Mino menjemput Irene pagi hari untuk menghindari macet ke Puncak. Karena Mino terlalu pagi menjemput Irene, jadilah tante Sella memaksa Mino untuk sarapan dulu di rumah. Dan sekarang Mino sedang duduk di meja makan dengan Sean yang duduk di seberangnya. Bocah SMA itu tampak senyum-senyum sendiri sambil menikmati roti panggang selai coklat kesukaannya. Kebetulan sekali Irene sedang mengambil tas di kamarnya, jadi tinggal Mino dan Sean berdua saja. Dan Mino sangat yakin kalau Sean sedang menertawai dirinya.
"Sean," panggil Mino menarik perhatian bocah SMA yang masih mengenakan piyama tidurnya.
"Ada yang salah yah sama gue? Atau penampilan gue kelihatan aneh?" tanya Mino sembari memperhatikan sweater biru dan celana jeans yang dikenakannya.
Sean menggelengkan kepalanya. "Nggak ada kok...," sahut cowok itu.
"Lalu? Kenapa elo ketawa sambil ngelihatin gue gini?" tanya Mino mengutarakan kerisihannya.
"Bang Mino kepedean deh... orang Sean ngetawain roti panggang ini kok...," kilah Sean.
Kening Mino semakin berkerut dan ia semakin geram dengan tingkah Sean. Nggak kakaknya nggak adiknya sama-sama bikin gemas. Kalau Irene bikin gemas sayang, kalau Sean ini bikin gemas pengen nimpuk kepalanya. Pantas saja Irene sering sekali mengomel pada Sean.
"Kamu yakin ada yang lucu sama roti panggangnya?"
"Iya... aneh banget...," jawab Sean masih mengelak untuk jujur.
"Oke kalau emang roti panggangnya super aneh," ucap Mino akhirnya. Cowok itu kembali mengunyah roti panggangnya sendiri.
Tawa Sean pun meledak pada akhirnya. "Iya... Iya... Sean ngaku... Sean ngetawain bang Mino. Bukan masalah penampilan bang Mino aneh atau nggak. Tapi yang Sean ketawain adalah adegan pelukan Bang Mino sama Teh Irene seminggu lalu depan rumah. Sumpah kalian norak banget kayak drama Korea. Eh ralat... Bahkan kalian lebih norak dari drama India yang suka nyanyi sambil joget diantara pohon pas hujan...," jujur Sean panjang lebar dengan diselingi tawa diantaranya.
Mino menghembuskan napasnya pelan. Sepupu Irene ini benar-benar tengil. Sama menyebalkannya dengan Jennie Kim.
"Mino, yuk berangkat...," ajak Irene yang sudah siap. Mino segera menyelesaikan sarapan nya lalu beranjak dari posisinya.
"Cie... yang mau kencan di puncak...," ledek Sean.
"Sok tahu," sahut Irene sambil menoyor kepala adiknya itu.
"Ck! Apa susahnya tinggal bilang iya mau kencan... nggak usah pakai ngelak gitu...," gerutu Sean.
***
Karena mereka berangkat pagi ke puncak, setidaknya mereka tidak harus melewati macet yang cukup panjang. Begitu mobil Mino terparkir dengan sempurna, Irene segera turun dari mobil. Hembusan angin sejuk langsung menyambut cewek itu. Bau tanah khas kebun teh menggelitik penciuman Irene. Mino pun dengan sigap memainkan kameranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Ficción GeneralMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit