Fabian dan Mino datang hampir serentak, yah tidak benar-benar serentak karena Fabian datang lima menit lebih dulu dibanding Mino. Dan kedua cowok itu sekarang duduk santai di ruang tamu.
"Tara... akhirnya brownies ini mateng juga," ucap Leora meletakkan piring berisi potongan brownies di atas meja.
"Pasti yang buat Irene, kamu ngerecokin doang," ledek Fabian.
"Aku juga bantuin yah, Bi...," Leora meninju lengan Fabian pelan.
"Jadi... udah baikan sama Irene?" tanya Fabian mengingat pacarnya yang seharian kemarin sampai semalam suntuk curhat perihal Irene yang mendadak marah.
Leora menyunggingkan senyum lebarnya. "Udah dong... kalo belum baikan mah kamu sama aku nggak mungkin ada di sini sekarang,"
"Elo sama Irene berantem?" tanya Mino penasaran mendengar percakapan pasangan tersebut.
"Iya... elo mau tau nggak masalahnya karena apa?"
"Emang gue boleh tau?" Mino balik bertanya.
"Boleh lah...," sahut Leora langsung. Cewek itu melirik sekilas ke arah dapur memastikan Irene yang masih sibuk berkutik di dalam sana. "Karena elo,"
"Karena gue? Kenapa? Kok bisa?"
Leora menatap Fabian sesaat sebelum menjawab pertanyaan Mino. "Gue iseng nanya Irene... apa dia suka sama elo atau nggak,"
"Suka? Maksudnya?"
Leora tersenyum. "Mino... gue yakin elo paham yang gue omongin. Dan kita, gue elo juga Fabian, sama sama sadar kalau elo 'sengaja' ngedeketin Irene. Iya kan? Terlepas dari apa pun niat elo awalnya,"
Mino diam. Cowok itu menatap ke arah lain asal bukan Leora atau Fabian. Apa dia mudah terbaca seperti ini?
"Mino... Irene itu sahabat gue satu-satunya dan gue sayang banget sama dia. Kalau emang elo berusaha ngedeketin Irene, pesen gue cuma satu, jangan pernah nyakitin dia apalagi sampai dia ngeluarin air mata," ucap Leora lagi.
Mino terhenyak. Ia menelan ludah membasahi kerongkongannya yang kering. Kalimat terakhir yang diucapkan Leora adalah hal terakhir yang bisa Mino janjikan. Karena cowok itu juga berusaha keras untuk tidak menyakiti Irene nantinya.
"Ngomongin apaan sih? Serius banget," suara Irene memecah percakapan serius yang ada di ruang tamu.
"Nggak tau nih... Fabian sama Mino. Gue dicuekin gini, Rene...," rengek Leora.
"Hmm... terus aja aku yang dibawa-bawa, Ra...," Fabian menarik pelan ujung rambut panjang Leora.
"Fabian! Kebiasaan kan narik rambut aku gini," protes Leora.
"Bercanda, Leora... jangan ngambek deh," Fabian mencolek pipi Leora sambil tertawa karena gemas melihat pacarnya yang mengerucutkan bibirnya. Duh! Benar-benar pasangan ini tidak bisa melihat situasi dan kondisi. Irene dan Mino dibuat canggung melihat bercandaan keduanya. Ini kan rumah Irene, tidak seharusnya Irene merasa sangat canggung berada di rumahnya sendiri saat ini.
Beruntung suara tante Sella berhasil menyelamatkan Mino dan Irene. "Wah... ternyata rame gini...," tante Sella baru pulang dari toko bunga. Melihat kehadiran tante Sella, semuanya langsung menyalami wanita itu.
"Iya nih ngeramein rumah tante," sahut Fabian.
"Malah seneng tante kalo rame gini. Irene sama Leora bikin brownies? Hmm... pas banget Mino ke sini lagi bisa nyobain brownies buatan Irene," ucap tante Sella saat melihat brownies di atas meja tamu.
"Mino pernah ke sini sebelumnya?" tanya Leora penasaran.
"Iya... waktu itu pas nganter Irene ke Mayestik,"
![](https://img.wattpad.com/cover/172250703-288-k528944.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Fiksi UmumMana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit