chapter 14

3.2K 385 21
                                    

Sorry for typo








***

Park jimin masuk ke markas RIDE dengan nafas yang terengah engah. Tadi jimin sudah bersiap untuk tidur, ini sudah hampir tengah malam ngomong*. sebelum yoongi menelepon dan mengatakan kalau taehyung sedang ada di markas. Tentu saja jimin langsung memacu mobilnya ke markas.

"Noona taehyung masih disini ?" Dan hanya dibalas anggukan oleh yoongi. Sekarang markas sedang sepi. hanya ada yoongi yang sibuk dengan laptopnya ditemani sebotol soju.

"Dia dibawah sedang bercumbu dengan samsak sesayangannya" jimin mengangguk lalu lari ke arah tangga yang menuju lantai bawah.







Buk..buk...buk..

Itu suara samsak yang taehyung pukul. Jimin sudah ada disana, diambang pintu. Tapi tidak bergerak barang sejengkal pun, padahal sedari diperjalanan menuju markas jimin terus menyumpahi taehyung yang membuatnya khawatir karna 3 hari menghilang. Iya taehyung menghilang setelah hari interogasi. Dan itu membuat jimin kalang kabut, karna jimin khawatir kalau depresi taehyung kambuh. Karna secara tidak langsung si tengik josua itu sudah mengorek luka lama taehyung.

Melihat taehyung yang sedang meluapkan emosinya pada samsak seperti itu. jimin tau sahabat masa kecilnya itu sedang tidak baik* saja. Walaupun taehyung selalu menyembunyikannya dengan rapi. jimin tau luka itu belum sembuh. Luka karna kehilangan kekasih tercintanya, park bogum. Karna kalau boleh jujur luka jimin karna kehilangan kakaknya juga belum sembuh.

Jimin berjalan mendekati taehyung. Rasanya tiap langkah jimin makin berat. ,'Apa yang harus aku lakukan tae, apa yang bisa kulakukan untuk meringankan luka mu itu. Karna aku tau bogum hyung pasti akan membenciku kalau aku membiarkanmu hancur sendirian seperti 4 tahun lalu' batin jimin miris. 4 tahun lalu jimin masih menyesalinya. Karna dia adalah sahabat yang begitu bodoh. Jimin terlalu fokus pada lukanya sendiri sampai melupakan taehyung yang hancur tak bersisa karna kehilangan semestanya.

"Jangan melihatku begitu, dude. Kau membuatku terlihat menyedihkan jim" jimin tersenyum kecut lalu berjalan cepat kearah taehyung. Memegang tangan taehyung.

"Yak, park jimin sebenarnya apa masalahmu denganku, lepaskan tanganku !!" Jimin menyentil keras dahi taehyung membuat empunya meringis

"Apa masalahku katamu ? Kenapa 3 hati tak pulang ? Kau tidur dimana hah ?" Taehyung melepaskan tangan jimin lalu mengelus dahinya yang sakit karna disentil jimin.

"Aku hanya jalan* kenapa kau berlebihan sekali sih ?" Taehyung berjalan kearah kursi untuk mengambil air lalu meminumnya. Jimin masih memperhatikan tingkah sahabatnya itu dengan wajah sendu. 'Apa kau mimpi buruk lagi tae ? Apa bayangan masa lalu itu datang lagi ? Apa depresimu kambuh ?'. Jimin punya sangat banyak pertanyaan di benaknya. Tapi lagi* pertanyaan jimin menguap bersama angin. Karna jimin terlalu takut mendengar jawabannya.

"Aku tau aku cantik jim, tapi bisakah kau behenti menatapku, maaf saja tapi itu membuatku risi" jimin berdecak kencang mendengar ucapan taehyung yang menggelikan. Mungkin kalau tidak ada kejadian 3 hari yang lalu. Jimin akan langsung membalah ucapan menggelikan taehyung dengan ejekan sekarang.Tapi menginggat ucapan josua pada taehyung 3 hari lalu wajah jimin kembali sendu. Betapa pandai sahabatnya ini bersembunyi batin jimin sendu.

"Tae, apa kau baik* saja ?" Mendengar nada pertanyaan jimin yang lirih taehyung menatap jimin dengan ekspresi seolah bertanya 'kenapa tanya begitu ?'. Lalu taehyung menghela nafas panjang.

Taehyung menatap teduh mata jimin "gwencana, jeongmal gwencana" taehyung tersenyum sangat manis setelah mengatakan itu. Taehyung itu pintar dia tau kemana arah pembicaraan mereka. Hanya saja sekarang dia sedang tidak siap membahas hal itu. Atau mungkin tidak akan pernah siap.

Tampa babibu jimin menubruk tubuh taehyung. Memeluknya erat, erat sekali dan dibalas pelukan yang tak kalah erat oleh taehyung. Taehyung merasa bahunya basah. Jimin, park jimin sahabatnya menangis untuknya lagi. Sudah lama sekali sejak terakhir kali jimin menangis untuknya seperti ini. Hah rasanya taehyung tak butuh apapun lagi saat memiki jimin sebagai sahabatnya. Selalu seperti ini, saat taehyung sedih jimin akan ada disana untuk memeluk taehyung. Saat taehyung takut jimin akan ada disana untuk memeluk taehyung. Dan saat taehyung merasa sakit jiminlah yang akan ada disana menangis untuk taehyung. Bahkan dari mereka kecil, jimin selalu lebih cengeng daripada tehyung. Karna itu bogum dan taehyung selalu mengejek jimin. Tapi jiminlah yang akan menangis pertama kali saat melihat bogum atau taehyung terluka.

"Yak kubilang aku baik* saja kenapa kau malah menangis pabo ?" Taehyung bertanya dengan mata berkaca*

"Aku menangis karna kau tidak pernah mau menangis bodoh, kau dan bogum hyung sama saja. Kalian selalu lebih pintar dariku kan, pintar menyembunyikan rasa sakit, pintar pura* baik* saja. Kenapa kalian selalu menyimpan beban kalian sendiri hah ? Kau masih punya aku bodoh, kau bisa menangis kalau kau terluka tae, bersikap lah seperti gadis* diluar sana bajingan. Kau pikir kau ini apa hah ? Kau itu juga manusia, sialan" airmata taehyung menetes mendengar cacian jimin, tapi buru* dihapus oleh empunya. Jimin melepas pelukan mereka mengusap airmatanya kasar.

"Ayo kuantar pulang, seokjin noona khawatir padamu sialan !!" Menarik tangan taehyung tapi ditepis pelan oleh taehyung

"Malam ini aku mau menginap dimarkas saja, besok aku pasti pulang. Janji" ucap taehyung sambil mengangkat  jari kelingkingnya lalu memamerkan senyum kitak andalannya. Jimin menghela nafas panjang tapi akhirnya mengangguk




Tok... tok... tok

"acara menangisnya sudah selesai belum ? Aku butuh teman minum" kalau ada yang tanya itu suara siapa. Itu suara yoongi. Dia sudah diambang pintu dari tadi sebenarnya tapi memilih diam saja karna tidak mau menganggu acara kedua sahabat yang sedang berpelukan itu.

"Noona sejak kapan disitu ?" Jimin terkejut tentu saja melihat yoongi ada disitu apalagi tadi dia sempat menangis. Jimin memang cenggeng tapi tetap saja jimin malu kalau ada yang memergokinya menangis seperti ini. Jimin itu sudah 21 tahun ngomong* dan lagi dia laki* menangis bukan sesuatu yang bisa dibanggakan bukan.

Bukanya menjawab pertanyaan jimin. Yoongi hanya mengedikkan bahu acuh lalu berbalik keluar. Melihat jimin yang menunduk taehyung tertawa kencang lalu berlari keluar mengikuti yoongi. Tinggal jimin sendirian di ruangan itu mengutuk kebodohannya bisa* dia menangis tadi.



Jimin menyusul ke meja makan disana yoongi dan taehyung sudah duduk dan meminun soju mereka masing*. Jimin ikut duduk disebelah yoongi. Jimin menatap yoongi sengit. Lalu mengambi sebotol soju dan meneguk nya hingga separuh botol

"Noona disana dari tadi kan ? Jawab ?" Yang ditanya hanya mengerling malas. Yoongi paham kalau jimin malu karna yoongi melihatnya menangis tapi toh yoongi kan tidak komentar apa* kenapa jimin ribet sekali, batin yoongi.

Yoongi hendak meminum sojunya lagi tapi tangan nya ditahan jimin
"Jawab dulu perta...." belum selesai jimin bicara yoongi mencium bibirnya jimin kaget, dan tehyung yang melihat itu tersedak. Pasalnya yoongi itu benci kontak fisik intim. Dia suka gonta ganti pacar tapi tidak mau bersentuhan intim seperti itu biasanya. Dan melihat yoongi yang memulai ciuman itu jelas saja mata mereka membelalak.

Kalau ada yang tanya yoongi gimana, dia masih menikmati ciuman sepihaknya. Menyesap bibir atas bawah  jimin bergantian. Kalau ada yang tanya keadaan jimin, dia masih terlalu kaget dan tidak membalas ciuman yoongi. Tak lama ciuman itu yoongi akhiri lalu yoongi kembali meminum soju nya tenang seperti tidak terjadi apapun.

***








Hai readers 👋
Makasih buat yang udah mau vote atau komen.
Makasih juga buat siders yang udah mampir, walaupun aku berharap kalian mau meninggalkan jejak di book ini.

😁😁😁

MY STREET (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang