chapter 40

2.1K 264 28
                                    

Jangan lupa voment yang banyak ya teman* 🤗





















***










Taehyung berjalan kearah balkon kamar sambil membopong tubuh bergetar si pemuda jeon. Menggerutu mempertanyakan berapa berat badan pemuda ini sebenarnya, sampai rasanya bahunya mau patah hanya untuk menggangkat tangan kanan si bayi besar ini saja. "Jeon pegang senternya dengan benar." Taehyung sekali lagi memperinggati, karna demi tuhan ia sangat jengah melihat tangan jungkook yang memegang senter bergetar hebat membuat cahanya senter itu tidak fokus.










Jungkook bukan tak ingin menuruti kata* taehyung. Ia juga benci melihat tangannya terus bergetar. Tapi tangan nya tak mau diajak bekerja sama, rasanya sekarang seluruh tubuhnya berhianat, tidak mau menerima perintah darinya. Bahkan rasanya ia harus bekerja ekstra hanya untuk menggerakkan kakinya untuk berjalan.











Taehyung membuka pintu balkon. Berjalan kearah halaman lalu mendudukan dirinya dan jungkook di rerumputan. Taehyung sibuk menetralkan nafas nya, rasanya melelahkan padahal hanya membopong si gorila besar ini dari kamar sampai halaman. Taehyung melirik jungkook yang menenggelamkan kepalanya diantara lututnya. "Hei jung, kau ok ?" Tanya taehyung ragu*.











"Noona kau punya soju ?" Bukannya menjawab, pertanyaan taehyung justru dibalas pertanyaan oleh jungkook. Taehyung mengangguk lalu menjawab kalau ia masih punya banyak di dapur. "Bisa ambilkan aku beberapa noona, aku butuh alkohol." Ucap jungkook masih dengan posisi sama. Setelah itu terdengar suara taehyung berdecak lalu bergumam dasar merepotkan, meski begitu taehyung tetap beranjak untuk mengambil soju didapur.











Taehyung kembali dengan sekantung kresek berisi 5 botol soju. Mendudukan bokongnya disamping pemuda jeon, yang duduk memeluk dirinya sendiri. Taehyung masih bisa melihat jungkook yang masih agak bergetar meskipun tidak separah tadi. Taehyung menyerahkan satu botol soju yang sudah terbuka kearah jungkook dan diraih dengan cepat oleh empunya. Jungkook meminum sojunya dengan terburu.













"Pelan pelan saja, kau bisa tersedak." Nasehat taehyung. Akhirnya jungkook menjauhkan botol soju dari bibirnya, jungkook menghela nafas panjang berusaha keras menguasai dirinya. Melihat tubuh jungkook yang mulai berhenti bergetar akhirnya taehyung buka suara, "sudah merasa lebih baik ?" Yang ditanya hanya mengangguk.












Melihat jungkook yang hanya diam dengan kepala menunduk membuat taehyung sedikit banyak merasa kasihan. "Jeon, mau menjelaskan sesuatu ?" Tanya taehyung pelan. Sebenarnya taehyung tidak ingin ikut campur tapi entah kenapa ada rasa penasaran yang sangat besar yang menggerogoti dirinya sekarang. Dikepalanya timbul banyak pertanyaan tentang kenapa ? Apa yang dialami si pemuda jeon di depannya ini sebenarnya ? Sekali lihat saja taehyung jelas tau kalau jungkook sakit. Bukan fisik tapi mental. Bukannya sok tau, tapi taehyung terlampau berpengalaman tentang hal* semacam itu, menginggat kalau dia juga tak bisa disebut orang waras.















"Aku benci gelap." Vokal lirih jungkook membuat atensi taehyung sepenuhnya tertuju padanya. "Gelap selalu membuatku takut." Imbuh jungkook. "Kenapa ? Kenapa kau takut gelap ?" Jungkook menoleh melihat taehyung memandangnya dengan pandangan intens dan itu sedikit membuat jungkook gugup. Jungkook meneguk lagi sojunya lalu berdehem menghilangkan gugup. Kepalanya menengadah ke langit, menginggat lagi ingatan buruk macam apa yang menjadi awal ketakutannya terhadap ruangan gelap.















"Ayahku, dia orang yang tegas. Ah bukan, lebih tepatnya dia orang yang otoriter juga perfeksionis. Dia benci saat sesuatu tidak berjalan seperti kehendaknya. Dan akan mengamuk saat orang* disekitarnya tidak menurut perintahnya. Dan sialnya aku terlahir dengan sikap pembangkang luar biasa." Jungkook terkekeh diakhir kalimatnya. Menginggat berapa banyak pertengkaran yang terjadi antara dia dan sang ayah.














MY STREET (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang