Chapter 20

1 0 0
                                    

Sejuk angin kurasakan meniup jilbab panjang ku...  Kutatap tante dilla amat menikmati sejuknya pepohonan rindang sejenak menghilangkan beban hati yang terkurung gelap ntah berapa waktu..  Ku tatap yang lain juga begitu,  tersenyum segar menyiapkan langkah untuk keluar dari hidup yang penuh kegelapan ini..  Untuk menghela nafas panjang,  siap berlari menuju pada hidup yang kami harapkan dalam gelap ini..  Untuk hidup dengan baik..  Dengan lingkungan yang baik..  Rutinitas yang baik.. Lingkungan yang baik..  Perkataan yang baik,  apa yang kami dengar dan kami katakan...  Kini,  hanya satu langkah lagi kami pergi pada semua itu..  Menggepalkan erat tangan..  Melangkah dengan sungguh tanpa lagi menunggu...

.....

Menghitung langkah menginjak gugur daun dan basah rumput,  ..  Dibawah daun rindang kami bergegas melangkah pada tujuan kami,  pada pinggir pantai untuk menjemput yang kan menjemput kami pulang pada hidup yang telah tak sabar hati menggema menginginkannya...
Tebal kabut sudah tak peduli lagi kami,  akan dilewati penuh harap dan hati yang bulat kami melangkah...

....  Tapi sebelum itu.....

Srrreek.. Srrrekk...  Bunyi daun daun gugur patah terinjak..  Tebal kabut didepan  dahi tersingkap..

Jelas tampak beberapa orang berbaris berdiri sekitar sepuluh orang jumlah mereka...  Sembilan berbaris berdiri dibelakang..  Dengan satu orang berlutut berdiri tegap dengan tubuh kekarnya tersenyum menatap kami...  "Sampai disini Ya"

Langkah kami terhenti,  tante dilla tersenyum dengan mata memancarkan sebuah perasaan yang sebenarnya  tak ku mengerti apa yang ia rasakan sekarang...  Hanya dialah yang kini dapat menjawabnya... 

Pria berlutut itu tersenyum memumut daun hijau yang jatuh,  dia adalah indra,  teman masa kecil ku,  kekasih jira dan isi hati dilla.... Sekaligus pemberi makna kisah ini....  "Aku mengerti semuanya...  Hanya aku tak mengerti pada diriku sendiri.. Bisakah kau memberi jawaban? " Memutar-mutar daun perlahan,  menatapnya tanpa semangat...  " Hijau cinta ini apa harus terlepas dari pohon kokoh yang selama ini memeranginya?...  "

Tante dilla menggeleng "tidak,  aku tak bisa menjawabnya..  Aku juga ingin mengerti semua abstrak mu yang kau telah kisahkan dengan canda membuat ku memiliki hidup yang sempurna kini... Tapi bersamalah dengan ku...  Kan ku warnai hati mu dengan warna warni hidup..  Bukan hanya abu-abu hutan kabut ini menggambarkan sempit hati mu yang sudah terlalu lama sakit berkorban... "

Indra menatap ke atas... Memejamkan mata "hidup yang sempurna? " Angin berhembus...

Tante dilla menatap lembut..  "Yang kamu jelaskan dengan senyum dulu   ,  hidup dengan jutaan rintik ilmu agama dan dunia yang setiap hari kita pelajari..  Berkerja kuat meraih mimpi..  Hidup tanpa dengki iri ,  hati yang sehat dan raga yang sehat..  Mencintai dan dicintai... "

Indra membuka mata..  Menatap balas tante dilla..  "Lalu kenapa kesini hm? "

"Karena kamu tak ada disana.. "

***

kabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang