Chapter 12

1 0 0
                                    

Aku diam menatap kertas itu berpikir apa maksudnya dan apa isinya, siapa yang dimaksud tulisan ini?

"Itu bagian dari indra... " Tante dilla menghidupkan lampu membuat ku sigap membalik badan,  kutatap tante dilla berdiri melipat tangan didada menghela nafas.. "Penasaran ya? "

Aku menunduk  bersalah meletakkan kembali  selembar kertas puisi  itu di atas ranjang...

"Indra yang menulis... " Tante dilla melangkah pelan kepada ku...  Duduk dipinggir ranjang "Surat perpisahannya untuk jira kekasihnya...  Puisi ini diberikan pada jira saat malam indra menyelamatkan ku,  akupun tak mengerti maksudnya...  Tapi yang jelas dua hari usai malam itu jira datang kesini,  meminta ku menyimpan kertas ini, lalu jira pun menghilang ntah dimana" Tante dilla meraih kertas yang sudah lusuh karena waktu itu yang ku letakan persis di tengah tempat tidur,  tempatnya semula.. Dan menatapnya tersenyum

"Jira? " Aku masih berdiri menunduk mendengarkan tante dilla dengan teliti..

Tante dilla mengangguk "ya,,  mungkin dia yang tau indra dimana dan kemana dan mungkin dia juga tau tentang jawaban kenapa indra ada saat malam tante menyelamatkan kamu dengan salma,  dan apa maksudnya indra bilang pada salma bahwa dia adalah bagian dari orang-orang yang melakukan penyerangan dengan bengis semalam" Tante dilla menghela nafas,   meletakkan kembali kertasnya, " Mungkin indra adalah bagian dari pasukan khusus tangan kanan Batara,   janaku.  Atau mungkin dialah janaku itu...
Jira sendiri adalah pemilik toko buku tempat indra berkerja,  seorang perempuan lembut supple dan selalu menjaga kehormatan dengan baik,  jira tertarik pada indra saat indra masih pertama kali datang ke dusun ini tanpa bekal apalagi tempat tinggal, bertahan hidup hanya dengan mengajar beladiri di pinggir jalan.. Tau,  jira pun memberi indra kepercayaan untuk mengurus salah satu tokonya yang bisa dibilang hanya satu dari puluhan toko  sukses miliknya,  perempuan pembisnis yang sukses..
Sebagai balasan indra pun berkerja dengan profesional membuat usaha jira berkembang pesat dan sebagai imbalan jira juga diajarkan beladiri setiap hari oleh indra..  Ya,  yang membuat ku cemburu setiap kali aku melihat mereka berlatih berbagi canda..
Apalagi saat aku tau mereka sudah memiliki hubungan spesial saat itu.
Aku yang masih bagian kriminal menyembunyikan identitas ku dan mulai bergaul dengan mereka, demi untuk dekat dengannya.. " Gigi putih tante dilla jelas terlihat manis dari senyumnya...  "Memulai pergaulan yang baik dengan indra dan beberapa temannya yang seorang penulis fiksi dan naskah ilmiah...   Tapi semua berubah saat pertempuran dengan  bangun terjadi...  "

Tante dilla menghela nafas "teman yang baik   membawa pada kebaikan memang"

Aku tersenyum sekaligus iba mendengar kisah cinta tante dilla,  berbisik dalam hati "dia pasti tersakiti karena mungkin dialah sebabnya... "

****
Tante dilla menunduk penuh beban dihatinya setelah usai bercerita kisah dari cintanya...

Tatapan ku penuh iba sekaligus paham rasa sakitnya"Kita memang tak bisa menduga hidup..." Perkataan ku terpotong bel rumah yang berbunyi memanggil penghuninya yang jelita ini...

Tante dilla mengangkat kepalanya kembali tersenyum seakan menghilangkan paksa sedihnya...  "Tuh siapa? " Terdengar seperti nada mengajak bergurau namun terpaksa..

Kami langsung bergegas membuka pintu....

"Assalamu'alaikum... " Salam lembut dari wanita dengan jilbab panjang hijau dan cadar serasi..

Lagi,  wajah tante dilla yang selalu tersenyum kembali diam kaku..  "Jira... " Gumamnya pelan menatap wanita dengan mata bulat indahnya itu..  Aku agak terkejut,  ini orangnya...  Tante dilla tersadar dari renungnya..  "Waalaikumsalam..."

"Hidup memang tak terduga ya...  Tugas kita sekarang hanya membuatnya berakhir dengan baik" Senyum wanita itu tergambar dari matanya..

***

kabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang