Part 17

174 12 9
                                    

Etta memasuki halaman rumahnya dan keluar dari mobilnya. Ketika sudah berjalan sepuluh langkah dari mobilnya, dia baru sadar dan menoleh lagi kebelakang. Ada mobil lain dihalaman rumahnya.

Mobil siapa? Rasanya gak asing dimatanya. Etta hanya acuh dan mendorong pintu masuk kerumahnya. Didalam gelap, nyaris membuatnya tersandung sofa ruang tamu.

Etta melihat cahaya disalah satu ruang, sepertinya ruang makan. Dia berjalan menuju kesana dengan pelan takut terjatuh karena gelap.

"Aduh...!",baru saja Etta melangkah kakinya malah tersandung kursi.

"Aish, nih nyokap kemana sih? Gelap gini kek rumah hantu!",ucapnya sebal sambil berdiri mengusap lututnya yang sukses mencium lantai.

Etta kembali berjalan dengan pelan dan sampailah diruang makan. Di tengah meja makan ada sebuah kotak. Etta meraih kontak itu dan membukanya.

"Wow! Bagus banget! ",ucap Etta melihat jam tangan elegan yang ada didalam kotak itu.

"Gimana Ta? Suka kan sama oleh-olehnya? ",ucap seseorang dari arah tangga. Dan semua lampu dinyalakan mengusir gelap.

"Papa! ",ucapnya tersenyum lebar.

Papanya yang udah beberapa hari ini pergi ke Singapure urusan bisnis ternyata sudah pulang plus dengan oleh-oleh untuk putri kesayangannya.

"Suka gak sama oleh-olehnya? ",tanya papanya lagi.

"Ini buat aku? Omg aku suka banget! ",kata Etta tersenyum lebar.

"Haha, baguslah kalau suka. Papa gak salah pilih",ucap papanya ikut senang.

"Tau banget sih pa kalau Etta pingin yang kek gini. Lagi tren lagi".

Etta menimang-nimang benda elegan itu sambil memperhatikannya.

"Iya anaknya dibeliin. Istrinya? Boro-boro",sahut mamanya Etta.

"Yeh, mama. Sama anak sendiri kok irian gitu",cemberut Etta.

"Buat mama juga ada kok, tenang",kata papa mengulurkan kotak yang dipegang ditangan kanannya.

Mamanya tersenyum dan mengambil kotak itu dari tangan suaminya. Membukanya dan ternyata isinya juga jam tangan ala Singapure yang elegan.

"Papa beli tiga. Pas untuk kita sekeluarga",ucap papanya lagi.

"Makasih deh papa.... ",kata Etta memeluk papanya.

"Iya putri kecil papa",jawab papanya.

Etta melepas pelukannya dan cemberut,"Etta gak kecil lagi kalek pa".

"Iya iya deh".

"Makasih juga pa udah selalu bahagiain keluarga",ucap mamanya.

Papanya hanya mengangguk dan tersenyum. Dirumah itu memang hanya berpenghuni tiga orang. Jadilah walaupun itu keluarga kecil tapi cukup harmonis.

Etta duduk dikasurnya sambil melihat-lihat oleh-oleh papanya. Kalau sahabatnya tau pasti bakal heboh. Pingin sih ngirim fotonya ke grup tapi mending besok kalau pas sekolah  ajah pasti jauh lebih heboh.

Etta mengganti pakaiannya yang masih seragam dengan baju rumahan yang santai. Lalu dia turun kebawah untuk makan siang.

Rumahnya sudah sepi lagi, papanya mungkin kekantor dan mamanya sedang istirahat dikamarnya. Jadilah, dia menikmati makan siangnya sendiri.

Tapi, sesuap nasi rasanya enggan untuk Etta telan. Padahal dia tipe cewek yang doyan makan. Entahlah, mungkin pikirannya yang masih uring-uringan karena perasaannya yang tak kunjung hilang itu.

ALVIN ALVA(COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang