chapter 39

2K 328 51
                                    

Buat yang merasa selama ini jadi pembaca gelap atau siders, mending tutup aja book ini, gak usah baca. Karna aku gak update buat kalian. Aku update buat mereka yang selalu kasih dukungan ke aku entah itu lewat vote atau pun komen mereka. Aku update buat mereka yang menghargai orang lain bukan buat kalian, tolong jangan memperburuk mood ku dan bikin aku males update.













Happy reading readers, sorry kalo ada typo ya.🤗


***



















Taehyung keluar dari kamar mandi setelah menyikat gigi dan mencuci wajah. Merebahkan tubuhnya ke kasur berniat untuk segera terlelap. Tapi belum sempat taehyung menutup mata tiba* lampu di kamarnya padam. Mendesah lelah, rasanya ingin mengumpati petugas listrik yang memadamkan listrik malam* begini tanpa pemberitahuan lebih dulu, menyebalkan.










Tangan taehyung meraba raba meja nakas bagian bawah berharap menemukan lilin, tapi hasilnya nihil. Akhirnya ia kembali ke ranjang berniat tidur saja, toh biasanya ia juga tidur dalam keadaan gelap. Baru saja sedetik taehyung memejamkan mata, teriakan keras dari arah kamar bagian bawah membuatnya kalang kabut meraih ponselnya dan berlari kearah tangga.





























***

















Jungkook membuka pintu kamar tamu rumah taehyung dengan pelan. Mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, disana ada satu kasur yang cukup besar, almari, juga meja nakas, lalu ada kamar mandi. Kamar yang cukup luas sebenarnya tapi jika dibandingkan dengan kamar jungkook mungkin hanya seperempatnya. Merebahkan tubuhnya berniat untuk langsung tidur karna hari ini cukup melelahkan. Jungkook tidak mematikan lampu kamar itu karna ia terbiasa tidur di tempat yang terang. Belum sempat jungkook terlelap lampu di ruangan itu mati membuat jungkook panik seketika.








Jungkook meraba raba nakas dengan gerakan terburu berusaha menemukan ponsel nya. Tapi naas ponsel jungkook justru terlempar ke bawah cukup jauh dari ranjang. Jungkook mengusap wajahnya dengan kasar untuk melampiaskan rasa panik nya. Ia benci gelap, benci ruangan kecil tanpa cahaya, benci gelap yang membuatnya merasa tercekik, benci, benci sekali. Benci pada gelap yang selalu membawa kenangan buruk masa kecilnya kembali.








Jungkook berusaha untuk tetap tenang, tapi usahanya sia*. Bayangan masa lalu  berputar diantara kegelapan ruangan itu. Bayangan dirinya yang rapuh terdorong masuk ke ruangan gelap. Bayangan dirinya yang meraung meminta tolong sepanjang malam. Dan bayangan dirinya yang ditinggalkan sendirian bersama gelap yang memuakan. Bayangan itu tidak mau enyah dari kepala nya.








Jungkook memukul kepalanya sendiri berkali kali juga membentukkan kepalanya ke kepala ranjang,  berharap usahanya itu bisa mengenyahkan bayangan* yang membuatnya semakin tidak bisa bernafas. Tapi nihil bayangan itu semakin jelas, membuat jungkook akhirnya berteriak murka sambil menjambak jambak rambutnya. Jungkook semakin meringkuk dengan tangan yang menutup telinga saat lagi* mendengar amarah ayahnya bersahutan dengan tangisnya sendiri.















***














Taehyung menuruni tangga dengan tergesa. Hanya berbekal flashlight ponselnya taehyung berlari kearah kamar tamu yang ditempati jungkook. Membuka pintu kamar dengan tergesa. Melihat si pemuda jeon sedang meringkuk seperti janin di tengah ranjang. Mengarahkan ponselnya kearah sekitar, taehyung bisa melihat kamar ini menjadi cukup berantakan, bantal yang berjatuhan, selimut yang tak jelas bentuknya, bahkan lampu nakas yang pecah karna terlempar lumayan jauh.









Dengan perlahan taehyung mendekati jungkook. Kemudian mendudukan dirinya di tepi ranjang. Mendaratkan telapak tangan di punggung pemuda jeon yang terlihat bergetar. Jungkook menoleh, lalu dengan secepat kilat memeluk taehyung dengan erat, mungkin lebih tepatnya sangat erat. Taehyung sesak sebenarnya tapi ada sesuatu yang membuatnya tak tega melepaskan pelukan pemuda itu, apalagi saat ia sendiri bisa merasakan tubuh si pemuda jeon yang masih gemetar hebat. Taehyung tidak tau apa yang membuat si begal jungkook bersikap begini. Apa yang begitu menakutkan sampai* membuat si pemuda jeon memeluknya seperti anak* yang sedang memeluk ibunya untuk menghindari monster jahat. Tapi meskipun otak nya terus bertanya* tangan taehyung justru mengelus punggung jungkook dengan lembut seolah berusaha memberi afeksi menenangkan.















***
















Disinilah yoongi sekarang, duduk berhadapan di meja makan dengan si park yang dari tadi hanya sibuk meneguk soju nya. Sama sekali tidak beniat bicara pada yoongi yang sejak tadi duduk seperti patung di depannya. Yoongi yang jengah melihat jimin akhirnya buka suara. "Berhentilah minum, mati karna kebanyakan minum alkohol itu tidak keren." Jimin hanya mendengus melihat yoongi yang melempar kalimat ejekan padanya dengan wajah sedatar tembok.










"Noona, perbaikilah ekspresimu itu saat kau mau memberi candaan pada orang lain, wajah datar mu itu bisa membuat orang lain salah paham." Nasehat jimin dengan nada yang sangat lembut. Sedangkan yang diberi nasehat hanya mengedikan bahu acuh. "Suka suka ku lah, toh kau juga selalu mengerti maksudku." Jimin menyeringai jahil. "Jadi, aku selalu mengerti dirimu ya ?" Tanya jimin jahil, sedangkan yang ditanya kini sedang menggigit bibir dalam nya sambil meruntuki kalimat bodohnya. "I-tu itu... anu.." mata yoongi bergerak gugup sekedar menghindari kontak dengan jimin. Sial sial sial yoongi bahkan tidak tau harus menjawab pertanyaan jimin dengan jawaban seperti apa.










"Itu apa noona ?" Tanya jimin lagi masih dengan seringai jahilnya. Yoongi meregut kesal karna jimin terus memojokkan nya begini. "Ah molla" jawab yoongi kesal lalu meneguk segelas soju nya dengan sekali teguk. "Kau tidak mau pulang ? Ini sudah malam, sampai kapan kau mau merusuh dirumahku ?" Tanya yoongi ketus.










"Ah noona~, kau jahat sekali sih, aku kan sedang sedih, aku butuh teman minum, lagian apa*an dengan tuduhan merusuh itu, aku dari tadi diam saja." Jawab jimin sambil mengerucutkan bibirnya. Yoongi mendengus malas melihat jimin yang mengerucutkan bibir seperti anak kecil yang merajuk, menggemaskan. Yoongi menggeleng gelengkan kepalanya mengusir pikiran konyolnya. "Jangan mendrama jim, dan ya kau memang duduk diam saja tapi kau menghabiskan 7 botol soju ku, pulang saja sana, lagian kau tidak khawatir apa taehyung sudah pulang atau belum ?" Omel yoongi. "Shiro, aku mau menginap malam ini. Lagian taehyung juga sudah dirumah sekarang." Terang jimin membuat alis yoongi terangkat penasaran. Pasalnya sejak tadi jimin disini bersamanya jadi bagaimana mungkin dia bisa tau tarhyung dirumah. Tidak mungkin juga taehyung yang menghubunggi jimin, mereka kan sedang bertengkar. Seakan bisa membaca raut wajah yoongi, jimin buka suara, "jungkook yang memberi tahuku tadi."










"Jungkook ?" Ulang yoongi. "Iya, jungkook tadi bilang dia yang akan mencari taehyung makanya aku kesini, dan dia bilang malam ini akan menginap disana jadi aku tak perlu khawatir katanya." Yoongi hanya mengangguk saja mendengar penjelasan jimin. "Kau tidak takut jungkook menginap dirumah taehyung?" Tanya yoongi. "Takut apa ?" Jimin justru balik bertanya. "Kau tidak takut jungkook akan menyentuh taehyung atau melecehkannya mungkin ?" Pertanyaan yoongi membuat jimin tertawa kencang. Setelah tawa nya reda jimin hanya menjawab enteng. "Aku yakin urat lereh jungkook akan putus lebih dulu sebelum dia berhasil menelanjanggi taehyung." Jawaban jimin mau tak mau membuat yoongi tersenyum lega. Benar juga, tangan cepat taehyung tidak bisa diremehkan.




















***






Hai temen* ada yang nonton hotel de luna nggak ?? Aku penasaran jungkook nonton hotel de luna juga nggak ya ?????? 🤔😏🤣

MY STREET (Kookv)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang