Part 40

156 8 26
                                    

"Va, semangatin gue! ",teriak David,Alvin,dan Afren berbarengan.

Etta memelototkan mata dan menepuk jidatnya. Bisa abis nih suaranya diminta jadi suporter. Pinginnya sih nyemangatin Alvin tapi, David juga minta. Nah, si sepupu kampret juga minta.

Mau nyemangatin siapa donk? Duhai, antara doi, sahabat, dan sepupu. Dilema uyy, lebayy:v

"Iya gue semangatin semuanya",ucapnya biar adil ajah.

"Siap! Satu! Dua! Tiga! ",aba-aba dari panitia lomba.

"Mulai! "

Seketika seluruh penjuru lapangan ramai dengan riuh dan teriakan para pendukng.

"Alvin! ",tak sadar Etta meneriakkan nama Alvin dan si empunya nama tetap fokus menarik tali.

Tangannya sudah keringat dingin. Masalahnya lawannya gak sebanding. Laki-laki kelasnya hanya lima orang dan lawannya terdiri dari sembilan orang. Bisa dipastikan kelasnya akan kalah.

"Alvin tarik! David semangat! Afren yang kuat donk! ",teriak Etta sudah heboh sendiri kayak anak ayam kehilangan induk.

Dan ya kelasnya kalah karena gak sebnding. Kelimanya terjatuh diatas rerumputan lapangan. Etta segera menghampiri Alvin membantunya berdiri dan memberikan tas David yang dia bawakan.

"Lu gapapa? ",tanya Etta cemas ke Alvin.

"Gapapa kok, selagi lu selalu bersama gue",jawab Alvin lembut sukses membuat Etta tersemyum bahagia dan pipinya bersemu merah.

Lalu mereka menuju kantin bersama. Etta tak henti-hentinya tersenyum. Mendadak dia seperti terbang jauh kelangit ketujuh. Alvin berhasil membuatnya jatuh cinta.

***

Etta masih memutar-mutar tubuhnya yang dibalut dress putih yang elegan didepan cermin. Sebenarnya ini bukan gaya pakaiannya banget. Tapi, mana mungkin dia kerumah Alvin memakai kaos oblong dan jeans pendek yang hanya sejengkal menutupi pahanya.

Dia juga memoleskan sedikit make up ke wajahnya. Gak perlu tebal-tebal, Etta memakai make up senatural mungkin. Jangan sampai deh, malah dikira tante-tante.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka menampilkan Irene yang masuk kedalam sambil mengerutkan keningnya. Gak pernah putrinya berdandan feminim seperti sekarang, ini membuatnya heran.

"Tumben dandan feminim",komen Iren duduk dipinggiran kasur menatap ke arah anaknya.

"Jadi cewek yang sebenarnya tuh ribet ya,mi",keluh Etta yang merasa tak cocok dengan dandanannya.

Iren menghela napas, "Etta, kalau udah kebiasaan gak bakal ribet. Kamu ajah gak pernah dandan gini, biasanyakan pakai kaos sama jeans",nasehat Iren.

Etta menyisir rambutnya yang dibiarkan tergerai dan memakai kalung berbandul love pemberian tantenya dari Prancis.

"Emang ada acara apa sih? ",tanya Iren yang belum tau anaknya punya acara apa. Yang dia tau bahwa Etta bilang akan pergi dengan Alvin.

"Gak acara juga sih, mi. Kata Alvin mamanya pingin kenalan sama Etta",jawab Etta.

"Ah, mungkin Dewi lupa dengan kamu. Terakhir ketemu kamu masih kecil deh kalau gak salah",ucap Iren tersenyum.

Etta memakaikan liptint kebibir tipisnya dan setelah mengamati lagi Etta merasa penampilannya sudah cukup. Lalu dia melangkah ke arah lemari mengambil high heels berwarna putih senada dengan dress yang dia pakai.

Mendengar bel rumah berbunyi, Iren keluar dari kamar Etta bergegas turun membukakan pintu.

"Malam, tante",sapa Alvin saat Iren membuka pintu.

ALVIN ALVA(COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang