Part 13

588 88 12
                                    

Irene menatap horor pada pantulan dirinya di cermin. Sleep disorder benar-benar menyerang dirinya. Tiap malam Irene terjaga sampai subuh kesulitan untuk tidur. Kalau pun dia bisa tidur itu hanya akan bertahan selama dua jam lalu terbangun. Bahkan semalam, mungkin sudah bisa dikatakan pagi tadi, Irene baru bisa tidur jam enam tadi dan terbangun jam delapan . Meski Irene sudah menghidupkan lullabies untuk membantunya merasa rileks, tetap saja semalam suntuk matanya terbuka lebar. Mata sembab dan lingkaran hitam semakin jelas menghiasi wajahnya.

Suara ponsel yang berbunyi menarik perhatian Irene. Pada layar ponselnya muncul nama Mino. Irene jelas ingat kalau malam ini adalah malam perayaan ulang tahun Jennie Kim, tapi rasanya ia tidak memiliki semangat untuk mengahadiri ulang tahun dari muse-nya tersebut. Entahlah, Irene sedang ingin 'mengurung' dirinya di rumah saja. Lama, Irene hanya menatap layar ponselnya tanpa berniat untuk menjawab panggilan Mino hingga akhirnya panggilan itu berhenti dengan sendirinya.

Cewek itu berjalan ke tempat tidur dan kembali berbaring di atasnya. Ia memiringkan badan menghadap jendela yang terbuka, merasakan hembusan udara pagi dan sinar matahari yang menyelinap masuk ke dalam kamar. Dalam diamnya, Irene bisa merasakan hembusan napas yang teratur dan degup jantung yang tenang.

Berbicara soal jantung. Akhir-akhir ini Irene merasa sangat sensitif dengan kerja jantungnya. Jangan berperasangka buruk dulu! Kerja jantung Irene sangat normal dan dalam kondisi yang baik-baik saja. Hanya saja, jantungnya akan berdegup lebih cepat dari biasa saat berada di dekat Mino. Irene bukan cewek naif. Dia paham dengan sinyal yang dikirimkan oleh degup jantungnya. Terlebih lagi dengan semua perlakuan baik Mino yang kadang membuat Irene terus bertanya maksud dari semuanya. Irene tidak mau terlalu percaya diri dengan menarik kesimpulan bahwa, 'mungkin' saja, Mino 'tertarik' padanya. Ia juga tidak mau terlalu cepat mengartikan 'sinyal' perasaannya sendiri. Karena Irene terlalu takut tiap kali 'hantu' masa lalunya masih terus menghampirinya.

***

Dan selama satu hari ini Irene benar-benar tidak produktif, hanya berdiam di rumah. Pokoknya yang dilakukan Irene hanya makan, ngemil dan menonton TV. Yang paling produktif adalah saat ia membantu bik Sri masak sayur asem setelahnya ia kembali berguling di depan TV menonton channel gosip. Bukan hanya itu saja, Irene juga men-silent ponselnya dan tidak merespon pesan atau panggilan apapun.

Dan saat ini Irene sedang duduk di dekat jendela kamarnya, memperhatikan berbagai macam bunga yang tertata rapi di halaman. Satu tangannya sibuk memainkan buket kincir angin dari Mino. Layar ponsel Irene kembali menyala meski dalam keadaan silent, menampilkan nama Leora pada layarnya. Setelah seharian tidak menghiraukan ponselnya, untuk kali ini Irene terpaksa menjawab panggilan dari Leora itu.

"Halo," jawab Irene langsung.

"Gue otewe rumah elo,"

"Ngapain?"

"Pokoknya tunggu aja," tanpa menunggu respon dari Irene, panggilan tersebut sudah diputus oleh Leora.

"Aneh," gumam Irene menatap layar ponselnya. Pada layar ponsel itu sudah menunjukkan jam setengah lima sore. Seharusnya Irene memberi kabar Mino perihal kedatangannya ke ulang tahun Jennie Kim, hanya saja Irene terlalu malas untuk membuka chat room dan mengirim pesan. Kalau pun dia memang ingin datang juga seharusnya dia sudah mulai bersiap, tapi yang Irene lakukan justru berbaring di atas tempat tidur dan melamun memperhatikan langit-langit kamarnya dengan posisi yang cukup aneh -badan di atas tempat tidur dan kepala menggantung di ujung tempat tidur.

"Teteh Irene!" Sean membuka pintu kamar Irene tanpa permisi. Cowok itu baru saja pulang latihan basket terlihat dari seragam basket yang masih dikenakannya. "Dih... elo ngapain nggak jelas gitu?" tanya Sean melihat penampakan tetehnya.

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang