[SINOPSIS]

28.4K 783 7
                                    

Menunggu atau ditunggu?
Itulah kebimbangan Iski Aisyah, remaja berusia 18 tahun yang kini tengah di ambang kegalauan yang dalam.

Nikah muda?
Tak pernah hinggap dibenaknya menikah semuda ini. Apalagi dengan orang yang ia kagumi, salah satu vokalis sholawat yang baru pertama kali bertemu dan bertamu, tapi langsung mengajak dalam ikatan halal.

Wanita mana yang tidak bahagia jika dilamar oleh vokalis terkenal? Iski merasa ini hanya mimpi dan halusinasinya semata, semua cerita fiksi yang ia tulis di buku dairy nya nyata terjadi.

Ada beberapa hal yang membuatnya enggan menerima lamaran tersebut. Ia ingat akan komitmennya dengan Irfan, teman sekolahnya. Komitmen yang mereka buat sebelum lamaran dari Fani Faisal datang.

Ah! Terlalu rumit menjelaskan keadaan hati Iski waktu itu. Terlalu panjang dijelaskan dan rinci jika digambarkan. Bukankah satu hati dapat diisi dengan dua cinta? Mungkin itulah sedikit gambarannya.

Ya, tak bisa dipungkiri saat Irfan mengakui perasaanya-itu membuat Iski langsung jatuh hati. Baper tingkat tinggi, sampai tak sadar membuat komitmen yang tak pasti. Komitmenya menunggu Irfan selama dua tahun sampai datang ke rumahnya dan meminangnya.

Dengan segala pertimbangan. Akhirnya, Iski menerima pinangan Faisal dan bersedia menikah di usianya yang masih terbilang belia.

Usia tak jadi menjadi masalah, banyak di luar sana yang menikah di usia matang tapi pemikiran belum juga matang. Walaupun bisa dibilang muda, tapi pemikirannya sudah dewasa. Ia tahu, menikah itu bukan soal cinta, tapi masalah masa depannya nanti. Dunia dan akhiratnya. "Nikah itu nggak seindah apa yang kita bayangkan, tapi nggak sesulit apa yang orang bilang."

Setelah dua minggu menjalani ta'aruf dan telah ditentukan tanggal pernihakan dan mahar, yaitu seminggu setelahnya dengan mahar bacaan surat Al-Waqi'ah dan kain kafan. Kain kafan? Terdengar asing bukan di telinga saat wanita lebih memilih mahar yang sangat sederhana itu.

Banyak yang memprotes bahkan ibunya sendiri juga ikutan memprotes mahar yang dipilih Iski. Tapi dengan halus Iski menjawab, "Iski pengen nanti kalo Iski meninggal, pakaian terakhir Iski adalah mahar pernikahan Iski."

Iski berpikir, ia memperbaiki diri selama ini bukan karena jodoh tapi karena Lillah. Antara janur kuning dan bendera kuning tidak ada yang tahu siapa dulu yang menghiasi rumahnya. Antara pasangan hidup dan malaikat Izrail pun tidak ada yang tahu pasti, siapa dulu yang datang melamar.

Pernikahan yang berhiaskan iman dan takwa karena Allah akan terlahir rumah tangga sakinah mawadah warahmah. Selalu ada hal menarik di dalam rumah tangga mereka. Yang membuat orang mungkin baper dan iri membacanya?

Iski dengan sifat kekanak-kanakannya, pemikiran dewasanya, dan sikap sederhananya. Membuat Faisal bersyukur memilikinya. Jarang sekali wanita seperti istrinya di dunia ini, itulah pikir Faisal. Wanita dengan kemanjaannya, kedewasaannya dalam menyikapi setiap masalah, dan juga kesederhanaannya dalam hal apapun.

Kata siapa hubungan mereka lurus dan mulus bak jalan tol? Setiap hubungan apalagi rumah tangga, pasti memiliki goncangan dan belokan dalam perjalanan. Pasti ada kerikil-kerikil kecil yang harus diinjak dan dilalui.

Fazal, seorang ustadz 23 tahun yang jatuh cinta pada Iski. Ia tidak tahu bahwa orang yang ia sukai telah bersuami. Ia harus menanggung malu dan kecewa karena terburu-buru dalam menyikapi rasa.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam niatnya menikahi seorang wanita. Karena menikah adalah ibadah. Tapi, yang salah adalah keinginannya yang terlalu terburu-buru menghalalkan wanita itu. Tanpa mencari informasi lebih dalam lagi sampai-sampai salah khitbah.

Dua bulan bahtera rumah tangga mereka, kini Allah telah menitipkan amanat ke keduanya. Iski tengah hamil untuk anak pertama mereka. Faisal dan Iski sangat menjaga amanat itu.

Sampai akhirnya Iski melahirkan anak pertamanya dalam keadaan prematur. Anak pertama yang diberi nama Hafshah Hafidzah. Anak pertama yang membuat dirinya terguncang. Bagaimana tidak? Bayi lemah itu terlahir buta dan telah divonis lumpuh otak.

Apapun keadaannya, sebagai orang tua-Faisal dan Iski harus menerimannya dengan lapang dada. Mereka ingat, itu adalah amanat dari Allah yang berharga dan harus dijaga. Banyak pasangan suami istri di luar sana yang telah lama menikah tapi belum jua Allah menitipkan amanat ke mereka. Dan itu membuat Iski bersyukur tidak mengeluh.

Anak kedua lahir dalam rentan waktu empat bulan. Iski mengandung dua janin sekaligus dalam rahimnya. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan? Semuanya atas izin Allah, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Muhammad Bilal Fahreza, anak kedua mereka. Bayi lelaki tampan mirip abinya. 4 tahun kemudia, lahirlah anak ketiga yang diberi nama Salman Al-Farisi dan setengah tahun kemudian. Inilah akhir perjuangan Iski, anak ke empatnya telah mengantarkannya ke surga-Nya.

Meninggal dalam keadaan sujud pada-Nya atau syahid di jalan-Nya. Cita-cita dan doa Iski di setiap tadahan tangan lembutnya. Tangan yang telah membimbing ke empat anaknya menjadi seorang hafidz hafidzah. Melahirkan generasi pencinta Al-Qur'an, Syariat, dan Sunnah Rasulullah.

...

Hanya cerita fiksi yang lahir dari imajinasi.

#publisulang

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang