Chapter 23

1 0 0
                                    


Tante dilla melangkah perlahan kedepan sambil menundukkan kepala menatap langkah kakinya menginjak setiap rintik hujan yang jatuh "benar katanya" Lirih dilla...  Indra menatap lembut jilbab dilla tertiup angin hujan...  "Kamu pasti sudah mengerti,  hanya saja keadaan yang membuat semua ini terjadi,...  Kembalilah" Dilla terus melangkah pelan pada indra tanpa ragu...  "Kembalilah pada kami,  dan kembalilah pada cinta mu... "

Indra menoleh pada basah rerumputan,  tersenyum "dia pasti sudah lelah dengan semua dariku  yang hanya membuatnya susah...  "

Dilla mengangkat kepala menatap sayu indra,  langkahnya terhenti "kalo begitu kembalilah padaku... " Lirihnya...

Menatap lembut rerumputan merasakan rintik hujan di tangannya,  indra kembali menatap dilla "aku tak ingin membuat mu terluka dan membuat hari mu tak menyenangkan karena ku yang tak mudah melupakannya yang mungkin tak lagi berpikir untuk menemuiku kini telah di telan gelap kabut hari ini dan seterusnya... Dan,  haha " Indra tertawa tertahan  "lihatlah aku,  hanya tau membunuh dengan kondisi yang begini berjalan  pun tak sempurna,   dengan lutut yang setiap hari tergores duri pedih hutan ini...  Hm? " Alis dan bibirnya jelas lembut kepada dilla...

Lima langkah didepan indra,  dilla melirik perlahan pada kaki indra "hanya itu? ".dilla tersenyum sinis menatap kesal indra dengan tatapan datar .
" Mungkin saja dia tak lagi mencari mu" Aku agak terkejut mendengar pernyataan tante dilla,  zaiman menghela nafas...  Tante dilla melanjutkan "tapi itu bukan alasan yang sempurna untuk kamu tak kembali..  Lalu masih percayakah kamu jika kekurangan itu bukan masalah?  Tutupi semua itu dan kembangkan, tunjukkan apa yang kau punya..  Dan itu yang manusia baik lihat...
Kamu yang mengatakan,  sembari bercanda ingin mengelus pipi ku...  Kenapa tidak jadi?, Bukan mahram katanya...  Kau juga paham peraturan agama kan?  "  Hujan semakin deras turun... 
Indra melangkah pergi melewati semak-semak dengan lututnya, hilang dari pandangan kami...

Tante dilla jatuh berlutut dengan nafas terengah.. 
Mengambil sebotol kecil obat,  menuang beberapa butir pil, menelannya dengan cepat...

****
Kami berlari menghampiri tante dilla, aku  mengelus punggungnya lembut "tante kenapa? "

Nafas tante dilla mulai beraturan,  menggeleng "tidak apa " Bangkit perlahan berdiri...  "Ada asma sedikit... " Tersenyum menatapku...

"Tante kenapa ga bilang kalo sakit,  seharusnya tante ga ikut , stirahat di rumah" Seru ku khawatir... 

Tante dilla tersenyum mengelus kepala ku "gapapa kok,  tante ga akan kenapa-napa " Menatap sayu pada jalan indra pergi...  " Selama ada dia.... " Lirihnya..

Aku diam menatap dilla...  Sudah teguh niat hatinya,  dia bisa saja menikmati hidup mewahnya dengan rumah,  kendaraan,  dan fasilitas - fasilitas mahal yang ia punya,  yang ku tatap sendiri saat dilla tersenyum menyadarkan ku bersama salma dan jira...  Tapi aku mengerti satu hal berharga disini tentang apa yang ia rasakan kini...  Bahwa semua harta berlimpah tak ada artinya tanpa hati yang bersih dan tanpa cinta...   Semua kebahagiaan di hati mungkin saja kan terasa sempurna bila ia yang kita cintai hadir disini mengukir tawa,  berlari bersama memanjat hidup dan saling merangkul nanti di langit bahagia...
Membuat apa yang kita punya menjadi sempurna membuat hati tersenyum...

"Sudah kita istirahat saja dulu,  " Zaiman menyambung..

***
Hujan semakin deras...  Tanah-tanah hutan becek untuk kami langkahi,   genangan air melimpah dimana-mana..  Situasi seperti ini tentu membuat kami ataupun musuh untuk sulit berjalan didalam rindangnya hutan...  Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, melihat tante dilla juga butuh istirahat setelah pulih dari sakit yang sudah dirasakannya sejak tiga tahun yang lalu itu,   tuturnya sambil mencari tempat persembunyian...
Kami berteduh dibawah pohon batang pule besar  dengan daun hijau yang sangat rindang menahan hujan menyentuh kami...

kabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang