Setelah menemukan Leora dan Fabian, Irene meminta pulang dengan alasan tidak mau pulang terlalu malam karena macet. Leora dan Fabian tidak menceritakan pada Irene kalau mereka sama sekali tidak masuk rumah hantu. Tapi Mino jelas bisa melihat kenyataan kalau pasangan itu tidak masuk ke dalam rumah hantu, terbukti dari Mino yang tidak sengaja melihat Leora membuang tiket masuk ke dalam tempat sampah.
Mobil Mino berhenti sempurna di depan rumah Irene. Leora dan Fabian memisahkan diri karena arah jalan rumah mereka yang berbeda dari Irene dan Mino. Dilihatnya Irene yang sedang tertidur di jok sampingnya karena kelelahan.
"Irene... udah sampe," ucap Mino pelan mencoba membangunkan gadis itu. Ia juga mencoba menggoyangkan tubuh Irene pelan namun tak ada reaksi sedikit pun dari Irene. Pasrah, Mino pun membiarkan Irene tidur di dalam mobilnya. Sebenarnya bisa saja Mino menggendong Irene turun dari mobilnya namun ia memilih untuk menikmati keheningan di dalam mobilnya tersebut. Mendengarkan hembusan napas teratur dan memperhatikan wajah polos Irene. Tangan Mino terulur menyampirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Irene.
"Harusnya takdir kita bukan kayak gini...," ucap Mino lirih. "Gue nggak seharusnya ada disini...,"
"Maafin gue, Irene... maafin gue," bisik Mino pada keheningan di dalam mobilnya itu.
Tok tok! Suara ketukan di kaca mobil berhasil mengalihkan perhatian Mino. Tampak sosok Sean yang berdiri di luar mobilnya.
"Bang, kok nggak turun?" tanya Sean langsung begitu Mino menurunkan kaca mobil.
"Irene tidur, nggak tega bangunin dia," Mino menggeser tubuhnya sedikit menunjukan sosok Irene yang tertidur.
"Halah... bangunin aja Bang... nggak apa-apa kok...," ucap Sean. Selanjutnya cowok jangkung itu sudah membuka pintu penumpang dan menepuk-nepuk pelan lengan Irene. "Teh... bangun teh... udah sampai... tidur di kamar aja jangan di sini," ucap Sean walaupun pelan tetapi cukup brutal membangunkan tetehnya itu.
"Hhmm... berisik," racau Irene masih dengan mata terpejam.
"Bangun teh... bangun... jangan tidur di mobil orang ih...," ucap Sean masih keukeuh membangunkan Irene.
"Irene... elo mau jalan sendiri ke kamar atau mau gue gendong?" tanya Mino ikut mencoba membangunkan Irene. Detik berikutnya kedua kelopak mata Irene terbuka lebar. Matanya berkali-kali mengerjap mencari fokus.
"Mino? Kok nggak bangunin gue sih?"
Sean berdecak. "Udah di bangunin dari tadi, tapi teteh ngebo banget," sahut Sean.
Irene yang sudah mendapatkan kesadarannya segera melepas seatbelt. "Mino makasih banget yah selalu gue repotin gini,"
"Nggak masalah kok, Rene... Hmm... gue langsung yah nggak mampir, udah malem gini,"
"Nggak apa-apa... Makasih banyak Mino... hati-hati di jalan,"
"Hhmm... ternyata habis double date yah...," ledek Sean langsung saat mereka sudah ada di dalam rumah. "Nggak ngajakin Sean, padahal kita bisa triple date,"
"Emang Sean punya pacar yang mau diajak triple date?" tanya Irene.
"Emang teteh tadi punya pacar pas double date?" Sean membalikkan pertanyaan Irene yang sukses membuat tetehnya itu membisu. Sean tertawa pelan. "Diem kan teteh... jadi bang Mino ini sekedar temen, gebetan, calon pacar atau udah jadi pacar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
General FictionMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit