Part 44

153 11 10
                                    

"Jangan macem-macem sama Alva! ",bentak Alvin menghempaskan tangan Kayana.

Wajah Kayana pias dengan perkataan Alvin. Matanya pedih. Laki-laki yang dulu membela sekarang membentaknya.

Siapa yang salah? Kayana sendiri yang bersikap seolah-olah ia pemeran antagonis didalam hidupnya sendiri.

"Vin.... ",ucap Kayana lirih dengan bibir bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca. Drama apa lagi ini? Etta muak dengan semua ini.

"Air mata palsu lu itu gak ada gunanya!",kata Alvin lagi. Ia benar-benar jera dengan kembalinya si micin ke dalam hidupnya yang udah aman, tentram, dan sentosa dengan Etta.

"Emang dia siapa lu,Vin? Lu bilang cuma temankan? ",tanya Kayana sedikit berteriak.

"GUE CINTA SAMA ALVA! DAN GUE MINTA LU JANGAN GANGGU DIA! LU CUMA SEBATAS MASA LALU GUE, DAN GUE GAK AKAN KEMBALI SAMA LU! ",bentak Alvin dengan lantang.

Etta terkejut. Ia memegangi dadanya yang berdebar kencang. Alvin secara gak langsung sudah mengungkapkan perasaannya. Ia gak nyangka akan terjadi begini. Kenapa harus sekarang? Dalam keadaannya yang kacau dan emosi begini.

Alvin tersadar dengan ucapannya barusan. Ah, nanggung kalau dicancel. Gak mungkin dia menarik omongannya barusan. Alvin harus membuktikan kalau dia gentle. Apapun yang terjadi selanjutnya itu sudah risiko.

Air mata Kayana mengucur deras. Ntah itu asli atau cuma palsu agar Alvin merasa bersalah. Cih,menjijikan mengemis perhatian kepada orang yang sudah jelas tak menyukainya.

Etta masih terdiam menunggu kejadian selanjutnya. Ia sangat bingung harus bersikap bagaimana. Setelah ini akan banyak perubahan antara dia dan Alvin.

Alvin menatap Etta. "Maaf, Va. Aku memang bukan cowok romantis". Alvin benar-benar lepas kendali, hingga emosinya meledak. Dan beginilah hasilnya, mulutnya malah mengatakan hal yang seharusnya belum ia katakan. Waktunya masih belum tepat.

"Gue akuin, Va. Lu emang cantik melebihi gue. Jadi, gak salah kalau Alvin milih lu. Tapi, gue belum ikhlas atas ini semua",ucap Kayana dengan suara parau dan mata sembab.

"Gue gak mandang dia dari fisik!",sahut Alvin penuh penekanan.

Diam. Hanya itu yang Etta lakukan. Kenapa mulutnya terkunci? Ini sangat berbeda dengan dia yang biasanya blak-blakan. Ah, mungkin biarlah Alvin yang menjawab.

Alvin menghampiri Etta dan menggenggam tangannya erat. Alvin sangat tidak ingin kehilangan Etta. Itu seperti mimpi terburuknya. Ia mulai melangkah meninggalkan si micin yang masih menangis. Mau gak mau Etta juga melangkahkan kakinya mengikuti Alvin.

Benarkan? Sekarang semuanya terasa canggung. Bahkan, sembari berjalan tak ada sepatah katapun keluar dari bibir mereka.

Etta menghentikan langkahnya dan melepas genggamam Alvin, "Vin, gue nyusul temen gue kekantin ya",kata Etta sedikit gugup.

"Gue anterin ajah ya? ",tawar Alvin. Bukan apa-apa. Ia hanya ingin menjaga Etta.

"Gue sendiri ajah, gapapa",tolak Etta. Memang saat ini rasanya ia ingin sendiri dulu menenangkan pikirannya. Etta berlalu ke arah kantin.

Dia sangat butuh seseorang. Setidaknya ada tempat untuk menumpahkan segala sesak didadanya. Ia memasuki kantin dan menghampiri sahabatnya. Etta langsung duduk dan memeluk Jasmine.

"Astaga! Ngagetin ajah, Va",kaget Jasmine sambil mengelus dadanya.

"Kenapa lu? Katanya tadi sama murid baru? Ngapain? Lu kenal dia? ",kebiasaan nih si Kaila main nyerocos gak lihat keadaan dulu. Setan kepo manalagi yang masuk ketubuhnya.

ALVIN ALVA(COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang