Irene menatap tiket pesawat yang ada di tangannya tersebut. Hanya tersisa 3 jam dari jadwal penerbangan ke Bali untuk Irene membuat keputusan antara tetap berangkat ke Bali atau tidak sama sekali. Seharusnya Irene berangkat sekarang untuk menghindari macet agar tiba tepat waktu di bandara. Tapi jangankan berangkat, mengepak keperluan yang akan diperlukannya selama ke Bali saja belum. Iya, Irene masih berada di ambang keraguan untuk menghadiri acara Bachelorette Party tersebut.
****
Mino berulang kali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sesekali cowok itu juga akan melirik ke arah pintu masuk waiting room bandara. Tentu saja, Irene adalah orang yang sedari tadi kehadirannya di tunggu oleh Mino. Bahkan sampai pengumuman boarding pun Irene sama sekali tidak menunjukkan tanda kehadirannya. Pasrah dan terpaksa, Mino melangkahkan kakinya memasuki pesawat. Selena dan Aaron yang melihat ekspressi kecewa Mino hanya bisa saling pandang tak tahu harus berbuat apa.
Mino duduk pada seat yang berada di dekat jendela. Saat ini Mino jelas merasa bad mood, jadi ia memilih untuk menutup telinganya dengan headset dan mendengarkan salah satu playlist yang tersedia pada pemutar musik di dalam pesawat tersebut. Pandangan cowok itu terarah keluar jendela, memperhatikan serta menghitung deretan pesawat yang terparkir di landasan pacu bandara tersebut. Bahkan saat seat di sebelahnya diisi oleh penumpang lain menjelang detik-detik keberangkatan, Mino sama sekali tidak peduli karena dia benar-benar kecewa dengan ketidakhadiran Irene.
Cowok itu mencoba mencari posisi nyaman untuk tidur dengan bersandar pada jendela saat pesawat sudah lepas landas. Namun, belum ada lima menit, Mino merasakan seseorang menggoyangkan tubuhnya pelan. Meski awalnya ia berusaha untuk mengabaikan gangguan kecil itu, pada akhirnya Mino membuka kedua kelopak matanya dengan kesal.
"Gue nggak telat kan?" tanya gadis mungil itu dengan suara yang lembut. Sepotong cheesecake dari The Coffreak yang dilapisi tempat mika terpampang di hadapan Mino.
"Irene?" tanya Mino tak yakin dengan penglihatannya saat ini.
"Iya, Mino...," sahut Irene dengan senyum tipisnya.
"Elo beneran Irene kan?" tanya Mino masih mencoba meyakinkan dirinya. Dan tingkah polos cowok itu membuat Irene tertawa pelan.
"Iya Mino...," ucap Irene gemas. Irene menautkan tangan kirinya dengan tangan kanan Mino lalu mengangkatnya ke depan wajah Mino. "Nih... Masih nggak percaya?"
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik. Lima detik. Mino mengerjapkan kedua tangannya. Lalu kedua ujung bibir cowok itu terangkat membentuk sebuah lengkung di wajahnya. Ia mengeratkan tautan tangan Irene. "Percaya... beneran Irene," gumam Mino.
"Cheesecake-nya mau dimakan nggak nih?" tawar Irene.
"Mau!" sahut Mino sembari menunjukkan gummy smile seperti anak kecil. Irene tertawa gemas melihat tingkah Mino. Dengan telaten, cewek itu membuka kotak mika yang membungkus cheesecake tersebut lalu menyodorkannya pada Mino. "Ini nggak sekalian disuapin?" tanya Mino iseng.
Irene mengerjapkan matanya sesaat. "Makan sendiri. Udah bukan anak kecil, kan...,"
"Yah... kecewa gue," gumam Mino sembari memanyunkan bibirnya. Tak peduli, Irene mendengus geli melihat tingkah cowok di sampingnya itu.
"Sorry...," ucap Irene tiba-tiba menghentikan kegiatan makan Mino.
Mino menatap Irene lama. "Untuk?"
"Tadinya gue berniat nggak dateng...," jujur Irene.
Mino tersenyum tipis. "Udah gue duga. Nggak perlu minta maaf Irene... yang penting kan sekarang elo jadi dateng dan ikut ke Bali," Mino mengelus puncak kepala Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
General FictionMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit