuk ke dalam kamar—mengambil handphone. Iski merasa khawatir dengan keluarganya di kampung setelah tadi melihat berita di TV tentang banjir. Karena biasanya di bulan-bulan seperti sekarang, air sungai meluap dan kampungnya langganan terkena banjir.

Fardan tidak bisa dihubungi, terakhir online tadi pagi. Iski benar-benar khawatir, ia mencoba menghubungi kakaknya, Hafidz. Tapi sayang, sama saja. Mungkin Hafidz sedang sibuk dengan kegiatan dakwahnya di Kudus.

Iski : "P."
Iski : "P."
Iski : "P."
Iski : "P."

Fardan : "Mbb, iya, Kak?"
Mengirimkan gambar...

Wiuhhh, akhirnya Fardan membalas juga. Firasatnya betul, rumahnya terendam banjir. Ia segera menelpon Fardan.

(Bahasa Ngoko kasar)
"Subhanallah, lah ibu karo bapak nang ndi? (ibu sama bapak di mana?)" tanya Iski panik setelah melihat foto yang dikirimkan Fardan.

"Nang kamar nduwur, mau isuk banjir e sepupu (di kamar atas, tadi pagi banjirnya sepaha)," jawab Fardan di seberang sana.

"Barang-barang? (barang-barang?)."

"Kasur e kak Hafidz kungkum siji, klambine wek kak Hafidz teles. Hmmm, bapak tibo—kepleset (kasurnya kak Hafidz keremdem, bajunya kak Hafidz basah. Hmmm, bapak jatuh—kepleset)."

"Innalillahi, lah saiki bapak e pie? (sekarang bapak gimana?)."

"Dipijeti ibu, wes kek, Kak. Pak beres-beres (dipijitin ibu, udah dulu, Kak. Mau beres-beres). Assalamu'alaiku."

"Wa'alaikumussalam."

"Loh, Dek, kenapa nangis?" tanya Faisal mendapati Iski menangis. Ia tadi sengaja menyusul Iski ke kamar, karena istrinya tak muncul juga.

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang