Mino menepati janjinya untuk menemani Irene mencari bahan ke Mayestik. Dan tepat jam 9 pagi cowok itu sudah berada di depan rumah Irene.
"Kirain batal mau nemenin...," ucap Irene langsung yang baru keluar rumah.
"Kalo gue udah niat, pasti gue niatin beneran,"
"Temannya Irene yah?" tanya tante Sella yang berdiri di belakang Irene.
"Saya Mino, tante...," ucap Mino memperkenalkan diri.
"Saya Sella tantenya Irene. Temen kuliah atau...,"
"Temen ketemu di kedainya Leon," jawab Irene.
"Ooohh... pantes baru lihat. Irene temennya sedikit jadi tante hapal. Cuma si Mino yang baru tante lihat...,"
Irene mengerucutkan bibirnya, manyun. "Irene berangkat dulu yah, te... takut macet," pamit Irene sambil mencium tangan tante Sella.
"Berangkat dulu, tante...," ucap Mino ikut pamit.
"Iya... hati-hati. Nanti kalau udah selesai, Mino mampir sini dulu yah...," pesan tante Sella.
"Iya, tante...," ucap Mino. Cowok itu segera menghampiri mobilnya untuk membukakan pintu Irene. Setelahnya ia berjalan menuju sisi lain mobil dan segera masuk ke dalam mobil. Mino menghidupkan mesin mobil. Sebelum ia melajukan mobilnya, cowok itu menekan klakson sebagai tanda pamit pada tante Sella yang masih menunggu mereka di teras rumah.
"Itu tadi tante lo yang punya toko bunga, Rene?"
"Iya... bundanya sepupu gue yang jahil semalem,"
"Jujur, semalem gue kaget denger teriakan elo. Mau nanya kenapa, tiba-tiba sambungannya putus. Makanya langsung gue chat aja,"
"Sorry... kepencet sih semalem. Gue keburu kaget gara-gara Sean,"
Sejujurnya Mino cukup tahu mengenai tante Sella dan Sean. Cowok itu sudah tahu kalau sejak SMA Irene sudah tinggal bersama keluarga tantenya sampai sekarang. Irene adalah anak yatim piatu karena kedua orang tua cewek itu menjadi korban meninggal dalam kecelakaan pesawat. Sejak kejadian itu, tante Sella yang merupakan adik kandung mama Irene, langsung memasukkan Irene dalam daftar keluarganya.
"Mau puter radio, Rene?" tawar Mino mengingat saat pertama kali Irene naik mobilnya cewek itu memutar radio.
"Boleh deh," jawab Irene dengan senyum lebarnya. "Gue kira elo udah balik ke New York karena udah lama nggak mampir kedai,"
Mino tersenyum. "Gue akan stay di Jakarta cukup lama jadi nggak akan balik ke New York dulu. Ada beberapa hal yang harus gue kerjain di sini. Dan kayak yang gue bilang semalem, gue pergi nemenin bokap ke luar kota. By the way, elo mau bikin apa cari bahan gini?"
"Gue harus buat tiga busana yang bakal ditampilin di project akhir fashion show. Makanya udah harus gue cicil dari sekarang biar hasilnya nanti sempurna. Kita bakal lama keliling Mayestik, elo nggak apa-apa?"
"Santai kok, Rene... pokoknya hari ini gue bakal ikutin kemana pun elo pergi nyari bahan. Gue juga siap jadi porter ngangkutin belanjaan elo... asal dibayar aja...,"
"Iya nanti gue bayar pakai es teh manis,"
***
Ini adalah kali pertama bagi Mino keliling pasar apalagi pasar yang menjual berbagai macam jenis kain. Sekalipun dalam hidup Mino, cowok itu tidak pernah pergi mengikuti Mama ke pasar. Biasanya Mama akan pergi ke pasar dengan mbok Susi. Dan Mino terus menatap takjub pada kerumunan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Bukan hanya itu saja, Mino juga sangat takjub bagaimana Irene dengan lincahnya pergi dari satu toko ke toko lainnya. Bahkan Mino yang memiliki langkah panjang pun sempat kewalahan mengikuti pergerakan Irene. Gadis mungil itu menunjukkan aksi tawar-menawar pada para penjual yang membuat Mino terus berdecak kagum. Sampai Mino berpikir apakah Mama juga bertingkah seperti Irene saat berada di pasar seperti ini. Saat Irene berhasil mendapatkan barang yang dicarinya, Mino akan dengan sigap memasukkan barang tersebut ke dalam tas belanja yang sudah dipersiapkan Irene sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
General FictionMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit