Chapter 24

2 0 0
                                    

Srrrekk...  Bunyi daun-daun kering patah terinjak..  Sudah reda hujan kini,  tetes air hujan masih lengkap mewarnai suasana..  Ku tatap ke depan ia datang dari balik lembab pohon-pohon karet yang berbaris...  Bayangan jelas nampak menggambarkan bentuk tubuhnya,  tegap,  tinggi,  dengan bentuk yang gagah tegap bahunya..  Tak lama kemudian,  bayang-bayang lain muncul berjalan menembus kabut kepada ku..
Kami berdiri,  yang lain bersiap siaga ,  tapi aku tersenyum menatap lembut pada tirai kabut yang dibaliknya terdapat sosok yang kelak menggenggam tangan ini erat...

Aku menghampirinya tenang dengan senyum..  "Tenang mereka tak akan menyerang... " Aku menenangkan yang lain..
Tirai kabut tersingkap...  Jelas pandangan ku kini.
Iko,  fitri,  farah,  dandi,  rama,  dan berapa Penduduk dusun ku dengan seragam tempur,  senjata aparat,  dan rompi polisi lengkap tersenyum melangkah kemari...

Aku dan yang lain segera menghampiri mereka... 
Tersenyum menatap iko "kenapa bisa? " Berbinar mata ku..

Iko tersenyum, terlihat tampan dia dengan rambut pendek catam dan jenggot tipisnya..  "Kami ingin menjemput mu.. "

Fitri menggenggam bahu ku,  "kami disini semua,  untuk mu,  sekarang kita pulang,  kita temui ibu mu yang sedang berdoa dirumah... " Fitri tertawa "asek dak gaya aku,  macam jenderal...  "

Aku mengangkat satu alis ku..

Farah tertawa singkat "aparat negara sudah mengepung tempat ini,  di area pantai sudah terjadi pertempuran besar sekarang..  Dan kami" Menoleh pada iko,  fitri,  dan berapa penduduk dusun yang lain,  tersenyum " Kami disini untuk menjemput mu dan indra... "

Makcik syifa maju mengelus kepala ku "kami sudah tau semuanya mayjen jira sudah menceritakan semua masalah pada kami,  dan indra,  kami juga tau tentangnya...  Kami sekarang tidak ingin memandang keburukan yang pernah kalian lakukan kemarin,  tapi kami  hanya ingin menjadi tangga untuk kalian,  untuk keluar dari gelapnya dosa hidup..  Itu kan yang harus kami lakukan?  Menasehati dan membantu,  tidak lagi mencela,  berprasangka buruk atau menghina... " Makcik syifa tersenyum menatap ku "kamu dan indra adalah anak baik,  hanya keadaan yang menjadikan kalian  begini.."

Makcik ria ikut maju menatap ku lembut,  ku tatap balik dia tersenyum,  padahal makcik ria salah satu bibiku yang kemarin sempat membuat panas seisi dusun menyebarkan aib ku dan menjelek-jelekkan namaku di depan penduduk dusun yang lain...  Ia tersenyum mengelus pipiku " Benar sarah,  kami tau kini,  tak berguna lagi mencela,  menghina tanpa membantu...  Disini kami datang,  untuk membawa mu pulang... "

Mekdo Sayyidah dan nga yani ikut maju tersenyum "karena itu tugas kami sebagai keluarga dan dulur....  Kita satu,  dan kita harus saling bersama"

Yang lain menatap ku dengan tulus senyum .... Pakcik sapri menambahkan " Sekarang waktunya kamu dan indra pulang.  Dan, menebus kesalahan kami pada indra saat itu..  Yang mungkin sebab dari dia menjadi seperti ini"

Aku menatap pakcik sapri " Sudah jangan cerita,  kita hajar aja langsung, terus pulang! "

Semua diam tersenyum,

Aku tersenyum menatap semua yang kini bersama ku....

Begini ternyata,  saat aku merasa sendiri ternyata masih ada mereka yang datang berdiri di samping ku,  membuat ku menyesal sekaligus belajar untuk selalu berada di jalan yang baik agar tak mengecewakan mereka nantinya..  Tapi semua sudah terjadi sekarang,  haruskah aku berteriak menyesal sekali lagi?  Terjadi sudah Sarah..  Tak ada gunanya..  Solusi terbaik hanya  menyesal didalam hati tanpa harus menangis berteriak melukai diri lebih dalam lagi...  Tapi ku tuntun hati ini untuk menyalahkan sepenuhnya semua keburukan yang pernah ku lakukan..  Lalu melangkah siap pada cahaya hidup yang sejati..

"Kan ku lindungi mereka..." Berkata hatiku saat itu...

......

"Baiklah,  selanjutnya kita atur pembagian" Mulai wanita dengan perawakan sedang bertubuh langsing  memecahkan hening ku..  " Tapi sebelum itu,  saya ingin memperkenalkan diri dulu...   Saya Suryati,  mayjen angkatan laut negara...  Panggil saja mayjen sur " Wanita dengan jilbab seleher dan dada yang sudah tertutup rompi lengkap perlengkapan tempurnya ini mengulurkan tangan, 
Tante dilla menyambut tersenyum  " Dilla.."

Mayjen sur tersenyum membalas, mendekapkan satu tangannya di dada "dilla?  Saya sudah dengar semua tentang anda,  mayjen jira sudah cerita semua tentang anda,  bisa Anda memimpin pasukan nanti? ...  Prajurit yang saya bawa dan yang lainnya akan saya bagi menjadi dua bagian...  Yang satu nanti akan dikirim untuk bertempur di pantai dan sisanya akan pergi ke arah barat,  markas bawah tanah musuh..
Sudah ada ratusan aparat yang di pimpin jenderal hamdan,  jenderal laila dan sersan zainal disana...  Mereka sedang bertempur dengan dua kelompok lawan utama disana sekarang,  bangun dan Batara..  Sedangkan satu kelompok musuh lain,  big daddy sedang mencoba menghalau pasukan aparat di pantai timur...
Masih banyak juga pasukan lawan dan pasukan kawan yang terpencar di seluruh hutan saat ini.. "

Tante dilla melotot melirik ku,  aku paham,  mungkin tante jira belum tau soal penyakit  tante dilla sekarang sehingga berisiko baginya untuk memimpin pasukan penyerangan,  untuk mengatur pasukan dan mengatur strategi nantinya..  
Aku tertawa singkat "memangnya nanti yang akan tante dilla pimpin pasukan yang akan menyerang kemana mayjen? "
Iko menatap ku...

"Dilla akan memimpin tujuh penulis,  iko,  farah, fitri,  rama dan dandi ke arah barat..  Markas musuh "

Aku menatap iko "bagaimana kalo iko saja?  Iko memiliki kekuatan fisik dan kemampuan bertarung yang bisa di andalkan..  Lagipula iko juga pasti sudah mengikuti pelatihan militer meskipun dalam waktu singkat..  Sedangkan tante dilla dalam strategi mungkin tak cukup terlatih.. "

Mayjen sur menatap tante dilla tak percaya mengingat masa lalu tante dilla yang seorang tangan kanan dan mesin tempur bangun "benar begitu? "

Tante dilla menghela nafas " Iya,  saya tak ingin terjadi kesalahan nantinya "

Mayjen sur tersenyum,  "baiklah,  iko yang memimpin,  setiap pasukan akan didampingi dua orang dari tim medis bersenjata lengkap,  dan semua pasukan juga akan di beri persenjataan yang lengkap untuk bertempur...  Saya harap ini adalah strategi yang ampuh dan pasukan yang telah dipilih bisa memenangkanpertempuran . mengandalkan senjata, beladiri,  dan semua kemampuannya... "

"Siap!!  " Semua berseru keras..

Aku,  dilla,  zaiman rion,  fina dan ani memakai semua perlengkapan tempur...

Kami  lupa rizal belum juga kembali...

Mayjen sur menjelaskan semua rencana pada iko " Langsung bergabung dengan pasukan utama nanti... "
Iko mengangguk..

****

Kepak-kepak  sayap merpati terdengar menghampiri kami dengan gulungan kecil di kakinya,  mendarat di bahu mayjen sur..

"Merpati? " Ku tatap merpati coklat tua dengan ekor putih itu..  Mayjen sur segera mengambil surat...  Merpati pun pergi..

Fitri berbisik padaku "tempat ini dijaga ketat,  alat komunikasi apapun tidak bisa dipakai disini,  ntah  kenapa..  Merpati juga lebih aman,  mengingat ini adalah hutan" Aku mengangguk -angguk..

Mayjen sur membaca dengan teliti " Rizal salah satu dari tujuh penulis di tahan di markas bawah tanah... " Menyampaikan isi surat pada kami...

Angin berhembus,

***

kabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang