"Komitmen tak berarti."
°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|ISKI :
Alhamdulillah, akhirnya Ujian Nasional selesai juga. Tapi, jangan senang dulu karena masih ada ujian praktek dan kejuruan yang menanti.
Aku keluar dari ruang ujian, pergi ke musholla untuk salat Dhuha sambil menunggu Salma. Saat melewati aula, ternyata teman-teman sedang berkumpul. Karena katanya nanti setelah semua sesi ujian terakhir berakhir akan ada perayaan selesainya UN. Aku hanya ikut-ikutan saja, tidak ikut campur.
Sampai di musholla, ada Irfan dan Ramli yang tengah mengobrol membahas soal ujian tadi.
"Nggak sholat?" tanyaku melepas sepatu.
"Tadi udah," jawab keduanya.
Aku ber-oh-ria, masuk ke dalam dan mengambil air wudhu. Lima belas menit berlalu, aku keluar dari musholla. Irfan dan Ramli masih di sini, entah apa yang dibahas sekarang, aku tidak memperdulikan mereka yang tengah berbisik-bisik.
"Kik, mau lanjutin di mana?" tanya Ramli sesaat setelah tadi mencubit Irfan.
"Belum tahu, nih. Bingung mau apa," jawabku menepuk sepatuku yang kotor. "Lah kamu, Ram?"
Ramli terkekeh, "Kan aku masih setahun lagi sekolah di sini."
"Oh, iya, ya. Tapi, kan bisa aja udah nyiapin dari sekarang."
"Pengennya, sih, kuliah. Liat aja nanti ke depannya."
Aku mengangguk paham. "Lah kamu, Fan?"
Irfan hanya diam, kelihatan salting. Ada apa dengannya?
"Hah? Iya? Ohh, aku In Syaa Allah. Mau kerja, nerusin usaha bapakku."
"Lah nglamar dia nya kapan, Fan?" celetuk Ramli kemudian.
"Wahh, emang pak Presiden mau nikah muda? Udah punya calon?" candaku tertawa.
Pak Presiden, itulah panggilan untuk Irfan saat menjabat sebagai ketua rohis dan ibu Negara untuk ku sebagai wakil rohis.
Di sekolah, banyak yang menjodoh-jodohkan ku dengan Irfan gara-gara kita berdua sering bersama. Dalam tanda petik, masih dalam aturan syariat. Kita berdua sibuk dalam lembaga kerohanian sekolah dan sering ikut lomba dai bersama.
Kebersamaan kita membuat beberapa siswi dan adik kelas perempuan iri. Apalagi dalam beberapa waktu lalu, dari acara pelantikan ketua rohis baru—Irfan sering mengepos foto kebersamaan anggota rohis yang di dalamnya ada aku di situ yang bersebelahan dengan Irfan.
Bukannya aku ke-PD-an atau apa, tapi aku merasa ada yang berbeda dengan Irfan. Irfan yang dulunya jarang sekali mengajakku bicara duluan, kini kebalikannya. Mungkin karena ucapanku waktu itu?
"Fan, kamu bisa nggak, sih, care dikit jadi orang. Sama adik kelas tuh yang hangat jangan dingin kayak gitu. Yang friendly gitu, lho. Biar banyak yang masuk ke rohis, gimana nggak pada keluar coba kalo ketua rohis nya aja kayak gini," ucapku panjang lebar.
Kesal mendengar respon Irfan tadi saat ada beberapa adik kelas yang meminta dijelaskan tentang rohis padanya. Bukannya menjawab, Irfan malah mengusir dan meninggalkan mereka begitu saja.
"Aku, sengaja bersikap acuh ke mereka. Karena dengan cara ini aku menghormatinya. Bayangkan jika aku melayani mereka, entah sudah berapa wanita yang telah kurendahkan harga dirinya," jawabnya tidak sesuai dengan pertanyaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)
SpiritualeLENGKAP [ BLURB ] Memang ya ... jodoh itu misterius. Terkadang .... Yang dicintai malah melukai. Yang diharapkan malah meninggalkan. Dan yang ditunggu-tunggu, justru tidak ditakdirkan 'tuk bersatu. "Keputusannya meninggalkanku mungkin juga karena i...