Pagi harinya, aku mencoba mendekati mak yang sedang menyuci baju di dapur... Dibelakang ada sebuah sumur kecil yang dibuat bapak dulu saat umurku delapan tahun, sebuah kisah yang amat indah saat ku lihat bapak dengan giat menggali sumur untuk sumber air kami.. Untuk melepas dahaga, mengambil air wudhu untuk menyejukkan diri bersiap bertemu tuhan pencipta langit dan bumi dan untuk membersihkan diri dari hadats dan kotoran tapi mengapa sekarang?..
"Mak... " Aku memulai obrolan dengan mencoba membantu pekerjaan beliau, kita mengajak bicara tapi apa salahnya berusaha membuat orangtua senang di setiap obrolan sebisa kita...?
"Ya?.. " Fokus dengan pekerjaannya..
"Awak nak jualan" Mengucek pakaian arly
"Jualan apo? Jual diri? "
Aku menggeleng... Hatiku tersentak, mataku serasa berat.."Jadi apo? , jangan nambah masalah pek., dengan jalan kau jadi kupu-kupu malam macam itu dak bakal ngasilin apopun, ingat Allah Maha perkasa atas semua balasannya.. "
"Awak mau jualan tikar" Suara ku lirih..
"Jualan tu sulit, istiqomah , pintar ngatur harga, modal dan cem mano kau ngejual barangnyo, yaken kau? "
Aku mengangguk pelan "InsyaAllah"
"Usahalah, nanti mak bantu... "
"Yo mak, " Aku bangkit tanpa gairah, berjalan lemas kekamar menyembunyikan dosaku...******
Tiga hari dari hari itu aku mulai mengayam tikar dari rotan.. Dibantu mak yang mulai senang atas perkataan empat hari yang lalu untuk berjualan tikar dan tak lagi berada di jalan ku... Padahal... Akulah yang mendzolimi diriku sendiri ya Allah...Esok harinya aku mulai berjualan di dusun sebelah yang dikenal dusun paling ramai di kabupaten ini... Pasarnya, orang-orangnya, dan tempat hiburannya, disinilah tempat kisah kelam itu sampai pada klimaks nya...
Setelah dua jam menyeberang sungai dengan perahu motor, aku sampai juga.... Menatap sekeliling penuh keramaian, remaja-remaja berkumpul di pinggir sungai dengan pakaian tak seharusnya dan tak ada kata sopan dalam penampilannya, merangkul lawan jenis yang ntah mahramnya atau bukan, menebar sampah sembarangan membuat ku jijik dan muak... Aku teringat nasehat sersan zainal dan arya saat melepas ku pergi dan nasehat iko dua hari yang lalu.
Bahwa perkembangan zaman bukan sekedar kita nikmati dengan kosong tanpa makna apapun , tapi untuk kita manfaatkan dengan baik.
Memanfaatkan untuk mendapat ilmu, mempelajari perkembangan globalisasi, dan beberapa manfaat lainnya.. Dengan jalan yang baik dan halal..
Bukan hanya melihat perkembangan hiburan lalu mengikuti asal mengikuti sampai akhirnya merugikan kita di dunia dan akhirat kelak... Hiburan boleh saja dengan batasan tentunya, hiburan yang positif, bermanfaat dan tanpa ada pelanggaran syari'at....
Satu pertanyaan singkat mengguncang menindih hatiku "kenapa ke dunia ini? Kapan mau keluar? "****
Jelas ku dengar obrolan tanpa rasa malu dua laki-laki yang hendak naik perahu motor ingin menyeberang.. "Wey! Lonte semalam mantap ya! Hahaha" Memukul punggung temannya...
Yang satu tertawa terbahak-bahak "sempit anjing tu memek"
.................Dimana anak kecil yang dulu di nyanyikan ibunya berbagai syair indah islam yang mengukir senyum kecil saat syair-syair itu sampai pada telinganya....
Dimana anak kecil yang dulu membuat gemas ibunya saat selalu salah mengucap huruf-huruf al-quran di lisannya.....
Dan dimana anak kecil yang selalu bapak sebut dalam setiap sujudnya?...
Mengapa jalan gelap sedangkan disana melimpah banyak sinar?
Bukan untuk melangkah pada dosa manusia di lahirkan kebumi..
Jiwa yang dulu suci mengapa dibiarkan rusak oleh akal yang tak jernih..Dulu banyak orang tertawa saat kelahiran mu, tapi sekarang semua hanya kecewa...
Ampuni ya Tuhanku, Allah...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
kabut
Actionkehidupan membuatnya telah terjatuh pada kegelapan yang merusak seluruh cahaya hidupnya... kini semesta memberikan buah perbuatannya, membuat jiwanya melahirkan penyesalan dan ingin kembali pada hidup yang damai dan penuh cahaya.. keluar dari dun...