Irene terus mengganti posisi tidurnya. Ralat. Bahkan cewek itu sama sekali belum terlelap tidur. Matanya memang terpejam tapi otaknya terus memutar permintaan maaf Mino tadi sore. Setelah meminta maaf seperti itu, Mino tak berniat untuk menjelaskan sedikit pun maksudnya karena sunset keburu muncul dan menarik perhatian Mino, juga dirinya sendiri. Kesal karena tak kunjung terlelap, Irene pun membuka lebar matanya, menatap pada kegelapan kamarnya. Ia menghidupkan lampu tidur untuk memberikan sedikit cahaya pada kamarnya. Irene merasa aneh saat ia menyadari Mino berhasil menyelinap ke dalam otaknya dan entah sejak kapan. Kehadiran Mino sebagai pelanggan The Coffreak hingga Mino yang secara tak terduga menjadi bagian dalam alur kehidupan Irene, membuat Irene memutuskan untuk bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia harus melakukan sesuatu untuk pengalihan pikirannya yang terus bekerja dan menolak diistirahatkan. Akhirnya, Irene pun mulai membuat pola untuk busana yang akan dipamerkannya pada projek fashion show. Meski tiap kali matanya menangkap buket kincir angin dan setangkai bunga matahari yang mulai mengering, otak Irene otomatis akan kembali mengingat ucapan Mino.
Elo siapa sih, Mino?!
***
Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam namun Mino masih betah menatap deretan foto menggantung yang baru ia cuci cetak. Hanya ada tiga objek dari puluhan lembar foto yang menggantung : sunset, bunga Azalea dan Irene. Iya sejak pertama kali Mino kembali ke Jakarta, Irene menjadi fokus utama lensa kameranya. Ada banyak foto Irene yang diambil secara candid oleh Mino. Jelas Mino tahu sanksi bagi seorang 'penguntit' seperti dirinya, apalagi kalau kejahatannya benar-benar terekspos maka orang pertama yang akan menghukumnya adalah Papa.
Cowok itu mengalihkan perhatiannya pada kanvas yang baru setengah ia coret dengan sapuan warna pink membentuk pola puluhan bunga Azalea. Masih jelas dalam ingatan Mino saat Irene yang menangis dalam diam di depan sebuah pusara pada empat tahun yang lalu. Perlahan, Mino harus mulai menjelaskan maksud kehadirannya dalam kehidupan Irene. Karena itu, ia mengucapkan kata 'maaf' terlebih dulu sebelum nantinya Mino menyakiti Irene dalam proses penjelasan tentang semua hal.
***
Suara tawa yang berasal dari ruang makan sukses merusak pagi Mino. Ingin rasanya Mino mengusir sosok yang sedang menikmati pancake buatan mama, siapa lagi kalau bukan Jennie Kim.
"Pagi mas Mino...," sapa adik sepupunya itu dengan riang diiringi senyum lebar.
"Ngapain elo pagi-pagi udah ke sini," sahut Mino sinis.
"Minta makan," jawab Jennie Kim apa adanya. Jennie Kim memang tinggal sendirian di sebuah apartemen mewah yang dibeli dari hasil penjualan albumnya. Kedua orang tua Jennie Kim sudah lama bercerai dan hak asuh Jennie Kim dipegang oleh sang Mama yang kebetulan adalah seorang cellist yang sibuk melakukan tur dunia tiap bulannya. Sang Mama juga sudah menetap di Vienna sejak dua tahun yang lalu. Sebenarnya Jennie Kim bisa saja tinggal dengan sang Papa, namun cewek itu tidak ingin mengganggu kehidupan Papa dengan keluarga barunya. Karena kondisi keluarganya, Jennie Kim lebih sering 'kabur' ke rumah Mino jika tidak disibukkan dengan pekerjaannya.
"Jadi kapan Mama dikenalin sama pacar kamu, mas?" tanya Mama. Mino yang sedang mengoleskan selai coklat pada roti panggang menghentikan kegiatannya.
"Ralat tante... calon pacar, belom jadi pacar," timpal Jennie Kim.
"Kok masih calon, Jen?" tanya Mama.
"Yah... mas Mino sih tarik ulur pendekatannya... antara iya atau nggak... he's such a coward," jawab Jennie Kim. Mino bisa melihat tatapan cewek itu sedang mengejek dirinya.
"Ini lagi ngomongin siapa sih?" tanya Mino yang masih belum paham percakapan antara Mama dan Jennie Kim.
"Irene," jawab Jennie Kim langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Ficción GeneralMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit