Part 15

653 95 23
                                    

"Irene... Selena tadi ngomong apa aja sama elo? Dia nggak nyeritain yang aneh-aneh tentang gue kan?" tanya Mino saat mereka berhenti karena lampu merah.

"Hmm... aneh gimana?"

"Yah... yang aneh kayak mempermalukan gue depan elo gitu yang bikin elo ilfil,"

"Selena bilang you got dumped by one of your ex-gfs,"

"Astaga! Selena ceritain itu?" tanya Mino tak percaya. "Dari banyak cerita baik tentang gue kenapa dia harus ceritain yang satu itu sih," rutuk Mino.

"Selena kayaknya sayang banget yah sama elo... kenapa elo nggak sama dia aja sih?"

"Hmm... keduluan Aaron sih," celetuk Mino.

Irene menoleh. "Beneran karena keduluan Aaron?"

Mino tertawa melihat kepolosan Irene. "Bercanda Irene... nggak lah. Nggak mungkin gue sama Selena,"

"Kenapa? Kan nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini,"

"Karena bukan gue yang Selena suka. Dan bukan Selena yang gue suka,"

"Terus siapa?" pancing Irene. Mino melirik gadis mungil itu sekilas.

"Aaron tadi bilang elo disuruh dateng ke acara Bachelor and Bachelorette Party mereka... minggu depan pas weekend di Bali,"

"Selena tadi juga bilang ke gue," sahut Irene. Ia menatap Mino sekilas. Sangat jelas Mino mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Kalau elo nggak sibuk... dateng yah, Rene... Selena seneng banget kenal sama elo dan dia pengen elo hadir ke acara Bachelorette Party dia...,"

"Gue kabarin lagi nanti deh... gue minta izin dulu sama tante Sella,"

Tak terasa mereka sudah tiba di depan rumah Irene. Mino segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Irene.

"Thanks yah Mino...," ucap Irene.

"Bentar, Rene...," Mino mengambil sesuatu dari jok belakang mobil. Lalu cowok itu menyerahkan sebuah paper bag pada Irene. "Buat elo...,"

"Apaan ini?" tanya Irene sembari mengintip isi
paper bag tersebut.

"Dibuka pas elo udah masuk rumah yah,"

"Gue kan nggak ulang tahun, kenapa elo ngasih hadiah muluk sih...," Irene menatap Mino.

Tatapan polos Irene itu benar-benar membuat Mino merasa gemas. Cowok itu menyentuh pipi mulus Irene. "Irene, kalau ada apa-apa sama elo, gue bakal jadi orang yang paling ngerasa bersalah,"

Irene mengernyitkan keningnya. Meski tanpa mengucapkan apapun, gadis mungil itu jelas meminta penjelasan dari ucapan Mino tersebut. "Please, Irene... bilang ke gue kalau ada yang nggak elo suka atau bikin elo nggak nyaman, gue bakal...,"

"Bakal apa, Mino?" potong Irene. Keduanya saling menatap kedalam bola mata masing-masing. Sama-sama mencoba melihat lebih dalam tentang perasaan mereka.

Mino tersenyum tipis. "Mimpi indah, Irene...," ucap cowok itu akhirnya tanpa menjawab pertanyaan Irene. Tanpa meminta izin terlebih dulu, Mino mengecup kening Irene singkat. Lalu setelahnya cowok itu kembali masuk ke dalam mobil dan pergi dari hadapan Irene. Irene membisu menatap jalanan malam yang sunyi di depannya. Ia masih bisa merasakan kehangatan di keningnya bekas kecupan singkat itu.

Irene segera berlari masuk ke dalam rumah. Meski ada Sean yang sedang menonton siaran bola, ia sama sekali tidak mempedulikan adik sepupunya itu. Bahkan Sean hanya menatap heran dengan kelakuan Irene. Di dalam kamarnya, Irene membuka paper bag dari Mino. Irene terhenyak begitu melihat isinya. Sebuah music globe dengan hiasan bunga Azalea yang cantik. Jemari Irene terulur memutar tuasnya, Dan seketika lullaby mengalun lembut diiringi cahaya berwarna pink.

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang