28. [LAHIRAN]

6.5K 279 0
                                    

"Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,.." (QS. Al-Hajj, ayat 5)

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

Semakin hari, Iski semakin manja, ia tidak mau jauh-jauh dari Faisal. Dan itulah yang membuat Faisal sulit untuk mengatur waktunya, apalagi sekarang jadwalnya semakin padat dan sering ke luar kota. Kadang Iski merengek agar Faisal tidak usah ke luar kota, seperti yang sedang terjadi saat ini.

"Abangg," rengek Iski memeluk lengan Faisal manja.

"Abang harus kerja, Dek," ucap Faisal lembut. Ia berusaha menggendong tas nya. "Nantikan bisa video call."

Iski melepas pelukannya, wajahnya ditekuk dan menangis. Faisal merengkuh Iski dalam pelukannya, Iski menangis di dada bidang Faisal karena posisinya saat ini sedang duduk.

Faisal mengusap rambut Iski. "Makin manja aja istri abang, Hm?"

Iski menangis sesenggukan, hormonnya sering kali naik turun tak menentu. "Hikss hikss, abang jangan ke sana."

"Udah 3× abang libur loh, masa ini harus libur lagi. Nanti kalo abang dikeluarin dari At-Takwir gimana?" Faisal memberi pengertian pada istrinya.

"Hikss... Nanti banyak akhwat yang minta foto." Inilah alasan Iski melarang Faisal mengisi acara, karena setiap kali acara itu selesai. Banyak perempuan yang minta foto bersama Faisal dan itu membuat Iski cemburu berat. Apalagi kemarin dirinya tak sengaja melihat status seorang (wanita) yang mengapload fotonya (wanita itu) bersama suaminya, berselfie bersama.

Faisal mengecup kepala Iski. "Abang janji, kalo ada akhwat yang minta foto, abang nggak mau."

Faisal tidak merasa dikengkang oleh Iski. Malah dirinya merasa senang, karena itu tandanya istrinya mencintainya.

"Udah, ya? Abang berangkat dulu, ini udah ditunggu sama temen-temen." Faisal merenggangkan pelukannya.

Iski menghadapkan wajahnya ke atas, mengulurkan jari manisnya. "Janji ya?"

"Janji." Kedua jari manis Faisal dan Iski bersatu.

"Nanti kalo ada akhwat yang minta foto, ditolak loh."

"Iya adekk."

Iski mengantar Faisal sampai depan rumah, ia mencium punggung tangan Faisal. Faisal mengelus perut buncit Iski.

"Abi berangkat dulu, ya? Kalo umi nakal dendang aja," bisik Faisal di perut Iski.

"Aduh!" pekik Iski memegang perutnya.

"Kenapa?" tanya Faisal khawatir.

"Dedek bayinya tadi nendang adek."

Faisal tersenyum simpul.

"Abang, adek pengen empek-empek," ujarnya menunjuk penjual empek-empek yang baru saja lewat di depan rumah.

"Bang Sat!" teriak Faisal.

Mata Iski membulat mendengar teriakan Faisal yang berkata kotor. "Abang! Ngomongnya!"

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang