Faisal mulai mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Imran. Sebentar lagi kalimat ijab qobul akan ia ucapkan lagi untuk kedua kali. Berbeda tempat, waktu, tamu, dan tentu saja calon pengantin baru dengan yang dulu, delapan tahun lalu.
"Siap?" tanya Imran, calon mertuanya.
Faisal mengangguk.
"Saudara Fani Faisal bin Umar Sa'ad. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya Maryam Omera binti Imran, dengan maskawin seperangkat alat shalat dan surat Arrahman. TUNAI," ucap Imran menjabat tangan Faisal kuat.
Satu tarikan nafas, Faisal membalas, "Saya terima nikahnya dan kawinnya Iski Ais..._"
Sontak saja semua tamu undangan kaget. Imran segera melepas genggamannya.
"Maaf," ujar Faisal menunduk. Nama mendiang istrinya masih terpatri dalam hatinya.
"Kita ulangi lagi." Imran menjabat kembali tangan Faisal. "Saudara Fani Faisal bin Umar Sa'ad. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya Maryam Omera binti Imran, dengan maskawin seperangkat alat shalat dan surat Arrahman. TUNAI." Imran menghentakkan tangan.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya.." Mulut Faisal kaku, ucapannya menggantung di situ. Dalam batinnya, "Sungguh, Dek. Abang nggak kuat nglanjutin ini semua. Nama ini cuman untukmu."
Faisal mengingat kembali waktu pertama kali menjabat tangan Hasan, mertuanya. Demi menghalalkan orang yang ia cintai dengan sepenuh hati, bukan keterpaksaan diri.
Imran memberi secarik kertas yang berisi nama anaknya : Maryam Omera binti Imran. "Ini, kamu baca ini. Kita ulangi lagi," ujarnya.
Faisal menghembuskan napas panjang sebelum menjabat kembali tangan Imran. Ia menatap wajah anak-anaknya yang berada di depannya. "Bismillah."
"Saudara Fani Faisal bin Umar Sa'ad. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya Maryam Omera binti Imran, dengan maskawin seperangkat alat shalat dan Surat Arrahman. TUNAI!"
Sedetik, dua detik, tiga detik. Faisal memejamkan mata, "Saya terima nikahnya dan kawinnya Mar.._Maryam Omera binti Imran dengan maskawin tersebut. Tunai!"
"Alhamdulillah," seru semuanya.
Faisal menunduk, air matanya jatuh. Faisal marah pada dirinya sendiri karena telah mengkhianati almarhum Iski. Dulu Faisal pernah berjanji pada Iski, jika dirinya tidak akan menikah lagi sampai Allah menikahkan keduanya di surga.
Maryam, istri barunya kini sudah duduk di hadapannya. Maryam terus menunduk, ia tidak berani menatap wajah Faisal. Faisal menatap Maryam datar.
"Ayo, salim dulu sama Faisal, Maryam," titah Khadijah.
Maryam menganut, tangannya terulur hendak mencium punggung tangan Faisal.
"Fan, itu Maryamnya," bisik Umar menyikut lengan Faisal.
Faisal menatap anak-anaknya bergantian, matanya berhenti di sudut ruangan. Ia membayangkan ada Iski di situ tengah tersenyum padanya.
"Fan, itu ditungguin."
Faisal langsung mengulurkan tangannya dan menggapai ubun-ubun Maryam. Matanya terus menatap ke sudut ruangan, ia melihat ada Iski di situ sedang memperhatikannya.
Faisal menggumamkan doa untuk Maryam, tapi hatinya berkata, "Demi Allah, Dek. Jika bukan karna anak-anak, aku tak sudi menikah lagi."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)
EspiritualLENGKAP [ BLURB ] Memang ya ... jodoh itu misterius. Terkadang .... Yang dicintai malah melukai. Yang diharapkan malah meninggalkan. Dan yang ditunggu-tunggu, justru tidak ditakdirkan 'tuk bersatu. "Keputusannya meninggalkanku mungkin juga karena i...