23. [CERITA MASA LALU]-FAZAL

7.9K 339 6
                                    

"Sejak saat itu, aku tidak lagi berharap pada siapapun dan tidak lagi menyebut nama siapapun di dalam do'aku. Sebab yang kuharapkan dan kupinta, belum tentu ditakdirkan untukku. Kini aku hanya mulai berbisik dalam do'a, 'Ya Rabb, beri aku yang terbaik menurut-Mu saja, sebab pilihanku selalu berakhir kecewa.' "

°°°
|Kupinang Kau dengan Sholawat|

FAZAL :

Jangan tergesa untuk menikah usai telinga dicecar pertanyaan “kapan menikah?”
Menikah justru pilihan sadar atas persiapan yang panjang di atas jalan Lillah.

Tergesa-gesa justru menghasilkan penyesalan karena tujuan bukan Lillah (karena Allah).
Yang benar adalah menyegerakan setelah
"mempersiapkan" Lillah.

Usah gundah saat melihat kiri kanan teman telah bersanding di pelaminan. Setiap kita punya kesempatan. Jodoh tak kan tertukar. Penuhi hari kita dengan keceriaan.

Mungkin tak sedikit air mata yang telah melembabkan bantal.  Meski banyak juga di antara kita yang memilih membasahi sajadah.

Engkau pilih mana?
Yang pertama karena patah hati. Yang kedua karena tawakkal di hati.

Meminta dengan husnudzan tingkat tinggi.

Maka bersabarlah…
Maka persiapkanlah…
Pinta lah dalam do’a terbaik kita…

Hingga nanti tiba saatnya. Allah ﷻ ridha atas digelarnya catatan Lauh Al-mahfudz di hari bersejarah. Fulan dan Fulanah menikah.

~••~

Kubaca tulisan itu berulang kali, isinya sangat pas dengan keadaanku saat ini. Aku terlalu buru-buru mengambil keputusan yang sebenarnya tidak tepat.

"Kapan kamu nikah?" tanya ibu setiap kali menelpon ku. Jujur, aku sangat risih dengan pertanyaan ini.

"Belum ada yang cocok, Bu," jawabku seadanya. Memang benar, selama ini belum ada wanita yang menarik perhatianku.

"Jawabannya slaluuu aja  gitu. Emang di sana nggak ada apa, wanita yang kepincut sama kamu?" Layaknya seorang bos yang sedang meng-intriview pekerja baru, itulah ibuku.

"Fazal mau fokus kuliah dulu, nanti kalo udah lulus baru nyari. Fazal juga lagi sibuk ngurusin panti dan ngajar anak-anak ngaji."

"Umur kamu itu udah 23 tahun, loh. Masa kalah sama Fazil, adikmu aja buntutnya udah mau tiga. Pokoknya kalo kamu pulang kampung harus udah bawa calon mantu buat ibu."

23 belum terlalu tua melajang kan?

"Menikahlah SEGERA, bukan TERGESA."

Caption yang menohok, seharusnya kugali lebih dalam lagi informasi tentangnya, bukan dari teman dekatnya saja.

Aku harus tahu bebet, bibit, bobotnya kayak apa. Jangan sampai salah khitbah yang berujung malu dan kecewa. Aku sangat malu atas kejadian tadi, bisa-bisanya aku mengkhitbah wanita yang sudah bersuami.

Tringgg...Tringg...
Segera kuangkat telepon dari Fazil, kembaran ku.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh."

Kupinang Kau Dengan Sholawat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang